Peristiwa Daerah

Kopi Perdamaian de Karanganjar Blitar Penyatuan Budaya di Lereng Gunung Kelud

Minggu, 20 Juli 2025 - 08:05 | 22.30k
Hadirin dan seniman mengibarkan bendera Merah Putih dalam kemeriahan Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar di Blitar. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Hadirin dan seniman mengibarkan bendera Merah Putih dalam kemeriahan Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar di Blitar. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLITARFestival Kopi Perdamaian de Karanganjar 2025 sukses digelar di Perkebunan Kopi Karanganjar, Nglegok, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (19/7/2025) malam.

Acara ini menjadi wajah baru dari Purnama Seruling Penataran (PSP) dengan skala penyelenggaraan internasional. Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar menghadirkan seniman lokal, nasional, hingga mancanegara dalam pertunjukan budaya yang terbuka untuk publik.

Advertisement

Deklarasi-Kopi-Perdamaian.jpgPara tokoh daerah dan pelaku budaya membawa cangkir kopi sebagai simbol perdamaian dalam prosesi Deklarasi Kopi Perdamaian di panggung utama Vredestuin, Karanganjar. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Festival ini dirancang sebagai panggung diplomasi budaya melalui media kopi. Lokasinya berada di kawasan heritage peninggalan Hindia Belanda dengan latar lereng Gunung Kelud. Perpaduan sejarah, alam, dan seni menjadikan Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar sebagai ruang dialog budaya lintas bangsa.

Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar diawali dengan ritual Jamasan Pusaka Suro. Kegiatan ini menjadi simbol pembersihan lahir dan batin yang sudah mengakar dalam budaya masyarakat Jawa. Pusaka diarak menuju meja pencucian, lalu dimandikan secara khidmat menjelang bulan Suro.

Usai prosesi, rangkaian seni dimulai dengan puisi oleh Bening, disusul Jaranan Klampis Ireng dari Desa Jugo. Penampilan ini dilanjutkan dengan Fashion Show Batik Tutur sebagai ekspresi budaya kontemporer Blitar.

Musisi.jpgMusisi asal Spanyol Rodrigo Parejo membawakan komposisi flute bernuansa world music dalam Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Musisi asal Spanyol, Rodrigo Parejo, tampil sebagai perwakilan seniman mancanegara. Penonton menikmati nuansa musik global yang berpadu dengan suara khas instrumen lokal. Hadir pula Reog Bulkiyo dari Desa Kemloko dan Barongan Warak asal Modangan.

Wima Brahmantya selaku CEO PT Harta Mulia menyatakan bahwa kopi memiliki nilai pemersatu yang universal.

“Kopi adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Karena itu, kami berharap Festival Kopi de Karanganjar dapat menyatukan banyak seniman lokal, nasional, maupun internasional dalam satu tali perdamaian melalui seni, budaya, dan tentu saja kopi,” ujarnya.

Deklarasi Kopi Perdamaian dibacakan menjelang akhir acara. Momen ini menjadi simbol komitmen bersama untuk menjadikan kopi sebagai penghubung antarbangsa. Deklarasi ini sekaligus menjadi identitas baru bagi Karanganjar sebagai pusat diplomasi budaya melalui Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar.

Kopi Perdamaian de Karanganjar merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi PT Harta Mulia. Penyelenggaraan festival tahun ini tidak hanya mempromosikan kopi lokal, tetapi juga memperkuat peran Blitar dalam diplomasi budaya internasional.

Sendratari Bhumi Laya Ika Tantra Adi Raja tampil sebagai penutup dengan mengangkat tema keagungan bumi dan nilai-nilai persatuan. Tarian tersebut dibawakan oleh Rumah Cinta Indonesia, dengan visual panggung yang menyatu dengan arsitektur kolonial khas De Karanganjar.

Pengunjung yang hadir disuguhi kopi khas lereng Gunung Kelud. Pemandangan bangunan peninggalan Belanda menambah suasana otentik. Di lokasi yang sama, beberapa spot foto bertema vintage Hindia Belanda menjadi daya tarik pengunjung.

Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar mendapat respons positif dari masyarakat dan pelaku seni. Kegiatan ini dinilai berhasil menjadi ruang temu budaya, sekaligus memperkenalkan kekayaan lokal Blitar ke tingkat global.

Dengan pendekatan budaya yang kuat, Festival Kopi Perdamaian de Karanganjar dinilai mampu memperkuat citra Blitar sebagai panggung seni internasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES