PT BMI Sudah Gunakan Teknologi Ramah Lingkungan, Warga Sebut Bau Limbah dari Sumber Lain

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Kabar pencemaran udara akibat bau limbah yang sempat dikeluhkan warga di Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur akhirnya menemukan titik terang. Sumber bau menyengat yang mengganggu kenyamanan masyarakat ternyata bukan berasal dari pabrik PT Bumi Menara Internusa (BMI).
Sukri, warga Desa Srirande, mengungkapkan, selama ia tinggal di dekat pabrik dan tidak merasakan bau yang mengganggu dari BMI. “Saya rasa bau yang sering muncul bukan berasal dari PT BMI,” katanya, Jumat, (28/3/2025).
Advertisement
Sukri menilai ada kemungkinan sumber bau berasal dari tempat lain yang lebih berpotensi menyebabkan aroma tidak sedap di wilayah Kecamatan Deket, namun belum teridentifikasi dengan jelas. “Ada sumber lain yang lebih menyengat, terutama saat malam hari," ujarnya.
Sukri berharap ada solusi cepat agar udara di sekitar pabrik kembali bersih dan nyaman. "Dengan komunikasi yang baik dan tindakan nyata, pencemaran udara bisa segera diatasi. Sehingga masyarakat bisa kembali menikmati lingkungan yang sehat dan nyaman," ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh warga lainnya, Sujono yang mengatakan bahwa faktor cuaca dan angin sering kali membuat bau dari berbagai sumber menyebar ke permukiman.
"Kadang kalau angin berhembus ke arah sini, ada bau menyengat tapi bukan dari pabrik itu. Bisa jadi ada sumber lain yang harus dicek lebih lanjut," kata Sujono.
Sementara itu Toni Kuswadi, Ass Manager GA PT BMI menjelaskan bahwa perusahaannya kini telah beralih ke teknologi berbasis bakteri dalam proses pengolahan limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
“Kami mengubah sistem pengolahan limbah menggunakan bakteri. Dengan metode ini, bau limbah tidak akan ada lagi," tutur Toni.
Untuk diketahui, penggunaan bakteri dalam pengolahan limbah dinilai lebih ramah lingkungan dan efisien dibandingkan metode kimiawi. Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan zat pencemar dalam limbah domestik, industri, dan pertanian.
Terdapat dua metode utama dalam pengolahan limbah berbasis bakteri, yaitu aerobik dan anaerobik. Pengolahan aerobik menggunakan bakteri yang memerlukan oksigen untuk menguraikan bahan organik.
Sementara untuk metode anaerobik bekerja tanpa oksigen dan menghasilkan biogas sebagai produk sampingan. Selain itu, ada juga metode bioaugmentasi dan bioremediasi yang mulai diterapkan untuk menangani limbah beracun.
Instalasi pengolahan limbah berbasis bakteri digunakan sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan. Sehingga langkah BMI ini menjadi bukti komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan dan kenyamanan warga sekitar.
"Keberhasilan sistem baru ini juga merupakan upaya yang dilakukan BMI dalam menangani bau limbah," kata Toni, Ass Manager GA PT BMI. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |