Luka Telinga Mantan Presiden Jadi Bahan Permusuhan Direktur FBI-Donald Trump

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Luka di telinga mantan presiden AS, jadi bahan permusuhan antara Direktur FBI dengan Donald Trump dan orang-orang di sekitarnya.
Direktur FBI Chris Wray mungkin tidak bermaksud memicu kontroversi itu saat pertemuan dengan Komite Kehakiman DPR, Rabu lalu.
Advertisement
Wray waktu itu menanggapi pertanyaan dari Ketua Komite Kehakiman DPR, Jim Jordan yang menanyakan apakah FBI telah menghitung semua peluru yang ditembakkan oleh penembak tersebut.
Namun pejabat yang ditunjuk Donald Trump telah menciptakan beberapa berita atau memelintir sedemikian rupa hingga menjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dan menyebut Wray tidak percaya bahwa Trump terkena tembakan peluru.
Tentu saja membuat Donald Trump dan para pendukungnya menjadi marah.
Masalah itu bermula ketika Wray bersaksi di hadapan Komite Kehakiman DPR, bahwa belum ada kepastian seputar sifat pasti cedera Donald Trump akibat percobaan pembunuhan di Butler, Pennsylvania itu.
"Menurut saya, berkaitan dengan mantan Presiden Trump, masih ada pertanyaan tentang apakah peluru atau pecahan peluru yang mengenai telinganya," kata direktur FBI kepada anggota parlemen .
"Itu mungkin saja, dan sampai saat ini, saat saya duduk di sini, saya tidak tahu apakah peluru itu, yang selain menyebabkan goresan, juga bisa mendarat di tempat lain," kata Wray.
Christopher Wray mengungkapkan, para penyidik masih belum mengetahui apakah peluru atau pecahan peluru yang menyerempet telinga Donald Trump dalam dugaan upaya pembunuhan itu.
"Kalau menurut pemahaman saya, peluru atau pecahan peluru lah yang menyerempet telinganya," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, para penyelidik telah menyusun kronologi secara rinci mengenai pergerakan dan aktivitas daring si penembak, yakni Thomas Crooks, 20.
Tetapi motif pastinya, atau mengapa Trump, calon presiden dari Partai Republik itu menjadi sasaran, juga masih sulit dipahami.
"Kami tidak tahu motifnya. Itu jelas salah satu pertanyaan utama dalam penyelidikan kami, dan sangat membuat kami frustrasi karena banyak tempat yang biasanya mudah didekati yang tidak memberikan petunjuk signifikan tentang motifnya," kata Wray.
Namun pada Jumat (26/7/2024) malam, FBI memunculkan hasil penyelidikan terbaru, bahwa sebuah peluru mengenai telinga mantan Presiden Donald Trump itu selama upaya pembunuhannya pada 13 Juli lalu
Pembaruan penyelidikan itu muncul setelah Donald Trump mengecam Direktur FBI, Christopher Wray setelah bersaksi di hadapan Komite Kehakiman DPR AS awal minggu ini.
"Yang mengenai telinga mantan Presiden Trump adalah peluru, baik utuh atau terfragmentasi menjadi potongan-potongan kecil, yang ditembakkan dari senapan milik korban," kata FBI dalam pernyataannya.
Dan seperti karakter Donald Trump yang sinis itu, ia lalu menulis di Truth Social, Kamis, dengan mengecam Wray atas kesaksiannya di Kongres itu, dimana ia juga memberi penjelasan tentang penyelidikan penembakan yang mengakibatkan satu orang peserta kampanye meninggal dunia dan dua lainnya terluka.
"Direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada Kongres kemarin bahwa dia tidak yakin apakah saya terkena pecahan peluru, kaca, atau peluru (FBI bahkan tidak pernah memeriksanya!) ..." tulis Donald Trump di sebagian postingannya, Kamis malam di akun Truth Social miliknya.
Pada hari Jumat kemarin. Perwakilan Texas, Ronny Jackson, mantan dokter Gedung Putih yang bertugas saat Donald Trump menjadi presiden lantas membantah kesaksian Wray dengan sebuah surat berkop kongresnya.
"Tidak ada bukti bahwa itu adalah sesuatu selain peluru," tulis Jackson dalam surat yang dikirim ke X oleh penasihat Trump, Jason Miller itu.
"Kongres harus mengoreksi catatan yang dikonfirmasi oleh rumah sakit dan saya sendiri. Direktur Wray salah dan tidak pantas untuk menyarankan hal lain," tulisnya.
Jackson menulis bahwa dia telah merawat Donald Trump setelah percobaan pembunuhan itu dan menyetujui penilaian yang dibuat oleh para dokter di Rumah Sakit Butler Memorial pada hari penembakan.
Sementara Rumah sakit tersebut belum merilis laporan medis apa pun tentang cedera Donald Trump, penyebabnya, atau perawatan apa pun yang diterima Trump.
Belum pula ada keterangan resmi dari pemerintah negara bagian, pemerintah federal, atau tim kampanye Donald Trump, selain dua surat dari Jackson, seorang pendukung yang vokal.
Namun dalam unggahannya di Truth Social, Donald Trump bersikeras bahwa pelurulah yang mengenainya.
"Tidak, sayangnya, peluru itu mengenai telinga saya, dan mengenainya dengan keras," tulis Trump.
"Tidak ada pecahan kaca, tidak ada pecahan peluru. Rumah sakit menyebutnya 'luka tembak di telinga', dan memang begitulah adanya," tulis dia.
Bahkan dalam unggahan di media sosial yang sama pada hari Kamis, Donald Trump juga mengatakan Christoper Wray tidak tahu apa-apa, dan ia berjanji akan memecatnya jika ia memenangkan masa jabatan kedua sebagai Presiden AS 2024. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Rizal Dani |