Peristiwa Internasional

Dampak Konflik di Kongo, Sekitar 1 Juta Anak akan Menderita Malnutrisi Akut

Sabtu, 13 Juli 2024 - 16:40 | 18.33k
Sejumlah siswa mengantre untuk mendapatkan makanan di Lifeworks Tumaini Girls Secondary School, kamp pengungsi Kakuma, Turkana, Kenya (18/6/2024). (FOTO: ANTARA/Xinhua/Wang Guansen/tom)
Sejumlah siswa mengantre untuk mendapatkan makanan di Lifeworks Tumaini Girls Secondary School, kamp pengungsi Kakuma, Turkana, Kenya (18/6/2024). (FOTO: ANTARA/Xinhua/Wang Guansen/tom)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pejabat senior darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Adelheid Marschang mengingatkan, satu juta anak di Republik Demokratik Kongo (DRC) akan menderita kekurangan gizi akut bila konflik bersenjata dan krisis pengungsian di negara tersebut tidak segera diselesaikan.

Menurut Adelheid Marschang, konflik dan krisis pengungsi di negara itu adalah masalah utama yang bisa memicu kerawanan pangan. Dia menyebut, data terbaru yang dia terima, sekitar 40,8 juta orang menghadapi kekurangan pangan yang serius di Kongo. Sekitar 15,7 juta dari angka itu, sudah dalam tahap mengalami risiko malnutrisi dan penyakit menular tinggi.

Advertisement

Sekadar informasi, beberapa bulan terakhir, konflik dan kekerasan di Kongo meningkat. Hal tersebut mendorong terjadinya pengungsian massal, meluasnya penyakit, dan kekerasan berbasis gender, serta trauma mental yang parah, khususnya di bagian timur negara itu.

“Krisis ini masih merupakan salah satu krisis yang paling kekurangan dana,” ucapnya, Sabtu (13/6/2024).

Pejabat WHO itu juga menyoroti jumlah total pengungsi yang berjumlah sekitar 7,4 juta dan mengatakan perpindahan massal tidak hanya membebani sistem air dan sanitasi tetapi juga mengakibatkan wabah kolera, campak, meningitis, dan cacar monyet.

Semua kondisi tersebut semakin diperparah oleh banjir besar dan tanah longsor yang melanda beberapa wilayah di negara itu.

Pada 2024, lebih dari 20.000 kasus kolera dan hampir 60.000 kasus campak telah dilaporkan. Jumlah tersebut sebenarnya mungkin akan lebih tinggi karena terbatasnya pengawasan penyakit dan pelaporan data.

Sementara itu, WHO telah menjangkau 460.000 orang dengan layanan kesehatan darurat di daerah yang terkena dampak konflik sepanjang tahun ini.

Marschang menekankan bahwa akses kemanusiaan masih sangat dibatasi oleh kehadiran militer sembari menyerukan akses yang berkelanjutan dan tanpa hambatan, serta mendesak semua pihak untuk bekerja sama memulihkan perdamaian di Kongo.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES