Ribuan Wisatawan Serbu Malioboro Yogyakarta, Malam Minggu Jadi Lautan Manusia

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – style="text-align:justify">Malioboro kembali memancarkan pesonanya yang tak tertandingi, Sabtu (19/4/2025) malam, kawasan ikonik di jantung Kota Yogyakarta ini mendadak berubah menjadi pesta jalanan raksasa. Ribuan wisatawan dari dalam dan luar kota, bahkan mancanegara, tumpah ruah menikmati atmosfer khas Malioboro yang memadukan seni, budaya, dan kuliner dalam satu tarikan napas.
Pantauan di lapangan, tak ada ruang kosong tersisa. Trotoar penuh sesak oleh para pejalan kaki yang hilir mudik. Suasana malam dipenuhi gelak tawa, jepretan kamera, dan iringan musik dari seniman jalanan yang memainkan lagu-lagu nostalgia hingga hits kekinian.
Advertisement
“Saya datang dari Bandung. Tiap ke Jogja, Malioboro wajib didatangi. Suasananya beda, magis, dan nggak pernah membosankan,” ujar Intan (28), wisatawan asal Bandung yang datang bersama tiga rekannya.
Dari pedagang kaki lima yang menjajakan batik, suvenir, hingga kuliner seperti bakpia dan sate klathak, semuanya sibuk melayani pembeli. Pengunjung juga antusias menikmati jajanan angkringan yang tersaji di sepanjang jalur pedestrian.
Tak hanya wisatawan domestik, turis asing pun terlihat menikmati malam Minggu ala Yogyakarta. Aksen asing terdengar di antara kerumunan, menandakan popularitas Malioboro yang sudah mendunia.
“Saya dari Jakarta dan baru kali ini datang saat malam Minggu. Jujur, ini lebih meriah dari yang saya bayangkan. Ada live music, makanan enak, dan keramaian yang seru banget,” ungkap Fikri, 32 tahun, wisatawan asal Jakarta.
Lampu hias yang menerangi trotoar, dipadukan dengan pertunjukan seni jalanan, menjadikan Malioboro seperti taman hiburan terbuka yang hidup sepanjang malam. Banyak keluarga duduk bersantai di bangku-bangku publik, sementara pasangan muda asyik berfoto ria dengan latar belakang bangunan heritage yang ikonik.
Menurut salah satu pedagang, kepadatan ini sudah menjadi pemandangan rutin setiap akhir pekan.
“Kalau malam Minggu, Malioboro pasti penuh. Tapi justru itu yang bikin suasananya hidup dan bikin dagangan juga laris,” kata Sugeng (45), pedagang suvenir di kawasan Malioboro.
Fenomena "meledaknya" Malioboro saat malam Minggu tak hanya memperlihatkan gairah pariwisata yang membara, tapi juga mempertegas posisinya sebagai destinasi unggulan di Indonesia. Di tengah gempuran wisata modern, Malioboro tetap menjadi primadona dengan nuansa tradisional yang menenangkan sekaligus menggembirakan. Tak berlebihan jika dikatakan: siapa pun yang ke Jogja dan belum ke Malioboro saat malam Minggu, belum benar-benar merasakan denyut nadi kota ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sholihin Nur |