Menyaksikan Langsung Kirab Bedol Pusoko, Ritual Jelang Malam 1 Suro di Ponorogo

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Bangsa yang besar tidak akan melupakan sejarahnya, sejarah yang berakar dari budaya dan tradisi kearifan lokal. Seperti kirab Bedol Pusoko yang digelar menyambut malam 1 Suro di Kabupaten Ponorogo.
Prosesi ritual tahunan tersebut berlangsung khidmat di Pringgitan Rumah Dinas Bupati Ponorogo Rabu (25/6/2025) malam.
Advertisement
Akar Sejarah Mendalam
Ritual Bedol Pusoko adalah prosesi sakral yang menjadi bagian penting dari perayaan Grebeg Suro di Ponorogo, dan memiliki akar sejarah yang dalam. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur sebagai simbol sejarah berdirinya Kabupaten Ponorogo.
Asal-usulnya bermula dari tahun 1496, ketika Batoro Katong, seorang bangsawan dari Kesultanan Demak, berhasil menaklukkan Kerajaan Wengker dan mendirikan pemerintahan baru yang kini dikenal sebagai Ponorogo.
Ia kemudian menjadi Adipati pertama Ponorogo, dan meninggalkan tiga pusaka utama yang kini masih dijaga dan diarak dalam kirab, yaitu Payung Songsong Tunggul Wulung, Tombak Tunggul Nogo, dan Sabuk Angkin Cindhe Puspito.
Suasana sakral mengiringi prosesi Bedol Pusoko yang diawali dengan pengalungan rangkaian bunga melati oleh juri kunci makam Batoro Katong kepada Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, dan dilanjutkan pengalungan rangkaian bunga melati kepada para bergodo atau petugas pembawa pusaka.
Prosesi Bedol Pusoko
Bupati Sugiri Sancoko dalam pelaksanaan kirab Bedol Pusoko menyampaikan, bahwa Bedol Pusoko adalah kirab pusaka yang akan dibawa ke kawasan kota lama (Pasar Pon) dimana tempat pemerintahan Ponorogo yang didirikan pertama kali oleh Adipati Batoro Katong.
"Pusaka-pusaka itu akan dikembalikan ke Pringgitan pada Kamis (26/5/2025) siang dalam acara Kirab Pusaka," kata Sugiri Sancoko.
Orang nomor satu di Pemkab Ponorogo ini pun berkisah berdirinya Ponorogo yang ditandai dengan kekalahan Ketut Suryo Alam atau Demang Kutu oleh salah satu putra Brawijaya yaitu Batoro Katong pada tahun 1496.
"Pada tahun tersebut Batoro Katong diwisuda menjadi Adipati pertama Ponorogo dan pusaka peninggalan Batoro Katong besok akan dikirab," kata Bupati Sugiri Sancoko.
Pada tahun 1738 saat Ponorogo dipimpin Bupati ke-13 Hadi Merto Negoro, pusat pemerintahan Ponorogo yang sebelumnya berada di Kota Lama dipindahkan ke Kota Tengah.
"Yang saat ini sedang berdiri di daerah ini," kata Sugiri Sancoko.
Kirab Bedol Pusoko juga diikuti pasukan bergodo dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang disambut hangat masyarakat Ponorogo sepanjang jalan dari Pringgitan Rumah Dinas Bupati Ponorogo hingga makam Adipati pertama Ponorogo Batoro Katong.
Makna Simbolik di Balik Pusaka
Bupati Sugiri Sancoko juga menyebut, kirab Bedol Pusoko Ponorogo memiliki makna simbolik yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai spiritual, kekuasaan, dan perlindungan masyarakat,
Seperti Payung Songsong Tunggul Wulung, melambangkan kewibawaan dan perlindungan pemimpin terhadap rakyatnya. Payung ini secara simbolik menaungi seluruh Ponorogo, menjadi peneduh dalam arti fisik maupun spiritual.
Lalu ada Tombak Tunggul Nogo menjadi simbol kekuatan, keberanian, dan penjagaan. Tombak ini dipercaya memiliki energi magis untuk menolak bala,menjaga wilayah Ponorogo dari gangguan, baik fisik maupun metafisik, dan
"Dan Sabuk Angkin Cinde Puspito melambangkan kesatuan, pengikat, dan keharmonisan. Sabuk ini dipercaya sebagai pengikat kekuatan spiritual dan simbol terhadap nilai-nilai luhur," tukas Bupati Sugiri Sancoko. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |