Peristiwa Daerah

Dugaan Kelalaian Medis di Lamongan, Bocah 4 Tahun Meninggal Usai Operasi Usus Buntu

Selasa, 06 Mei 2025 - 12:00 | 34.79k
Inda Kusuma Wardhani warga Kecamatan Kedungpring yang telah meninggal dunia pasca menjalani operasi usus buntu. (FOTO: Erna Sujarwati for TIMES Indonesia)
Inda Kusuma Wardhani warga Kecamatan Kedungpring yang telah meninggal dunia pasca menjalani operasi usus buntu. (FOTO: Erna Sujarwati for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Kasus dugaan kelalaian medis terjadi di Lamongan, Jawa Timur. Seorang anak berusia 4 (empat) tahun bernama Inda Kusuma Wardhani, warga Kecamatan Kedungpring, Lamongan, Inda Kusuma Wardhani meninggal dunia usai menjalani operasi usus buntu. 

Operasi itu ditangani oleh salah satu dokter spesialis bedah umum, dr R diketahui terakhir telah tercatat bertugas di dua rumah sakit di wilayah Kabupaten Lamongan.

Advertisement

Mutmainnah, nenek Inda Kusuma Wardhani mengaku kecewa dengan dr R selaku dokter spesialis bedah umun yang diduga melakukan tindakan operasi. 

"Tentunya, kami kecewa berat dengan dr R. Kenapa kondisi seperti yang dialami almarhumah cucu saya harus terjadi?" ujar Mbak Mut, Senin (5/5/2025).

Lebih lanjut, Mbak Mut berharap, tidak ada lagi kasus yang sama terulang kembali menimpah semua warga di Lamongan. Organisasi profesi dokter harus bisa mengevaluasi kembali dokter tersebut. 

"Kami sekeluarga mengimbau dokter di Lamongan mampu menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya, khususnya dr R. Ini nyawa manusia. Jangan dibuat mainan," ucapnya. 

Ketika ditanya, apakah pihak keluarga Inda Kusuma Wardhani terutama orang tua akan menuntut dokter spesialis bedah tersebut ? Mbak Mut menjawab tidak menuntut karena dari keluarga merupakan orang awam. 

"Uang apa yang digunakan untuk membayar pengacara? Kemarin waktu di rumah sakit tersebut itu menelan biaya diatas Rp10 juta. Namun ketika kita lampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa, hanya dipotong Rp1 juta lebih," katanya. 

Mbak Mut menjelaskan, Inda awalnya menjalani operasi usus buntu pada 7 April 2025 di salah satu rumah sakit swasta di Lamongan. Enam hari kemudian dipulangkan, meskipun kondisi jahitannya dinilai belum pulih sempurna.

"Bau menyengat dari bekas jahitan, cairan keluar, dan kesadaran menurun," tuturnya. 

Kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat oleh salah satu perawat rumah sakit swasta tersebut di rumah.

"Kemudian pada 18 April, Inda dibawa ke rumah sakit berbeda dari sebelumnya dan langsung masuk ICU. Dan dokter yang nangani juga sama," ujarnya. 

Inda-Kusuma-Wardhani.jpgKomisi D DPRD Lamongan dari Fraksi PDI Perjuangan, Erna Sujarwati

Sebelum dibawa ke rumah sakit yang berbeda itu, Mbak Mut mengatakan, pihaknya sempat menghubungi salah satu pihak dan anggota DPRD Lamongan yang mengenal RS swasta tempat Inda dioperasi. 

"Tapi karena terlalu lambat dalam merespon, akhirnya kita menghubungi Mbak Erna (Erna Sujarwati). Sehingga Inda langsung dirawat di ICU salah satu RS berbeda di Lamongan," tuturnya. 

Sorotan tajam datang dari Komisi D DPRD Lamongan dari Fraksi PDI Perjuangan, Erna Sujarwati. Ia menyebut, kasus Inda bukan satu-satunya. Beberapa pasien lain yang ditangani dr R dikabarkan mengalami infeksi serius pasca operasi. 

"Ini bukan kejadian pertama. Beberapa pasien mengalami infeksi berat usai tindakan bedah oleh dokter ini. Satu di antaranya telah meninggal dunia," ujar Erna. 

Erna mengatakan, pihak keluarga sempat mengalami kesulitan ketika kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat oleh salah satu perawat rumah sakit swasta sebelumnya di rumah. 

Kemudian, Inda akhirnya dibawa ke rumah sakit berbeda dari sebelumnya dan langsung masuk ICU. Ironisnya, dokter yang menanganinya kembali adalah dr R.

"Kami sampai kejar-kejaran waktu. Dari Bupati, Dinsos, Dinkes, semuanya turun tangan supaya Inda bisa dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya," katanya. 

Inda dirujuk pada 21 April 2025 dalam kondisi kritis dengan infeksi yang sudah menyebar luas. Ia menjalani dua kali operasi laparatomi, namun nyawanya tak tertolong. Sabtu, 3 Mei 2025, bocah malang itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Orang tuanya menangis. Mereka cuma minta, jangan sampai ada anak lain bernasib sama. Ini harus jadi tamparan keras bagi 2 (dua) rumah sakit tempat Inda menjalani operasi dan perawatan di ICU," ucapnya. 

Politisi PDI Perjuangan itu meminta manajemen kedua rumah sakit tersebut  untuk mengevaluasi kinerja para dokter spesialis, terutama yang punya rekam jejak buruk dalam penanganan pasien. 

Menurutnya, kelalaian medis bukan sekadar kesalahan teknis, tapi bisa menjadi ancaman nyata bagi nyawa warga Lamongan.

"Kalau ini terus dibiarkan, yang dirugikan bukan cuma pasien, tapi juga citra rumah sakit, bahkan nama baik Lamongan," ujarnya.

Di sisi lain, Ketua IDI Cabang Lamongan, dr Budi Himawan, mengingatkan perlu kehati-hatian dalam menyimpulkan adanya dugaan kelalaian atau malpraktik. 

“Kan harus bisa dibedakan mana komplikasi medis dan mana kelalaian. Jangan langsung tuding,” ujar dr. Budi seraya mengatakan IDI Lamongan belum menerima laporan terkait dokter spesialis bedah tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES