Peristiwa Daerah Mozaik Ramadan 2025

Meriahnya Grebeg Syawal di Bukit Sidoguro Klaten: Ribuan Warga Berebut Berkah Ketupat Usai Lebaran

Senin, 07 April 2025 - 14:24 | 15.33k
Warga berebut Gunungan Ketupat dalam acara Grebeg Syawal 1000 Ketupat di Bukit Sidoguro, Klaten, Senin, 7/4/2025. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Warga berebut Gunungan Ketupat dalam acara Grebeg Syawal 1000 Ketupat di Bukit Sidoguro, Klaten, Senin, 7/4/2025. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KLATEN – Tradisi tahunan Grebeg Kupat di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, kembali sukses membius ribuan warga pada Senin, (7/4/2025). Sejak pagi, Bukit Sidoguro dipenuhi oleh masyarakat Klaten dan sekitarnya yang antusias mengikuti perayaan sarat makna dan dipercaya penuh berkah ini. 

Grebeg Syawal 1000 Ketupat merupakan tradisi tahunan dari Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Klaten yang tujuannya tidak hanya melestarikan budaya, melainkan juga menjadi wadah silaturahmi bagi warga usai perayaan Idulfitri. Oleh karenanya, Grebeg Syawal ini selalu diselenggarakan pada hari ketujuh masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri.

Advertisement

Kemeriahan dimulai dengan kirab 23 Gunungan Ketupat yang megah. Dua puluh gunungan merupakan sumbangan dari berbagai perusahaan dan instansi di Klaten, seperti BPJS Kesehatan, Perumda Air Minum Tirta Merapi, RSU Aisyiyah Klaten, dan RSU Diponegoro Dua Satu Klaten, serta beberapa instansi lainnya. Sementara tiga Gunungan Ketupat lainnya dipersembahkan oleh instansi dari Pemkab Klaten.

Gunungan-gunungan berisi ketupat itu diarak oleh warga dari gerbang Bukit Sidoguro menuju panggung utama di puncak bukit. Sebelum menjadi rebutan, Bupati Klaten, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Klaten, Sri Nugroho, serta jajaran pejabat Pemkab, membagikan ratusan ketupat secara simbolis kepada warga yang telah memadati area depan panggung kehormatan.

Mengusung tema "Ngapura Dina Riyaya, Pinangka Wujud Budaya Bangsa" (Memaafkan di Hari Raya, Sebagai Wujud Budaya Bangsa), Grebeg Syawal 1000 Ketupat kali ini menekankan esensi saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan pasca-Idulfitri.

Ketupat-2.jpgBupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, saat memberikan sambutan dalam acara Grebeg Syawal 1000 Ketupat di Bukit Sidoguro, Klaten, 7/4/2025, pagi. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)

“Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, melainkan juga cerminan nilai kebersamaan yang diwariskan turun-temurun,” ujar Sri Nugroho kepada Times Indonesia, usai acara rebutan gunungan ketupat.

Sebanyak 1.000 ketupat lengkap dengan lauk tradisional seperti opor ayam dan sambal goreng dibagikan gratis kepada pengunjung melalui kupon yang ditukarkan di panggung kehormatan. Warga pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menikmati hidangan lezat secara gratis bersama keluarga dan antarsesama pengunjung.

Puncak acara yang paling ditunggu adalah rebutan ketupat dari gunungan. Sorak sorai riuh rendah mewarnai suasana saat ribuan warga, didominasi ibu-ibu yang telah menunggu sejak pagi, mereka menyerbu gunungan ketupat di atas panggung, usai Bupati secara simbolis membagikan ketupat kepada warga di depan panggung. 

Meski riuh oleh suasana rebutan gunungan ketupat, namun suasana panggung tempat rebutan gunungan tetap kondusif dan penuh kegembiraan. Kepercayaan akan berkah dan keberuntungan yang terkandung dalam ketupat rebutan menjadi daya tarik utama dalam tradisi ini sehingga mereka tetap menjaga toleransi antarsesama pada saat saling berebutan.

Usai rebutan gunungan yang meriah, suasana makin seru karena di atas panggung hiburan telah bersiap Orkes Dangdut Gaya Jadul (ODGJ) “Sinar Djaya” dari Kediri. Alunan lagu-lagu populer era 80-an hingga 90-an yang nostalgik berhasil mengajak seluruh pengunjung bergoyang riang di pelataran Bukit Sidoguro, menciptakan kehangatan kebersamaan yang harmonis.

Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, menyampaikan rasa gembiranya atas partisipasi masyarakat yang telah hadir dengan tertib. Beliau menegaskan bahwa Grebeg Kupat bukan sekadar tradisi masa lalu, melainkan identitas dan jati diri masyarakat Klaten yang harus terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari masa depan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES