Peristiwa Daerah

Debat Terakhir Pilkada Banjar, Pengamat: Beberapa Isu Penting Belum Diangkat

Kamis, 21 November 2024 - 22:44 | 24.96k
Paslon nomor 3, Sudarsono dan Supriana. (FOTO: Sussie/TIMES Indonesia)
Paslon nomor 3, Sudarsono dan Supriana. (FOTO: Sussie/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJAR – Debat publik terakhir para pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Banjar pada Rabu (20/11/2024) malam berlangsung lebih dinamis dibandingkan debat sebelumnya. Empat paslon kembali hadir untuk menyampaikan gagasan terbaik mereka, dengan paslon nomor urut 2 yang kali ini tampil lebih percaya diri tanpa membaca teks seperti sebelumnya.

Debat yang mengusung tema Kolaborasi Pembangunan Daerah Berkelanjutan untuk Memperkokoh Kebangsaan dan Menjawab Tantangan Lokal itu memperlihatkan penguasaan materi yang lebih baik dari para paslon. Namun, menurut Sulyanati, tokoh Eksponen FPSKB sekaligus pembina Yayasan Bantu Banjar, beberapa isu penting belum diangkat secara maksimal.

Advertisement

Menurut Sulyanati, paslon nomor 1 menunjukkan stabilitas dengan mengandalkan pengalaman mereka. "Paslon 1 tetap stabil, dengan wakil yang berani berargumen. Paslon 3 tampil lebih baik dari sebelumnya, sedangkan paslon 4 menonjolkan keahlian spesifik, terutama di bidang pengairan," ujarnya kepada TIMES Indonesia pada Kamis (21/11/2024).

Ia menilai bahwa meski debat berlangsung seimbang, ada kekurangan dalam penekanan isu-isu kearifan lokal dan kebangsaan. "Sayangnya, tidak ada yang menonjolkan akulturasi budaya perbatasan antara etnis Sunda dan Jawa, apalagi di tengah menguatnya sentimen kedaerahan yang sebenarnya tidak menyehatkan," katanya.

Sulyanati juga mengkritik minimnya pembahasan mengenai nilai-nilai ideologi bangsa, termasuk Pancasila. "Pancasila hanya disebut secara historis oleh paslon nomor 1, tanpa membahasnya sebagai dasar ideologi kebangsaan dan kebijakan," tambahnya.

Sementara itu, paslon nomor 1, Nana Suryana dan Mujamil, merasa puas dengan performa mereka meski durasi debat terbatas. "Kami sudah menyiapkan diri dengan baik meskipun waktu tidak memungkinkan untuk menggali terlalu banyak persoalan," ujar Nana, mantan Wakil Wali Kota Banjar periode 2019–2023.

Ia juga mengingatkan pendukungnya untuk menjaga sikap santun dalam berkompetisi. "Mari kita menuju tujuan dengan memberikan contoh yang baik tanpa menindas atau menjatuhkan lawan," tegasnya.

Paslon nomor 2, Akhmad Dimyati dan Alam 'Mbah Dukun, menyatakan kurang puas dengan format debat. Menurut Dimyati, pertanyaan lebih bersifat memberi informasi daripada mengonfrontasi isu yang relevan bagi masyarakat. "Kami sulit menargetkan suara dari segmen debat, tapi fokus kami tetap pada dukungan murni dari masyarakat tanpa campur tangan kepentingan lain," jelasnya.

Paslon nomor 3, Sudarsono dan Supriana, merasa percaya diri dengan penampilan mereka. "Jika terpilih, kami akan mengimplementasikan semua pertanyaan panelis, terutama yang terkait kebijakan tata ruang, untuk membangun Banjar lebih baik dalam lima tahun ke depan," ujar Sudarsono.

Ia juga menyoroti pentingnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai dasar pembangunan yang berkelanjutan. "Dalam debat ini, kami menjawab semua isu teknis maupun sosial-budaya dengan benar. Saya merasa menjadi bintang di debat kali ini," tambahnya.

Paslon nomor 4, Bambang Hidayah dan Dani Danial Mukhlis, menilai bahwa tema debat sesuai dengan kebutuhan Kota Banjar. Mereka menyoroti potensi pengembangan pariwisata berbasis sumber daya air sebagai salah satu cara meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). "Kami berkomitmen mendatangkan investor untuk membuka lapangan kerja baru demi kemajuan Kota Banjar," kata Bambang, yang merupakan mantan Kepala BBWS. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES