Peristiwa Internasional Info Haji 2024

Kisah Inspiratif Ustaz Ahmad Musyaddad Harom, Penerjemah Khotbah Arafah dalam Bahasa Indonesia

Jumat, 14 Juni 2024 - 13:45 | 21.53k
Ustaz Ahmad Musyaddad Harom penerjemah bahasa Indonesia, untuk khotbah Arafah. (Foto: MCH 2024 Kemenag RI)
Ustaz Ahmad Musyaddad Harom penerjemah bahasa Indonesia, untuk khotbah Arafah. (Foto: MCH 2024 Kemenag RI)
FOKUS

Info Haji 2024

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MADINAH – Masyarakat dunia bisa mengikuti khotbah saat wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah 1415 H atau 15 Juni 2024. Bagi yang tak mengerti bahasa Arab, tidak perlu khawatir. Pihak Masjidil Haram menerjemahkan khotbah tersebut secara live dalam 20 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Tahun ini, Ustaz Ahmad Musyaddad Harom kembali dipercaya sebagai penerjemah khotbah Arafah untuk bahasa Indonesia. Jemaah di Makkah bisa mengikutinya melalui radio di frekuensi FM 96.2 MHz. Alternatif lainnya adalah melalui aplikasi manaralharamain atau melalui website di [manaratalharamain.gov.sa](https://manaratalharamain.gov.sa/arafa/arafa_sermon/ms), tinggal pilih bahasa Melayu/Indonesia.

Advertisement

Pada 9 Zulhijah atau 15 Juni 2024, jemaah akan mendengarkan suara Ustaz Ahmad yang menerjemahkan secara langsung khutbah yang akan disampaikan oleh Syeikh Maher Al Muaiqly dari Masjid Namirah, Arafah. Syeikh Maher adalah imam besar Masjidil Haram.

Menurut Ahmad, materi khotbah yang akan disampaikan mengenai nilai-nilai universal Islam, seperti membangun tauhid dalam jiwa, memelihara maslahat, manfaat, dan mencegah mudarat dalam kehidupan. Ahmad telah menerima dan menerjemahkan naskah khotbah tersebut beberapa hari sebelumnya.

"Naskahnya ada 10 halaman A4, kira-kira akan dibacakan dalam 20 menit," kata Ahmad yang sehari-hari adalah penerjemah khotbah di Masjidil Haram. Ahmad sudah sembilan tahun bekerja di Masjidil Haram sejak 2015.

Selain itu, ada pesan-pesan moderasi yang menekankan pentingnya memperhatikan nilai-nilai, menjaga maslahat, manfaat, dan kebaikan dalam kehidupan, serta menghindarkan keburukan bagi orang lain. "Intinya tentang nilai dasar syariat yang kita punya," jelas Ahmad.

Sebagian besar maktab mengakses khutbah Arafah dari Masjid Namirah. Untuk maktab jemaah haji Indonesia, kemungkinan besar menggelar khutbah wukuf tersendiri. Tahun ini, Ahmad tidak ikut ke Arafah. Ia akan menerjemahkan dari Masjidil Haram dan tidak berhaji tahun ini. "Kebetulan tahun ini tiga hari berturut-turut saya menerjemahkan: Khutbah Jumat, Arafah, dan Iduladha," katanya.

Program penerjemah wukuf Arafah ini baru berlangsung selama lima tahun terakhir, dan Ahmad telah kebagian tiga kali di antaranya. "Tujuannya agar nilai penting dalam mimbar paling mulia tersampaikan ke seluruh dunia, baik kaum muslimin maupun nonmuslim," jelasnya.

Ahmad bergabung di Masjidil Haram setelah mengikuti tes penerjemah di kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, binaan Al Imam University, Riyadh. Ia adalah lulusan MTs dan MA di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Lombok Barat, dan menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Syariah LIPIA. Ahmad juga meraih gelar S-2 dan S-3 di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor.

"Saat mengikuti seleksi penerjemah di LIPIA, saya sudah lulus S-2 dan baru semester 2 di S-3," kata pria yang lahir pada 1985 di Mataram itu.

Ada lima orang yang lolos seleksi, dan mereka berangkat pada 2015 ke Riyadh. Setelah sebulan pelatihan di kampus Al Imam University, mereka pindah ke Makkah. Dua orang menjadi penerjemah khotbah di Masjidil Haram dan tiga orang di Masjid Nabawi.

Sudah sembilan tahun Ahmad tinggal di Makkah, di mana ia mendapat tunjangan tempat tinggal dari pihak kampus dan menyewa apartemen di daerah Jarwal. "Sehari-hari saya naik skuter ke Masjidil Haram," kata Ahmad.

Sebelum pandemi Covid-19, ia berkantor di ruangan di pintu 79 Masjidil Haram, dekat perpustakaan. Setelah pandemi, kantornya pindah ke daerah Al Jiad, dekat WC 1 Masjidil Haram. Awalnya hanya ada lima bahasa dalam penerjemahan khotbah, tetapi setelah 2022, setiap Jumat, khotbah diterjemahkan dalam 10 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Ahmad tinggal bersama istri dan lima anaknya. Istri pertamanya, yang berasal dari Lombok, meninggal pada 2018 dan dimakamkan di Ma'la, pemakaman Siti Khadijah. Ia kemudian menikah lagi dengan perempuan asal Boyolali. Anaknya yang sulung bersekolah di SMP Masjidil Haram, sementara tiga lainnya masih SD di Sekolah Indonesia di Jabal Nur, Makkah, dan anak bungsunya belum bersekolah.

"Sengaja saya sekolahkan semua anak di SD Sekolah Indonesia agar memiliki dasar Bahasa Indonesia dan bisa menulis latin dari kiri ke kanan. Biar hafal Pancasila dulu, baru hafal Al-Qur'an," kata Ahmad. "Alhamdulillah yang SMP sudah selesai hafalan Qur'annya," sambungnya.

Di Makkah, Ahmad mendirikan lembaga edukasi Hashanah Makkah yang melayani jemaah haji dan umrah dalam tour melihat fasilitas Masjidil Haram dan mengikuti jejak sirah di sekitar Masjidil Haram. Lembaga itu kini telah berkembang menjadi Sekolah Muthowif Indonesia (SMI), dengan empat kelas peserta.

Pada musim haji ini, ada 800 jemaah haji yang mengikuti program jejak sirah. Mereka mengunjungi rumah Abu Bakar As-Sidiq, Rumah Rasulullah, Istana Raja, hingga rumah Siti Khadijah. "Kami ceritakan tentang kehidupan Nabi dari usia 1 tahun hingga menikah, rumah tangga Nabi, hingga beliau hijrah," kata Ahmad.

Program ini biasanya berlangsung selama dua jam sejak dimulai, memberikan para jemaah wawasan yang mendalam tentang sejarah dan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Bagi Ahmad, menyampaikan ilmu dan membantu jemaah memahami nilai-nilai Islam adalah sebuah kehormatan dan tugas mulia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES