Peristiwa Daerah

Kasus Leptospirosis di Bondowoso Meningkat, Dua Korban Meninggal Dunia

Kamis, 03 Juli 2025 - 14:00 | 10.27k
Tim Kesehatan Provinsi saat menangkap tikus yang positif Teriveksi virus Leptospira (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Tim Kesehatan Provinsi saat menangkap tikus yang positif Teriveksi virus Leptospira (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Ancaman penyakit leptospirosis di Bondowoso kian meningkat. Bahkan Hingga Rabu (3/7/2025), Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat 14 kasus infeksi penyakit yang ditularkan melalui urine tikus tersebut. 

Tragisnya, dua penderita dinyatakan meninggal dunia karena terlambat mendapatkan penanganan medis.

Advertisement

Leptospirosis, penyakit yang dikenal sebagai salah satu penyakit zoonosis berbahaya, kini menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Sebaran kasus ditemukan di berbagai kecamatan. 

Gejala awal penyakit yang ditularkan tikus ini, menyerupai penyakit umum seperti demam, mual, tubuh menguning, dan nyeri pada betis, kerap membuat diagnosis awal sulit dikenali.

“Kasus leptospirosis tahun ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Bondowoso, dr Titik Erna Erawati. 

Menurutnya, tren kenaikan ini memperlihatkan perlunya kewaspadaan lebih tinggi dari semua pihak.

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira yang umumnya menyebar melalui air yang tercemar urine tikus. 

Lingkungan yang kotor, genangan air saat musim hujan, serta kebiasaan warga yang abai terhadap sanitasi, menjadi pemicu tingginya potensi penularan.

Menurut dr Titik, gejala biasanya muncul antara lima hari hingga dua pekan setelah terinfeksi. Jika tidak segera ditangani, kondisi pasien bisa memburuk dan berujung pada kematian. 

“Seperti dua kasus yang meninggal, mereka terlambat mendapatkan penanganan medis,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Bondowoso telah berkoordinasi dengan seluruh puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan. Petugas kesehatan, khususnya pemegang program penyakit menular, juga diberikan pelatihan ulang agar dapat mengenali tanda-tanda awal leptospirosis.

“Dengan deteksi dini, harapannya pasien bisa cepat dirujuk dan ditangani, sehingga peluang sembuh lebih besar,” terang dr Titik. 

Ia menegaskan bahwa leptospirosis tidak menular antar manusia dan biasanya kasus meningkat saat musim hujan atau pascabanjir.

Berikut data kasus leptospirosis dalam empat tahun terakhir di Bondowoso. Tahun 2022, 3 kasus, seluruhnya sembuh; 2023 1 kasus, meninggal dunia (menolak dirawat); 2024 sebanyak 11 kasus, seluruhnya sembuh; dan tahun 2025 ada 14 kasus, 2 meninggal dunia. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES