Perang Israel-Hamas: AS Tambah Bantuan ke Israel, Iran Memperingatkan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gaza semakin genting. AS terus mengalirkan bantuan ke Israel, terbaru Pentagon telah memerintahkan 2000 tentara yang katanya "non-tempur" untuk bergabung dengan pasukan Israel.
Iran juga memperingatkan bahwa kelompok yang didukung Iran tidak akan membiarkan Israel melakukan apa yang diinginkannya di Gaza.
Advertisement
Tentara Israel sendiri saat ini sedang bersiap melakukan penyerbuan besar-besaran ke Gaza, dimana Hamas berbasis.
Tetapi pengeboman yang dilakukan tentara Israel ke Gaza terus berlangsung setiap hari, tiada henti.
Kini korban meninggal dunia penduduk sipil di Gaza akibat serangan udara Israel sampai tadi malam bertambah menjadi 71 setelah serangan di Rafah dan tiga rumah dibom di Khan Younis.
Israel ngamuk membabi buta sejak Hamas secara tiba-tiba melakukan serangkaian terornya pada 7 Oktober lalu yang telah menewaskan 1400-an warga Israel, tentara Israel dan warga asing, termasuk warga AS.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pun langsung menyatakan perang terhadap Hamas.
Gaza sendiri saat ini sedang terjepit oleh pengepungan dan pemboman udara Israel selama seminggu ini.
Tentara Israel memerintahkan 1,1 juta penduduk di Gaza Utara untuk mengevakuasi diri ke Gaza Selatan.
Namun saat mereka berduyun-duyun mengungsi, Israel terus saja menghujani bom dan artileri ke Gaza yang mengakibatkan banyak korban jiwa dari warga yang berusaha mengungsi itu.
Pemboman terberat terjadi di tiga wilayah di selatan Gaza: Khan Younis, Rafah dan Deir el-Balah, tempat Israel memerintahkan warga sipil untuk mencari perlindungan.
Sebuah sumber medis mengatakan ratusan orang juga terluka dalam pemboman yang menghantam rumah-rumah di Rafah dan Khan Younis.
Israel Tak Akan Dibiarkan
Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian mengeluarkan pernyataan kuat tadi malam bahwa kelompok yang didukung Iran tidak akan membiarkan Israel melakukan apa yang diinginkannya di Gaza.
Hossein Amirabdollahian seperti dilansir Al Jazeera memperingatkan, kemungkinan serangan pendahuluan dalam beberapa jam mendatang.
Dia mengatakan, kelompok yang didukung Iran tidak akan membiarkan Israel melakukan apa yang diinginkannya di Gaza.
Diantara kelompok-kelompok tersebut adalah Hizbullah Lebanon, yang telah terlibat dengan Israel di sepanjang perbatasan selama lebih dari seminggu ini.
Baku tembak lintas batas sejauh ini terbatas cakupannya, terbatas pada wilayah perbatasan dan sasaran militer.
Hizbullah menggambarkan apa yang terjadi di sepanjang perbatasan sebagai pertempuran kecil dan sebuah peringatan, sementara Israel menggambarkannya di bawah tingkat eskalasi.
Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei seperti dilansir media Iran, Mehr News Agency menyatakan, bahwa jika kejahatan Zionis di Gaza terus berlanjut, tidak ada yang bisa menghentikan umat Islam dan pasukan Perlawanan.
Hal tersebut disampaikan Ayatollah Seyyed Ali Khamenei dalam pertemuan dengan sekelompok elite akademis dan talenta ilmiah terkemuka di lingkungan Imam Khomeini Hussainiyah, Selasa (17/10/2023).
"Para elit negara memerlukan peningkatan baru dalam kemajuan mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa peningkatan ini harus dilakukan dengan dukungan pemerintah, kerja sama para pejabat muda, dan upaya kelompok elit.
Hossein Amirabdollahian mendesak pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk pengiriman obat-obatan dan makanan, ke Jalur Gaza melalui Mesir.
Dalam percakapan telepon, Senin kemarin, Menlu Iran ini dan Menlu Tunisia, Nabil Ammar membahas perkembangan terkini di Palestina dan menyuarakan keprihatinan atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.
Amirabdollahian menggarisbawahi bahwa perlawanan di wilayah pendudukan merupakan pertahanan yang sah dalam menghadapi pendudukan di Palestina.
"Menurut perkiraan kami, perlawanan sepenuhnya siap untuk menanggapi penghasutan Zionis," katanya seperti dilansir Tasnim News Agency.
"Kami akan melanjutkan upaya kami untuk mencabut pengepungan terhadap masyarakat Gaza dan memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk mengirimkan pasokan medis dan makanan, ke daerah kantong tersebut melalui Mesir," kata diplomat terkemuka Iran tersebut.
Ia juga berharap pernyataan pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jeddah akan secara tegas mendukung rakyat Palestina dan menghentikan kekejaman di Jalur Gaza.
Menteri Luar Negeri Tunisia, mengatakan, pembantaian warga sipil di Palestina harus dihentikan sesegera mungkin.
Nabil Ammar mencatat bahwa tindakan brutal yang dilakukan rezim Zionis tidak sesuai dengan kriteria kemanusiaan, hukum dan sejarah, dan pembunuhan terorganisir tidak dapat dibenarkan.
"Apa yang terjadi di Gaza saat ini melemahkan kredibilitas negara-negara yang mendukung posisi rezim Zionis," kata menteri Tunisia itu.
Rezim Israel telah menggempur Jalur Gaza selama sepuluh hari. Lebih dari 2.800 warga Palestina tewas dan sekitar 10.000 lainnya terluka dalam serangan udara Israel.
WHO telah memperingatkan bahwa hanya ada “air, listrik, dan bahan bakar yang tersisa selama 24 jam ke depan di Jalur Gaza yang terkepung oleh tentara Israel. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |