Peristiwa Internasional

Seruan G20 untuk Mengakhiri Perang Ukraina Ditolak China dan Rusia

Jumat, 03 Maret 2023 - 16:06 | 40.84k
Perdana Menteri India, Narendra Modi saat berbicara melalui televisi kepada para menteri G20 dalam bahasa Inggris, tanda betapa seriusnya dia ingin pesannya diperhatikan. (FOTO: BBC/Reuters)
Perdana Menteri India, Narendra Modi saat berbicara melalui televisi kepada para menteri G20 dalam bahasa Inggris, tanda betapa seriusnya dia ingin pesannya diperhatikan. (FOTO: BBC/Reuters)

TIMESINDONESIA, JAKARTAChina dan Rusia sekata menolak seruan untuk diakhirinya perang di Ukraina, hingga menyebabkan pertemuan G20 di India berakhir hari Kamis tanpa konsesus tentang perang itu.

China dan Rusia adalah dua negara yang pada pertemuan menteri luar negeri G20 pada hari Kamis di New Delhi itu yang tidak menyetujui adanya pernyataan yang menuntut "penarikan penuh dan tanpa syarat Rusia dari wilayah Ukraina".

Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan ada perbedaan yang tidak dapat didamaikan karena para pihak memiliki pandangan yang berbeda.

Ia menambahkan,  bahwa anggota G20, kelompok ekonomi terbesar di dunia, menyetujui sebagian besar masalah yang melibatkan keprihatinan negara-negara kurang berkembang seperti memperkuat multilateralisme, mempromosikan ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, masalah gender dan kontraterorisme".

Dalam pidato video kepada para menteri luar negeri yang berkumpul, Perdana Menteri India Narendra Modi mendesak para anggota untuk tidak membiarkan ketegangan saat ini menghancurkan kesepakatan yang mungkin dicapai tentang ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, dan utang.

Mengakhiri Perang di Ukraina

Sementara itu Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, yang duduk berhadapan dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, menggunakan pertemuan G20 itu untuk berbicara dengan diplomat lama itu.

"Tuan Lavrov, hentikan perang ini. Berhentilah melanggar tatanan internasional kami. Hentikan pemboman kota-kota dan warga sipil Ukraina," katanya.

Lavrov-pun membalas dalam pidatonya, menuduh negara-negara Barat munafik karena mereka telah "memompa Ukraina dengan senjata" selama bertahun-tahun.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menghabiskan sebagian besar waktunya di ibu kota India untuk menjelaskan upaya Washington dalam upayanya meningkatkan ketahanan energi dan pangan.

Blinken juga mengatakan pada pertemuan itu dengan tegas, bahwa perang Rusia dengan Ukraina tidak bisa dibiarkan begitu saja.

"Sayangnya, pertemuan ini kembali dirusak oleh perang Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan melawan Ukraina, kampanye penghancuran yang disengaja terhadap sasaran sipil dan serangannya terhadap prinsip-prinsip inti Piagam PBB," tegas Blinken.

Amerika Serikat dan Rusia bertemu dalam kontak tatap muka tertinggi mereka sejak invasi Ukraina tahun lalu di sela-sela pertemuan G20 yang berakhir berantakan karena perpecahan konflik.

Antony Blinken dan Sergei Lavrov sempat berbicara singkat pada pertemuan para diplomat top dunia di New Delhi, yang gagal mencapai deklarasi akhir bersama setelah ada keberatan dari China dan Rusia.

Blinken menegaskan kembali komitmen Washington untuk melindungi sekutunya Ukraina untuk "melumpuhkan Rusia dari anggapan bahwa dukungan kami mungkin goyah," kata seorang pejabat AS tanpa menyebut nama.

Terakhir kali Blinken dan Lavrov berada di ruangan yang sama pada pertemuan G20 di Bali Juli tahun lalu. Hingga Kamis, tidak ada kontak tatap muka tingkat tinggi antara pemerintah AS dan Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

AS dengan tegas mendukung Ukraina dan memelopori upaya internasional untuk mengisolasi Rusia. Pertemuan G20 yang ditutup pada hari Kamis  tanpa pernyataan bersama itu merupakan kegagalan kedua dari blok tersebut.

Lavrov mengatakan kepada para menteri luar negeri yang berkumpul bahwa perwakilan Barat telah menggagalkan pertemuan dalam upaya untuk mengkambinghitamkan Rusia atas kegagalan mereka sendiri, tidak menghargai upaya tuan rumah India untuk mencapai kesepakatan tentang masalah lain.

"Saya ingin meminta maaf kepada kepresidenan India dan rekan-rekan kami dari negara-negara Selatan global atas perilaku cabul beberapa delegasi Barat, yang telah mengubah agenda G20 menjadi lelucon," kata Lavrov, menurut kantor berita Rusia TASS.

Pertemuan para menteri keuangan G20 di kota Bengaluru di India pekan lalu juga gagal menyepakati pernyataan setelah Rusia dan China dan Rusia juga sekata mengurangi bahasa tentang perang.

Delegasi Barat khawatir China sedang mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Rusia dan mengatakan sebelum KTT mereka bermaksud untuk mencegah Beijing campur tangan dalam konflik tersebut.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, China telah menyebut dirinya sebagai pihak yang netral, tetapi tetap mempertahankan hubungan dekat dengan sekutu strategisnya itu, Rusia.

Cina juga bereaksi keras terhadap klaim yang menyatakan pihaknya sedang mempertimbangkan transfer senjata. China kemudian mengeluarkan kertas posisi yang menyerukan dialog untuk menyelesaikan konflik, pada Februari lalu.

Perang Rusia di Ukraina telah memadati agenda lain pada pertemuan Kelompok G20 yang terdiri dari 19 ekonomi terbesar dunia ditambah Uni Eropa, dan Kamis kemarin telah ditutup tanpa ada konsesus tentang perang di Ukraina itu setelah China sekata dengan Rusia menolaknya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES