Peristiwa Internasional Info Haji 2023

Menapaki Terjal Jabal Nur; Dari Puncak Menatap Langsung Masjidil Haram (2)

Kamis, 13 Juli 2023 - 09:16 | 185.39k
Penulis saat ada di puncak Jabal Nur. Di bawah, terlihat permukiman masyarakat Kota Makkah. (Foto: MCH 2023)
Penulis saat ada di puncak Jabal Nur. Di bawah, terlihat permukiman masyarakat Kota Makkah. (Foto: MCH 2023)
FOKUS

Info Haji 2023

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAKKAH – Di pinggir jalan, terlihat penjual air mineral, batu akik, tasbih, makanan ringan, menawarkan barang daganganya kepada para peziarah. Sayang, sampah botol minuman banyak berserakan.

Alhamdulillah. Dengan nafas terengah-engah, saya sampai di puncak Jabal Nur. Mana Gua Hira, tempat Rasulullah menerima wahyu?

Advertisement

Saya bertanya-tanya dalam hati. Kaki terus melangkah mengikuti arus peziarah lain. Tepat di puncak, terdapat bangunan bak pintu gerbang, dari situ, terlihat jelas tower zamzam, penanda di situlah Masjidil Haram.

Lampu-lampu penanda bangunan Kota Makkah terlihat bersinar. Gua Hira, ternyata ada di bawahnya. Menuju ke lokasi, ada jalan turun sangat terjal. Harus berpegangan erat ke besi di sisi luar alias tebing gunung. Sampai di bawah, seorang penunjuk jalan menggerakkan senternya ke arah batu-batu besar. Sangat besar ukurannya.

Menapaki-Terjal-Jabal-Nur-a.jpgPara jurnalis dari berbagai media saat beristirahat turun dari puncak Jabal Nur. (Foto: MCH 2023)

Ternyata, untuk menuju Gua Hira, harus masuk ke celah di antara batu besar itu. Lebarnya, hanya seukuran tubuh manusia. Itu pun, harus tubuh miring saat masuk.

Dan, Ya Allah, beberapa meter di depan saya, adalah Gua Hira. Ruang yang terdiri dari tumpukan batu. Cukup hanya 2-3 orang. Sudah penuh peziarah antre masuk. Mereka rata-rata shalat dan berdoa di gua itu.

Saya mencoba mengamati sekeliling. Apakah bisa mendekati gua dari sisi lain. Naik batu besar adalah cara satu-satunya. Itu pun akhirnya saya lakukan. Alhamdulillah, saya bisa duduk santai, sembari berdoa, merenung, berpikir, berusaha kontemplasi, persis di sisi atas mulut gua.

Jika berada di Gua Hira, shalat atau berdoa, maka di depannya, lurus menuju arah Masjidil Haram.

Sekian menit saya duduk, berdoa, dan merenung, akhirnya bergantian dengan petugas haji lainnya, baru menyadari betapa licinnya batu yang saya injak. Berusaha keluar dengan cara naik batu di atasnya, saya dicegah. "Jangan lewat atas pak. Saya tadi ke sini mencoba dari atas, sangat licin. Kalau kepeleset, bahaya," kata Sucipto, salah seorang jurnalis MCH Daker Madinah.

Menapaki-Terjal-Jabal-Nur-b.jpgTrack turun dari puncak Jabal Nur saat hari mulai siang, dipenuhi peziarah. (Foto: MCH 2023)

Saya pun beringsut perlahan. Menapaki pinggiran batu. Lalu turun dan menyelinap di antara batu besar. Keluar dari jalan yang sama saat masuk ke Gua Hira.

Waktu Subuh masih cukup lama, saya memutuskan naik ke sisi atas gua. Ya Allah, pemandangan yang terhampar begitu membuat perasaan bercampur. Antara decak kagum. Bersyukur. Berpikir. Sembari berdoa.

Saya berdiri di atas lempengan batu di luar pagar besi pembatas. Memberanikan diri. Memaksimalkan untuk merasakan hawa puncak Jabal Nur.

Berdiri tegak memandang ke depan, lurus melihat Masjidil Haram. Sebisanya saya berdoa. Sebisanya saya memanjatkan harapan. Sembari terus bershalawat.

Tak sedikit peziarah yang duduk memenuhi bebatuan besar di puncak Jabal Nur. Terdengar lantunan shalawat begitu keras dari peziarah asal Tiongkok. Keras, bershalawat bersama. Sesekali terlihat, peziarah yang berdiri menengadahkan kepala, membuka tangannya berdoa. Banyak pula yang menjeber sajadah dan shalat. Mana saja batu yang nyaman untuk duduk dan berdoa, pasti ada peziarah di situ. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES