Peristiwa Daerah

Siti Fauziah: Tenun Garut Memiliki Masa Depan Cerah

Sabtu, 10 Mei 2025 - 13:50 | 8.02k
Sekjen MPR Siti Fauziah menilai tenun Garut memiliki prospek cerah, namun menghadapi tantangan serius terkait bahan baku dan penurunan permintaan pasar.
Sekjen MPR Siti Fauziah menilai tenun Garut memiliki prospek cerah, namun menghadapi tantangan serius terkait bahan baku dan penurunan permintaan pasar.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, GARUT – Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah, menilai bahwa kerajinan tenun khas Garut memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Hal ini tak lepas dari upaya para perajin yang terus berinovasi, baik dalam teknik pembuatan maupun motif-motif yang dihasilkan.

“Tenun Garut menunjukkan kualitas yang membanggakan. Dibandingkan dengan tenun dari daerah lain, tenun Garut telah berkembang cukup baik. Apalagi kini sudah banyak inovasi baru dalam motifnya,” ungkap Siti saat meninjau produksi Tenun Garut Sutera Alam Soleh (SAS) di Garut, Jawa Barat, Jumat (9/5/2025). Dalam kunjungan tersebut, ia didampingi oleh Hayun, pemilik usaha tenun SAS.

Advertisement

Siti-Fauziah-2.jpg

Namun di balik prospeknya yang menjanjikan, perajin tenun Garut menghadapi hambatan, terutama terkait ketersediaan bahan baku. Hayun mengungkapkan bahwa saat ini sangat sulit mendapatkan benang sutera lokal. “Ada yang menjual benang, tapi kebanyakan impor dan harganya mahal,” jelasnya.

Tak hanya itu, produksi SAS saat ini juga terhenti akibat menurunnya permintaan dari luar daerah. “Sudah dua bulan tidak ada pengiriman ke Medan karena tidak ada permintaan. Akibatnya, sementara waktu kami menghentikan produksi,” tambah Hayun.

Menanggapi kondisi tersebut, Siti Fauziah menyayangkan tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM seperti pengusaha tenun Garut. Ia menegaskan pentingnya dukungan dari pemerintah agar perajin bisa memperoleh bahan baku berkualitas dengan harga yang terjangkau.

“Kalau dari segi kemampuan produksi, UMKM seperti perajin tenun Garut sangat mumpuni. Yang dibutuhkan sekarang adalah dukungan dalam hal ketersediaan bahan baku. Pemerintah pusat maupun daerah diharapkan bisa memfasilitasi hal ini,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa kelangkaan bahan baku akan berdampak langsung pada proses produksi dan harga jual. “Jika bahan baku sulit dan mahal, tentu produksi akan terhambat dan harga kain tenun pun jadi lebih tinggi,” imbuhnya.

Siti, yang akrab disapa Ibu Titi, juga menyoroti turunnya daya beli masyarakat saat ini. Kondisi ini turut mempengaruhi permintaan pasar terhadap produk-produk UMKM seperti tenun Garut.

Sementara itu, Hayun menuturkan bahwa usaha Tenun SAS merupakan warisan keluarga yang telah dirintis sejak tahun 1995 oleh sang kakek, almarhum H. Aman Sahuri, seorang pelopor pengembangan sutera di Garut. Usaha ini kemudian diteruskan oleh ayahnya, almarhum Soleh, dan kini dijalankan oleh generasi ketiga, termasuk dirinya.

Tenun SAS tetap mempertahankan proses produksi tradisional dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Saat ini, sekitar 80 perajin dari wilayah sekitar masih aktif bekerja dengan 80 ATBM, dan mampu menghasilkan sekitar 150 lembar kain tenun per minggu, baik jenis tenun songket maupun tenun bulu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES