Banjir dan Tanah Longsor Menyapu Brasil, 55 Orang Meninggal Dunia dan 74 Hilang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setidaknya 55 orang meninggal dunia dan 74 lainnya hilang di Rio Grande do Sul, negara bagian paling selatan Brasil karena banjir besar dan tanah longsor yang dipicu hujan lebat selama berhari-hari.
Menurut pihak berwenang setempat, hampir 25.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak badai mulai terjadi Sabtu lalu. Selain itu setidaknya setengah juta orang tidak mempunyai aliran listrik dan air bersih, dan diperkirakan akan turun hujan lebih lanjut.
Advertisement
Curah hujan diperkirakan akan terus berlanjut di wilayah utara dan timur laut hingga Minggu Hujan deras di Rio Grande do Sul minggu ini telah mendatangkan malapetaka di negara bagian paling selatan Brasil itu.
Selain merenggut nyawa sedikitnya 55 orang, menurut otoritas setempat, puluhan orang lainnya masih hilang, 74 orang belum ditemukan, dan lebih dari 69.000 orang telah mengungsi ketika badai melanda hampir dua pertiga dari 497 kota di negara bagian tersebut.
Rio Grande do Sul yang berbatasan dengan Uruguay dan Argentina, menghadapi banjir besar yang memicu banjir, tanah longsor, dan runtuhnya sebagian bendungan pembangkit listrik tenaga air.
Bendungan lain di Bento Goncalves juga terancam runtuh, sehingga meningkatkan risiko. Ibu kotanya, Porto Alegre, menyaksikan danau Guaiba meluap, menggenangi jalan-jalan. Sementara bandara internasional menghentikan semua penerbangan tanpa batas waktu.
Gubernur Negara Bagian, Eduardo Leite menggambarkan situasi ini memerlukan "Rencana Marshall" yang serupa dengan upaya pemulihan ekonomi Eropa pasca-Perang Dunia Kedua.
Presiden Brasil. Luiz Inacio Lula da Silva yang mengunjungi Rio Grande do Sul, Kamis, akan kembali ke negara bagian tersebut pada hari Minggu ini untuk melihat operasi penyelamatan.
Lula menekankan komitmen pemerintah untuk memberikan dukungan, dengan menyatakan bahwa mereka terus berkomunikasi dengan otoritas negara bagian dan lokal.
Meski curah hujan diperkirakan masih akan terjadi di wilayah utara dan timur laut hingga Minggu ini, namun intensitasnya menurun dibandingkan awal pekan ini. Namun, Leite memperingatkan bahwa permukaan sungai diperkirakan akan tetap tinggi untuk beberapa waktu.
Posisi geografis Rio Grande do Sul yang unik, terletak di atmosfer tropis dan kutub, berkontribusi terhadap pola cuaca yang tidak menentu, bergantian antara curah hujan lebat dan periode kekeringan.
Para ilmuwan lokal menghubungkan intensifikasi pola-pola ini dengan perubahan iklim, dan menyoroti kebutuhan mendesak akan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi.
Pertahanan sipil Rio Grande do Sul mengatakan, 55 kematian itu dipastikan terkait dengan banjir, sementara tujuh kematian lainnya sedang diselidiki untuk memastikan apakah ada kaitannya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |