Peristiwa Internasional

Korea Utara Kekurangan Pangan?

Kamis, 17 Juni 2021 - 14:40 | 24.93k
Rodong Sinmun, 17 Juni 2021 | Kim Jong Un dengan pejabat tinggi dalam pertemuan kecil pada hari kedua pleno partai.(FOTO : North Korea News/Rodong Sinmun)
Rodong Sinmun, 17 Juni 2021 | Kim Jong Un dengan pejabat tinggi dalam pertemuan kecil pada hari kedua pleno partai.(FOTO : North Korea News/Rodong Sinmun)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un secara resmi mengakui bahwa negaranya sedang mengalami kekurangan pangan.

Dilansir BBC, saat berbicara pada pertemuan para pemimpin senior, Kim mengatakan situasi pangan rakyat Korea Utara sekarang semakin tegang.

Advertisement

Dia mengatakan sektor pertanian gagal memenuhi target gandumnya karena topan tahun lalu, yang menyebabkan banjir.

Ada laporan bahwa harga makanan juga telah melonjak, dan North Korea News melaporkan bahwa satu kilogram pisang harganya mencapai $45 (£32).

Korea Utara telah menutup perbatasannya untuk menahan penyebaran Covid-19.

Akibatnya perdagangan dengan China juga anjlok. Korea Utara bergantung pada China untuk makanan, pupuk, dan bahan bakar.

Korea Utara juga berjuang di bawah sanksi internasional, yang diberlakukan karena program nuklirnya.

kim.jpgTubuh Kim Jong-un yang lebih ramping telah memicu lebih banyak spekulasi tentang kesehatannya.(FOTO B:BBC/Reuters)

Pemimpin otoriter negara satu partai itu berbicara tentang situasi pangan di Komite Pusat Partai Buruh yang berkuasa yang dimulai minggu ini di ibu kota Pyongyang.

Dalam pertemuan tersebut, Kim Jong-un  mengatakan, bahwa output industri nasional telah tumbuh seperempat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Para pejabat diharapkan untuk membahas hubungan dengan AS dan Korea Selatan selama acara tersebut tetapi belum ada rincian yang dirilis.

Pada bulan April, Kim membuat pengakuan langka tentang kesulitan yang membayangi, menyerukan para pejabat untuk "melakukan 'Pawai yang Sulit' lagi, untuk meringankan rakyat kita dari kesulitan, bahkan sedikit".

The Harduous March adalah istilah yang digunakan oleh pejabat Korea Utara untuk merujuk pada perjuangan negara itu selama kelaparan tahun 1990-an, ketika jatuhnya Uni Soviet meninggalkan Korea Utara tanpa bantuan penting.

Jumlah total warga Korea Utara yang mati kelaparan pada saat itu tidak diketahui, tetapi perkiraan berkisar hingga 3 juta.

Saat ini Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un juga secara resmi telah mengakui bahwa negaranya sedang mengalami kekurangan pangan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES