Peristiwa Daerah

Pemerintah Hapus Pengecer Gas 3Kg,  Pengecer di Bantul Sebut Tingkatkan Pengangguran

Senin, 03 Februari 2025 - 15:39 | 30.80k
Stok gas 3 kg di sebuah toko di Bantul. (Foto: istimewa)
Stok gas 3 kg di sebuah toko di Bantul. (Foto: istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANTUL – Kebijakan penghapusan pengecer gas elpiji 3 kg mulai diberlakukan sejak awal Februari 2025. Namun, di lapangan, praktik penjualan oleh pengecer masih marak ditemukan.

Salah satu pemilik pangkalan gas elpiji 3 kg, Tukul, warga Jigudan, Triharjo, Pandak, mengungkapkan bahwa kebijakan ini telah diterapkan secara sistem oleh Pertamina, tetapi realisasinya belum sepenuhnya berjalan.

Advertisement

"Saya setuju kalau gas tidak lagi dijual di pengecer. Tapi di lapangan, pengecer tidak bisa dihilangkan begitu saja. Secara sistem, sejak awal Februari 2025, pengecer sudah tidak lagi terdaftar dalam transaksi. Namun, dalam praktiknya, mereka masih beroperasi," ujarnya, Senin (3/2/2025).

Tukul menjelaskan bahwa dalam sistem distribusi Pertamina, terdapat tiga kategori penerima gas elpiji 3 kg, yaitu rumah tangga, UMKM, dan pengecer. Sejak kebijakan ini diberlakukan, pengecer tidak lagi masuk dalam sistem transaksi resmi. Namun, karena kebutuhan masyarakat dan distribusi yang belum merata, keberadaan pengecer masih sulit dihilangkan.

"Dalam sistem Pertamina, pengecer memang sudah dihapus. Tapi di desa-desa, banyak warga yang masih mengandalkan mereka untuk mendapatkan gas. Kadang stok di pangkalan terbatas, sementara kebutuhan masyarakat tetap tinggi," jelasnya.

Dengan adanya kebijakan ini, pemilik pangkalan seperti Tukul memilih untuk mengurangi pasokan ke pengecer secara bertahap sambil menunggu kondisi di lapangan lebih stabil. Ia juga menekankan bahwa pangkalan gas kini sudah tersebar merata di berbagai desa, termasuk di Jigudan, Srandakan, yang memiliki tiga titik pangkalan resmi.

Sementara itu, seorang pengecer gas elpiji 3 kg di Bantul yang enggan disebutkan namanya menyoroti dampak sosial dari kebijakan ini. Menurutnya, penghapusan pengecer berisiko meningkatkan angka pengangguran, mengingat banyak pihak yang selama ini menggantungkan penghasilan dari bisnis pengecer gas elpiji.

"Kalau pengecer dihilangkan, bagaimana nasib kami? Banyak orang yang terlibat dalam distribusi gas ini, dari SPBE hingga penjual di pelosok. Sejak 2009 sampai 2025, pengecer sudah menjadi bagian dari rantai distribusi. Jika langsung dihapus, tentu banyak yang kehilangan pekerjaan," katanya.

Ia juga menyoroti fluktuasi harga gas 3 kg di lapangan. Menurutnya, solusi terbaik bukanlah menghapus pengecer, melainkan memastikan pasokan gas tetap stabil dan harga terkendali.

"Seharusnya, masalah ini diselesaikan dengan menjaga stabilitas pasokan dan harga, bukan dengan menghilangkan pengecer," tambahnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES