Peristiwa Internasional

Seperti Hujan Meteor di Melbourne Australia, Ternyata Ini

Jumat, 11 Agustus 2023 - 07:21 | 148.45k
Banyak orang melihat seperti komet yang terbakar ditengah malam di langit Melbourne, Australia.(FOTO: Daily Mail)
Banyak orang melihat seperti komet yang terbakar ditengah malam di langit Melbourne, Australia.(FOTO: Daily Mail)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seperti hujan meteor, Senin tengah malam menghiasi langit Melbourne, Australia, kemudian menimbulkan suara dentuman saat menghantam bumi.

Para ahli itu dengan cepat menilai pertunjukan cahaya selama satu menit di atas langit Melbourne itu adalah sampah luar angkasa, yang terbakar akibat gesekan saat menghantam atmosfer dengan kecepatan tinggi.

Dilansir The Guardian, Badan Antariksa Australia kemudian mengkonfirmasi bahwa sampah luar angkasa itu kemungkinan adalah sisa-sisa roket Soyuz milik Rusia yang diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di utara Moskow pada Senin malam untuk menempatkan satelit navigasi global barunya ke orbit.

Roket tersebut memiliki berat 105 ton, panjang 25 meter dan diluncurkan dengan sangat tinggi, kemudian bahan bakarnya habis," kata Associate Professor Alice Gorman dari Flinders University.

Menurut otoritas Rusia, peluncuran tersebut memang untuk menempatkan satelit navigasi global 'GLONASS-K2', generasi baru ke orbit."

Badan antariksa itu mengatakan, pihak berwenang Rusia juga sudah memberi tahu tentang peluncuran itu dan sisa-sisa roket direncanakan masuk kembali ke atmosfer ke laut lepas pantai tenggara Tasmania.

"Banyak warga Melbourne melihat roket tersebut melesat melintasi langit kemudian pecah berkeping-keping, masing-masing terus menyala dalam pertunjukan kembang api yang spektakuler," katanya.

"Ini benar-benar luar biasa,” tambah astronom di Universitas Swinburne, Profesor Alan Duffy kepada radio 3AW.

"Ini adalah pertunjukan cahaya terbesar yang pernah saya lihat, dalam hal masuknya kembali beberapa jenis materi dari orbit," ujarnya

Duffy menegaskan cahaya itu tidak mungkin berasal dari materi luar angkasa yang terjadi secara alami seperti batu atau meteor. Warna yang terlihat pada potongan cahaya yang terbakar malam itu menunjukkan itu berasal dari  logam atau plastik.

"Sedangkan meteor alami bila terbakar sinar yang ditimbulkan akan berwarna hijau atau biru karena unsur kimia penyusunnya," kata Profesor Richard de Grijs, astrofisikawan di Universitas Macquarie.

"Jatuhnya meteor juga merupakan peristiwa yang jauh lebih pendek, karena menghantam atmosfer dengan kecepatan lebih dari 10 km/detik," kata Associate Professor Michael Brown dari Sekolah Fisika dan Astronomi Universitas Monash.

"Roket itu sangat cepat dan bisa memecahkan penghalang suara," kata Gorman, menjelaskan laporan tentang orang yang mendengar dentuman sonik dan merasakan rumahnya bergetar.

"Saat Stasiun Luar Angkasa Skylab AS jatuh kembali ke Bumi di atas Australia Barat pada tahun 1979 juga terjadi ledakan sonik dan para petani melaporkan hewan-hewan pada gelisah," katanya.

Laporan pengamat mendengar cahaya adalah "sesuatu yang luar biasa," tambah Duffy.

"Itu berarti potongan terakhir harus terbakar hanya beberapa kilometer di atas permukaan agar ledakan benar-benar mencapai tanah.”

Profesor Virginia Kilborn mengatakan itu adalah penampakan yang "spektakuler, dan sangat tidak biasa" di Melbourne.

“Durasi dan semaraknya peristiwa itu disaksikan dan direkam oleh puluhan orang, hingga Bendigo,” katanya.

Kilborn mengatakan bola api itu bisa jadi adalah meteor yang pecah saat menghantam atmosfer bumi, meskipun teori puing-puing luar angkasa kemungkinan besar ada pada tahap ini.

Ini bukan pertama kalinya tahap roket Soyuz memasuki Australia. Pada Mei 2020, roket identik dari peluncuran satelit militer dari Plesetsk terlihat terbakar di atmosfer.

Pada Senin malam, sekitar tengah malam, sinyal seismik teridentifikasi di dekat barat laut Melbourne, menurut Geoscience Australia .

Beberapa orang menghubungkannya dengan pertunjukan langit, meskipun tidak ada konfirmasi bahwa keduanya terkait.

Peristiwa yang terjadi pada selasa 8 Agustus 2023 lalu itu videonya sempat viral di TikTok setelah terlihat kilauan cahaya berwarna oranye melintasi langit malam kota Melbourne.

Cahaya dari benda langit yang dikatakan meteor itu berhasil mengalahkan cahaya lampu dari para gedung pencakar langit. 

Fenomena Meteor

Di Indonesia sendiri juga akan ada fenomena hujan meteor yang diperkirakan akan muncul pada tanggal 13 Agustus nanti. Hujan Meteor Perseid namanya.

Hujan meteor adalah fenomena banyaknya bintang jatuh yang memasuki atmosfer bumi dan menghasilkan kilatan cahaya.

Momen ini dianggap sebagai yang terbaik pada 2023 karena jumlahnya yang banyak.

Dilansir CNN, fenomena yang sama pada tahun lalu bertepatan dengan Bulan Purnama, sehingga langit lebih terang dan membuat meteor yang lebih redup tak terlihat.

Hujan meteor kali ini bertepatan dengan Bulan fase sabit dengan tingkat kecerahan hanya 10 persen. Alhasil, meteor-meteor yang lebih redup pun akan bisa terlihat.

"Hujan meteor Perseid sering dianggap sebagai hujan meteor terbaik tahun ini karena tingkatnya yang tinggi dan suhu akhir musim panas yang menyenangkan," demikian dikutip dari situs NASA.

Puncak Hujan Meteor Perseid terjadi ketika Bumi melewati puing-puing paling padat dari sisa-sisa komet Swift-Tuttle.

Di Amerika Serikat hujan meteor ini bisa disaksikan dengan intensitas 40 meteor per jam sebelum subuh. Jumlah tersebut bisa dilihat asalkan pengamat berada di wilayah yang cukup gelap.

Langit yang lebih cerah di daerah pinggiran kota bisa mengurangi intensitas tersebut, dengan 10 atau lebih sedikit meteor dalam satu jam.

Di Indonesia, menurut data Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) BRIN, Hujan Meteor Perseid bisa disaksikan dengan intensitas 36 sampai 61 meteor per jam pada hari Minggu (13/8/2023) dini hari.

Anda bisa menyaksikan hujan meteor Perseid paling baik di belahan Bumi utara.

Untuk menyaksikan fenomena ini, kita hanya memerlukan langit yang cerah tapi gelap, dan sedikit kesabaran. Kita tidak perlu melihat ke arah tertentu, karena meteor pada umumnya bisa dilihat di seluruh bagian langit. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES