Peristiwa Daerah

Tragedi Kanjuruhan dalam Buku Move in Silence Karya Kapolres Malang AKBP Putu Kholis

Jumat, 20 Desember 2024 - 22:03 | 64.60k
Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis bersama Rektor Universitas Brawijaya Prof Widodo dalam acara bedah buku Move in Silence di UB, Jumat (20/12/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis bersama Rektor Universitas Brawijaya Prof Widodo dalam acara bedah buku Move in Silence di UB, Jumat (20/12/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGTragedi Stadion Kanjuruhan yang mengguncang Indonesia pada Oktober 2022 kini diabadikan dalam sebuah buku berjudul Move in Silence karya AKBP Putu Kholis Aryana, Kapolres Malang. Buku ini diluncurkan dalam acara bedah buku di Universitas Brawijaya, Jumat (20/12/2024).

Dalam acara tersebut, AKBP Putu Kholis berbagi cerita di balik proses penulisan buku setebal 550 halaman ini yang disusun selama enam bulan, dari Januari hingga Juli 2024.

Advertisement

"Buku ini bukan inisiatif saya sendiri. Ada banyak dorongan dari senior di Mabes Polri, Polda Jatim, dan pihak lain agar saya membuat buku ini untuk menjadi pelajaran bagi kita semua," ujar AKBP Putu Kholis.

Buku Move in Silence memuat kisah-kisah yang belum pernah diungkapkan sebelumnya terkait tragedi Kanjuruhan. Dengan 31 bab dan 35 narasumber lintas latar belakang, buku ini memberikan perspektif yang mendalam, baik dari sisi keluarga korban, aparat kepolisian, maupun masyarakat.

Putu Kholis menerangkan, ada 5 garis besar yang termuat dalam buku tersebut. Pertama adalah soal Curahan hati keluarga korban, yang menggambarkan duka mendalam akibat tragedi yang menewaskan 135 orang tersebut. Kedua adalah pengalaman kelam Polri dalam pengamanan dan evakuasi di kegiatan olahraga, khususnya sepak bola.

Selanjutnya yakni memuat Tanggapan dari berbagai pihak, termasuk suporter, anggota Polri, jurnalis, tokoh agama, masyarakat, Kompolnas, Komnas HAM, dan akademisi. Keempat adalah soal Tantangan perwira baru Polres Malang, yang dituntut beradaptasi dengan cepat menghadapi situasi krisis. Dan kelima adalah curahan AKBP Ferli Hidayat, yang saat tragedi terjadi menjabat sebagai Kapolres Malang.

AKBP Putu Kholis juga mengungkapkan bahwa sejak ditugaskan menjadi Kapolres Malang pada 3 Oktober 2022, atau 48 jam setelah tragedi terjadi, ia selalu menyampaikan permohonan maaf 3 kali kepada keluarga korban.

"Ada tiga hal yang selalu saya sampaikan. Pertama, permohonan maaf atas tragedi ini yang menyebabkan 135 orang meninggal dunia. Kedua, permohonan maaf karena sebagian besar korban adalah tulang punggung keluarga. Ketiga, permohonan maaf sebagai wujud usaha kami membantu keluarga korban mendapatkan keadilan," ujar AKBP Putu Kholis.

Sesuai dengan judulnya, Move in Silence, buku ini menggambarkan filosofi kepemimpinan yang diusung oleh Polres Malang di bawah komando AKBP Putu Kholis. Prinsip ini menekankan pada tindakan nyata dan manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat, tanpa terlalu banyak pencitraan.

"Kami lebih memilih untuk mendengar, bergerak dalam senyap, dan tetap bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Malang," jelasnya.

Buku ini diharapkan menjadi refleksi sekaligus panduan, tidak hanya bagi institusi Polri, tetapi juga bagi masyarakat luas, untuk belajar dari tragedi Kanjuruhan dan mencegah peristiwa serupa di masa depan. Dengan pendekatan yang penuh empati dan komitmen, AKBP Putu Kholis berharap buku ini dapat menginspirasi langkah nyata dalam memperbaiki sistem pengamanan, memperkuat hubungan dengan masyarakat, serta memupuk kepercayaan publik terhadap Polri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES