Ornamen Lampion Botol Plastik Bekas, Hiasi Misa Perayaan Imlek 2576

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Toleransi, keterbukaan dan isu sosial, tentang pengelolaan limbah ramah lingkungan, tercermin dari perayaan Umat Katolik Gereja Santo Antonius Padua Muntilan yang tertuang dalam berbagai hiasan atau ornamen dari botol plastik bekas.
Ketua Panitia Imlek Gereja Santo Antonius Muntilan, Ardiyanto Pramono mengatakan ornamen Imlek dari botol plastik bekas ini merupakan ide atau inisiatif bersama. Selain itu, hal tersebut menjadi pembada dari perayaan Imlek tahun sebelumnya.
Advertisement
Bahan botol plastik bekas dan galon air mineral yang biasanya hanya berakhir di tempat sampah, dikumpulkan dari berbagai sumber. Kemudian diolah menjadi ratusan lampion cantik yang menghiasi berbagai sudut gereja.
"Jumlahnya yang kita pakai sekitar 100 kg lebh dan kita jadikan lampion ini total jumlahnya sekitar seratusan (lampion)," kata Ardiyanto, pada TIMES Indonesia, Senin (3/2/2025).
Ardiyanto menambahkan, misa Imlek yang digelar Minggu (2/2/2025) juga menjadi pesan bagi khalayak, bahwa sampah plastik sebenernya bisa lebih bermanfaat bila diolah dengan baik.
Keberadaan Gereja dan prosesi misa Imlek menjadi simbol gotong royong dan sarana kampanye lingkungan yang lebih membumi ke masyarakat. Selain panitia berasal dari berbagai kalangan, proses pembuatan lampionnya pun melibatkan puluhan orang dari umat dan masyarakat.
"Jadi ini kolaborasi. Saya justru ingin meningatkan bahwa isu lingkungan ini kita harus melewati batas-batas keyakinan dan agama karena dunia milik kita bersama," ungkap Ardiyanto.
Keberadaan lampion plastik dengan dominasi warna merah di lingkungan Gereja Santo Antonius Muntilan, tentunya meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka yang melihatnya. Jika melihat banyaknya mereka yang datang, bisa dipastikan mereka tidak hanya dari Magelang, namun juga dari kota lain di Jawa Tengah.
Tiga Nilai Usaha
Aldhika Deinza, salah satu umat yang turut menyumbangakan ide pembuatan lampion limbah plastik mengatakan, pihaknya sangat antusias dan penuh sukacita dalam kreatifitas perayaan Imlek di Gereja Santo Antunius Muntilan. Hal ini karena bertepatan dengan hari ulang tahun tempat kerjanya, Jogja English Centre ke 11.
"Sehingga ini menjadi suka cita ketika kami boleh dilibatkan dalam perayaan Imlek. sebenarnya isu-isu juga apa yang disampaikan ini tentang isu sosial ini tentang pengelolaan limbah dan sebagainya," tuturnya.
Isu lingkungan menurut Aldhika, juga menjadi dasar tiga nilai usaha yakni pendidikan, kedua adalah pariwisata dan yang ketiga adalah kebudayaan.
Definisi pendidikan adalah, kontribusi terhadap edukasi, bagaimana mengolah limbah agar tidak menjadi isu yang semakin merebak. Sedangkan hasil dari kolaborasi adalah digelarnya perayaan Imlek yang merupakan bagian dari tradisi.
"Bahwa kami ingin berkolaborasi dengan semua stakeholder begitu untuk selalu melestarikan budaya-budaya seperti ini bahwa ini jadi bagian tradisi jadi pelestarian budaya," jelas Manager Pemasaran Jogja English Training Centre ini.
Sementara itu, Pemimpin Misa Imlek 2025 Gereja Santo Antonius Muntilan, Romo Effendi Kusuma Sunur SJ berpesan agar semangat pelestarian lingkungan dan tradisi kerukunan bangsa tetap terjaga.
Shio Imlek tahun ini ular kayu yang melambangkan energi pertumbuhan, kebijaksanaan dan kecerdasan. Pertumbuhan itu membutuhkan unsur tanah yang memperkuat karakter sifat kreatif, fleksibel dengan kemampuan mengendalikan diri dan pikiran.
Dijelaskan Romo Effendi bahwa dari shio itu diharapkan semua keinginan terwujud, rejeki melimpah tumbuh kuat, secara material maupun spiritual.
Proses tumbuh secara spiritual dan material itu berdasar kepada Tuhan. Melalui iman dan usaha tentu akan menghasilkan kemakmuran yang bermanfaat bagi sesama.
"Jika kita sungguh-sungguh berakar di Tuhan, sehingga pada saatnya akan menghasilkan banyak buah," jelas Romo Effendi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |