Peristiwa Internasional

Singapore Airlines Alami Turbulensi, Satu Penumpang Meninggal dan 71 Luka 

Rabu, 22 Mei 2024 - 07:41 | 21.47k
Interior kabin pesawat Boeing 777-300ER Singapore Airlines yang porak poranda setelah mengalami turbulensi.(FOTO: BBC/Reuters)
Interior kabin pesawat Boeing 777-300ER Singapore Airlines yang porak poranda setelah mengalami turbulensi.(FOTO: BBC/Reuters)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pesawat komersial, Boeing 777-300ER yang dioperasionalkan Singapore Airlines mengalami turbulensi di atas ketinggian 37.000 kaki, satu penumpang meninggal dan 71 lainnya terluka.

Para penumpang itu mengalami jungkir balik hingga tubuh mereka terpental menghantam langit-langit di dalam kabin pesawat.

Advertisement

Satu-satunya orang yang meninggal itu adalah warga Inggris, Geoff Kitchen, 73 yang kematiannya diduga karena serangan jantung.

CNN melansir, Pesawat Boeing 777-300ER tersebut kemudian mendarat darurat ke Bangkok, menurut postingan di halaman Facebook Singapore Airlines.

"Penyelidikan awal menunjukkan bahwa almarhum menderita penyakit jantung," kata General Manager Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Kittipong Kittikachorn pada hari Selasa, seraya menambahkan bahwa proses otopsi masih berlangsung.

Beberapa penumpang yang terluka dikirim ke Rumah Sakit Samitivej Srinakarin terdekat," kata Kittikachorn, seraya menambahkan bahwa hampir 200 pelancong sedang menunggu untuk mengambil penerbangan selanjutnya ke tujuan mereka.

"Sebuah pesawat Singapore Airlines yang membawa 131 dari 211 penumpang kemudian berangkat dari Bangkok menuju Singapura," katanya lagi.

Rumah sakit mengatakan dalam pembaruannya bahwa sedikitnya 71 orang terluka, termasuk warga negara Malaysia, Inggris, Selandia Baru, Spanyol, Amerika Serikat, dan Irlandia. 

Dikatakan juga enam orang terluka parah. Sebelumnya, Kittikachorn mengatakan tujuh orang terluka parah.

Pesawat itu mengalami turbulensi saat awak pesawat sedang melayani konsumsi makanan bagi para penumpang di atas udara Myanmar dalam penerbangannya dari London menuju Singapura.

Akibatnya para penumpang terlempar ke udara di dalam kabin pesawat. Kebanyakan yang luka saat itu sedang tidak mengenakan sabuk pengaman, sehingga kepala mereka terbentur langit-langit pesawat.

Seorang warga Inggris Andrew Davis, seperti dilansir BBC menceritakan, "jeritan mengerikan pecah dan terdengar seperti bunyi gedebuk” dalam beberapa detik pertama kejadian.

“Hal yang paling saya ingat adalah melihat benda-benda terbang di udara. Saya tersiram kopi. Turbulensinya luar biasa parah," katanya.

Penumpang lain menceritakan pesawat tiba-tiba mulai "miring" dan "bergetar".

"Saya mulai bersiap menghadapi apa yang terjadi, dan tiba-tiba terjadi penurunan drastis, sehingga semua orang yang duduk dan tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit,” kata Dzafran Azmir, pelajar berusia 28 tahun kepada Reuters.

“Beberapa orang kepalanya terbentur kabin bagasi di atas dan penyok, mereka terbentur tempat lampu dan masker berada dan langsung menerobosnya," tambahnya.

Disebutkan, di dalam pesawat waktu itu ada 211 penumpang dan 18 awaknya.

Perusahaan awalnya memang mengatakan dalam sebuah postingan bahwa 30 penumpang terluka akibat gangguan di udara dan dirawat di rumah sakit, namun pelancong lainnya menerima perawatan rawat jalan di bandara.

Kematian Kitchen juga telah dikonfirmasi oleh Thornbury Musical Theatre Group (TMTG), sebuah lembaga tempat dia bekerja selama lebih dari 35 tahun, dalam sebuah postingan Facebook yang menggambarkan dia sebagai "seorang pria yang selalu dengan kejujuran dan integritas tertinggi serta selalu melakukan hal yang tepat untuk grup".

Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan kepada CNN bahwa mereka memberikan bantuan kepada keluarga seorang penumpang Inggris yang meninggal dalam penerbangan Singapore Airlines.

Penerbangan tersebut mendarat di ibu kota Thailand pada pukul 15:45 waktu setempat (04:45 ET) pada hari Selasa.

Menurut analisis CNN Weather, penerbangan tersebut diduga mengalami badai petir yang berkembang pesat di atas udara Myanmar selatan pada hari Selasa pada saat turbulensi ekstrem dilaporkan.

Analisis data satelit juga menunjukkan wilayah yang sedang terjadi berkembangnya badai petir di Delta Irrawaddy antara pukul 07.00 hingga 08.30 GMT (sore waktu setempat). Hal ini sesuai dengan waktu dan lokasi yang sama yang dilaporkan oleh maskapai penerbangan dan analisis data independen jalur penerbangan dari FlightRadar24.

Badai petir tropis seperti ini biasa terjadi sepanjang tahun ini dengan peningkatan kelembapan di wilayah tersebut seiring dimulainya musim monsun barat daya di Asia Selatan. 

Badai ini bisa terbentuk dengan cepat pada sore hari saat daratan memanas, terutama di dekat garis pantai.

Badai petir yang terjadi pada hari Selasa mungkin tidak terdeteksi radar pada tahap awal, meskipun gerakan yang meningkat dengan cepat di dalamnya masih dapat menghasilkan turbulensi.

Sel-sel badai kemungkinan besar tumbuh dari 20.000-30.000 kaki menjadi lebih dari 50.000 kaki dalam waktu kurang dari satu jam.

Saat itulah diduga pesawat komersial, Boeing 777-300ER yang dioperasionalkan Singapore Airlines ini terjebak di dalamnya sehingga mengalami turbulensi di atas ketinggian 37.000 kaki yang menyebabkan satu penumpang meninggal dan 71 lainnya terluka. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES