Misi 'Bunuh Diri' DART NASA Berhasil Mengubah Jalur Asteroid

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Misi "bunuh diri" pesawat DART ( Double Asteroid Redirection Test) NASA ke asteroid Dimorphos membuahkan hasil. Asteroid Dimorphos yang sengaja ditabrak pada 26 September 2022 lalu itu, dilaporkan berbelok orbit.
Analisis data yang diperoleh selama dua minggu terakhir, tim investigasi DART NASA menyatakan, dampak tubrukan pesawat ruang angkasa berhasil mengubah orbit asteroid.
Advertisement
Ini menandai kali pertama umat manusia dengan sengaja mengubah gerakan benda di langit dan demonstrasi skala penuh pertama dari teknologi defleksi asteroid.
"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi planet rumah kita. Bagaimanapun, itu satu-satunya yang kami miliki," kata Administrator NASA, Bill Nelson.
"Misi ini menunjukkan bahwa NASA berusaha untuk siap menghadapi apa pun yang dilemparkan alam semesta kepada kita. NASA telah membuktikan bahwa kita serius sebagai pembela planet ini. Ini adalah momen penting untuk pertahanan planet dan seluruh umat manusia, menunjukkan komitmen dari tim dan mitra NASA yang luar biasa dari seluruh dunia," katanya seperti dilansir di situs NASA.
Sebelum ditabrak dengan sengaja oleh DART, Dimorphos membutuhkan waktu 11 jam dan 55 menit untuk mengorbit asteroid induknya yang lebih besar, Didymos.
Namun sejak ditabrak dengan sengaja oleh DART dengan Dimorphos pada 26 September lalu orbit Dimorphos di sekitar Didymos menjadi lebih pendek yakni 11 jam dan 23 menit.
Sebelum pertemuannya, NASA telah mendefinisikan perubahan periode orbit minimum yang berhasil dari Dimorphos sebagai perubahan 73 detik atau lebih. Data awal ini menunjukkan DART melampaui tolok ukur minimum ini lebih dari 25 kali.
"Hasil ini merupakan salah satu langkah penting menuju pemahaman efek penuh dari dampak DART dengan asteroid targetnya," tambah Direktur Divisi Ilmu Planet NASA di Markas Besar NASA di Washington, Lori Glaze.
"Ketika data baru datang setiap hari, para astronom akan bisa menilai dengan lebih baik apa dan bagaimana, misi seperti DART bisa digunakan di masa depan untuk membantu melindungi Bumi dari tabrakan dengan asteroid jika kita pernah menemukannya menuju ke arah kita," katanya.
Pasangan asteroid itu berputar bersama mengelilingi matahari setiap 2,1 tahun dan sebenarnya tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, tetapi asteroid itu bisa digunakan sebagai uji ideal dari metode pertahanan planet "dampak kinetik" jika objek serupa mendekat sebenarnya pernah terdeteksi.
“Tidak ada risiko dalam kasus ini karena ini adalah target yang sengaja dipilih untuk memastikan bahwa asteroid menabrak Bumi ini tidak akan terjadi," kata seorang astronom di Universitas Harvard, Yvette Cendes seperti disampaikan kepada Al Jazeera.
Keberhasilan DART sebagai pembuktian konsep ini telah menjadi kenyataan fiksi ilmiah.
“Saya telah menonton Armageddon dan Deep Impact dan semua itu, dan sungguh menakjubkan melihat hal ini menjadi kenyataan,” kata Cendes.
Dimorphos yang berdiameter 160 meter (530 kaki) atau kira-kira seukuran piramida Mesir besar itu telah berubah menjadi komet buatan manusia.
Tetapi mengukur seberapa baik tes itu bekerja masih membutuhkan analisis pola cahaya dari teleskop darat, yang membutuhkan waktu beberapa minggu untuk menjadi jelas.
Sistem asteroid biner, yang berjarak sekitar 11m km (6,8m mil) dari Bumi saat tumbukan, hanya terlihat sebagai satu titik dari tanah.
Menjelang pengujian, para ilmuwan NASA mengatakan hasil percobaan akan mengungkapkan apakah asteroid itu adalah batu padat, atau lebih seperti "tumpukan sampah" batu-batu besar yang terikat oleh gravitasi timbal balik.
Jika asteroid lebih padat, momentum yang diberikan oleh pesawat ruang angkasa akan terbatas. Tetapi jika "halus" dan massa yang signifikan didorong dengan kecepatan tinggi ke arah yang berlawanan dengan tumbukan, akan ada dorongan tambahan.
Belum pernah difoto sebelumnya, Dimorphos muncul sebagai setitik cahaya sekitar satu jam sebelum tumbukan.
Bentuknya yang seperti telur dan permukaannya yang berbatu dan berbatu akhirnya terlihat jelas dalam beberapa saat terakhir saat DART melaju ke arahnya dengan kecepatan sekitar 23.500 km/jam (14.500 mph).
Sangat sedikit dari miliaran asteroid dan komet di tata surya kita yang dianggap berpotensi berbahaya bagi planet kita, dan tidak ada yang diperkirakan akan menabrak dalam 100 tahun ke depan atau lebih.
Catatan geologis menunjukkan, misalnya, bahwa asteroid selebar 9,6km (6 mil) menghantam Bumi 66 juta tahun yang lalu, menjerumuskan dunia ke dalam musim dingin yang panjang yang menyebabkan kepunahan massal dinosaurus bersama dengan 75 persen dari semua spesies.
Sebaliknya, asteroid seukuran Dimorphos yang telah ditabrak dalam misi "bunuh dirinya" pesawat DART NASA hanya akan menimbulkan dampak regional, seperti menghancurkan seukuran kota. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |