Lansia 76 Tahun Dihukum 18 Tahun oleh Pengadilan Spanyol karena Kirim Bom Surat

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seorang lansia, Pompeyo González Pascual, 76, asal kota Miranda de Ebro, Spanyol utara-tengah,a dijatuhi hukuman penjara 18 tahun oleh Pengadilan Spanyol karena terbukti bersalah mengirim enam paket berisi bahan peledak.
Enam paket yang berisi bahan peledak itu dikirim kepada Perdana Menteri Spanyol dan target pemerintah, militer, serta diplomatik lainnya, termasuk kedutaan besar AS dan Ukraina.
Advertisement
Pompeyo González Pascual dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena melakukan tindakan terorisme.
Kemudian ditambah hukuman lagi selama 8 tahun karena memproduksi dan menggunakan bahan peledak ilegal untuk tujuan teroris.
Hakim Pengadilan Nasional Spanyol menilai, bahwa pria ini terbukti hendak menekan pemerintah Spanyol dan Amerika agar menghentikan dukungannya terhadap Ukraina dalam perang berkepanjangan dengan Rusia.
González Pascual ditangkap pada Januari 2023 karena mengirim surat kepada Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dan kedutaan besar AS dan Ukraina di Madrid pada tahun 2022.
Paket peledak dikirim ke kedutaan, Perdana Menteri dan pabrik senjata di Spanyol.
Seorang karyawan di Kedutaan Besar Ukraina terluka ringan saat memegang salah satu surat.
Enam bom surat dikirim pada bulan November dan Desember 2022 dan sempat memerlukan campur tangan ahli penjinak bom. Satu bom hancur setelah dikirim melalui pos biasa ke Sánchez.
Surat dengan karakteristik serupa dikirimkan ke Kementerian Pertahanan Spanyol, pusat satelit Uni Eropa yang terletak di pangkalan udara Torrejón de Ardoz di luar Madrid dan sebuah pabrik senjata di timur laut Spanyol yang membuat granat yang dikirim ke Ukraina.
Sebuah amplop yang dicegat di titik pemeriksaan keamanan Kedutaan Besar AS dihancurkan oleh regu penjinak bom setelah area yang luas di pusat ibu kota Spanyol ditutup.
Pensiunan pegawai negeri sipil Spanyol ini ditahan di kota utara Miranda de Ebro sejak Januari tahun lalu.
Pengadilan pidana tertinggi Spanyol, Audiencia Nacional, menyatakannya bersalah karena mengirim perangkat ke Perdana Menteri Pedro Sánchez, duta besar AS dan Ukraina, Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles, perusahaan senjata Instalaza, dan pusat satelit Uni Eropa di dekat Madrid.
Seorang pegawai kedutaan Ukraina terluka ringan oleh salah satu perangkat itu, sementara lima lainnya ditangani oleh dinas keamanan pada bulan November dan Desember 2022.
González membantah tuduhan terhadapnya, tetapi hakim mengatakan persidangan telah menunjukkan banyak bukti yang menguatkan kesalahannya.
"Semua komponen bom suratnya dibeli secara daring," kata pengadilan.
Perangkat itu dikirim dalam kotak kayu dengan kemasan dan label yang sama. Polisi juga mengamati dia membuang berbagai pecahan logam dan korek api beberapa hari sebelum penangkapannya.
Beberapa korek api telah dikikis fosfornya dan bahan kimia itulah yang digunakan sebagai bagian dari bahan peledak untuk beberapa perangkat. Semua ituterungkap dalam persidangan. Bukti DNA dari perangko dan amplop juga ditemukan sesuai dengan profil terdakwa.
Analisis terhadap telepon dan komputernya menunjukkan bahwa ia telah mengunjungi situs web perdana menteri dan menteri pertahanan dan telah melakukan pencarian internet mengenai risiko hukuman penjara bagi orang lanjut usia serta persyaratan masuk Rusia bagi orang asing.
Dua aplikasi media pemerintah Rusia ditemukan di ponselnya yang saat itu sulit diakses di Spanyol karena larangan Uni Eropa atas disinformasi dari negara Rusia.
Gara-gara itulah, González Pascual, lansia pensiunan pegawai negeri sipil Spanyol berumur 76 tahun itu ditangkap pada Januari 2023 setelah terbukti mengirim bom amplop kepada Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dan Kedutaan Besar AS serta Ukraina di Madrid pada tahun 2022, dan akhirnya dihukum 18 tahun.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |