Peristiwa Internasional

Dipaksa "Mengungsi", Ribuan Warga Gaza Terhenti di Pintu Rafah

Sabtu, 14 Oktober 2023 - 12:56 | 55.05k
Foto ilustrasi, warga Palestina yang menunggu di perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza selatan. Foto ini diambil 17 Juni 2014 (FOTO: Times of Israel)
Foto ilustrasi, warga Palestina yang menunggu di perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza selatan. Foto ini diambil 17 Juni 2014 (FOTO: Times of Israel)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Warga Palestina penghuni wilayah Gaza terjepit di satu-satunya pintu keluar melalui penyeberangan Rafah di Mesir tidak bisa berfungsi karena mengalami kerusakan.

Sementara itu Israel terus membunuh dengan cara menghujani roket-roket dari udara tak terkecuali warga Gaza yang sudah berusaha mengungsi, 70 orang diantarana meninggal dunia kebanyakan perempuan anak-anak.

Advertisement

Jalan keluar terakhir penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir adalah satu-satunya jalan keluar yang memungkinkan orang keluar dari daerah Gaza agar pasokan kebutuhan bisa diarahkan ke sana.

Namun pintu justru tidak bisa digunakan karena mengalami kerusakan.

"Sebenarnya penyeberangan dari sisi Mesir terbuka, namun pintu dari sisi Palestina tidak berfungsi karena dihujani roket lewat  serangan udara Israel awal pekan ini," kata seorang pejabat senior Yordania seperti disampaikan kepada CNN.

Ia menambahkan, bahwa warga Yordania dan Mesir sedang menunggu izin keamanan dari Israel untuk mengizinkan truk pembawa bantuan menyeberang tanpa ancaman serangan udara lagi.

Mesir sendiri sedang menghadapi tekanan yang semakin besar agar bertindak saat negara tetangganya, Gaza, dihantam oleh serangan udara Israel setelah serangan brutal Hamas terhadap Israel akhir pekan lalu .

Kementerian luar negeri Mesir pada hari Kamis juga telah membantah adanya laporan penutupan penyeberangan tersebut, dan mengatakan bahwa penyeberangan tersebut mengalami kerusakan akibat serangan udara Israel yang berulang kali di wilayah Palestina. 

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Rabu bahwa pemerintahan Biden sedang melakukan pembicaraan dengan Israel dan Mesir mengenai penciptaan koridor kemanusiaan yang dapat dilalui oleh warga sipil.

Namun Mesir merasa tidak nyaman dengan kemungkinan ratusan ribu pengungsi Palestina menyeberang ke wilayahnya.

Lebih dari dua juta warga Palestina tinggal di wilayah pesisir padat penduduk dan berada di bawah pemboman intensif Israel.

Sejak Jumat kemarin  warga Palestina berusaha melarikan diri dalam eksodus massal dari Gaza utara setelah militer Israel memerintahkan sekitar 1 juta orang untuk mengungsi ke bagian selatan wilayah yang terkepung itu menjelang invasi darat yang diperkirakan akan dilakukan sebagai pembalasan atas serangan mendadak yang dilakukan kelompok  militan Hamas yang berkuasa.

PBB memperingatkan bahwa mengevakuasi hampir separuh penduduk Gaza yang padat dan miskin itu akan menjadi bencana, karena itu PBB mendesak Israel untuk membatalkan arahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun Israel seperti mengenakan kacamata kuda, serangan udaranya terus menghantam wilayah tersebut sepanjang hari saat banyak keluarga yang mengendarai mobil, truk, dan kereta keledai yang penuh dengan harta benda mengalir di jalan utama keluar dari kota Gaza, .

Kantor media Hamas, seperti dilansir AP mengatakan, jet tempur Israel  menyerang mobil-mobil yang melarikan diri ke selatan itu dan telah menyebabkan 70 orang diantaranya meninggal dunia.

Militer Israel mengatakan pasukannya melakukan serangan sementara ke Gaza untuk memerangi militan dan memburu sekitar 150 orang yang diculik dalam serangan Hamas terhadap Israel hampir seminggu yang lalu.

Dalam desakan evakuasinya, militer Israel mengatakan pihaknya berencana menargetkan tempat persembunyian bawah tanah Hamas di sekitar Kota Gaza.

Tetapi warga Palestina dan beberapa pejabat Mesir khawatir bahwa Israel pada akhirnya  sengaja mengusir warga Gaza keluar melalui perbatasan selatan dengan Mesir, kemudian menguasainya.

Karena itu pula Hamas juga bersikukuh agar  masyarakat Palestina mengabaikan perintah evakuasi itu, sementara  keluarga-keluarga di Gaza menghadapi apa yang mereka anggap sebagai keputusan yang tidak menguntungkan untuk pergi atau tetap tinggal, tanpa adanya tempat yang aman di mana pun. Staf rumah sakit juga mengatakan mereka tidak bisa meninggalkan pasien.

Itulah yang kemudian menyebabkan kini warga Palestina penghuni wilayah Gaza merasa terjepit, dan satu-satunya pintu keluar melalui Mesir tidak bisa berfungsi karena mengalami kerusakan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES