Peristiwa Internasional

Lapangan Sepak Bola Dihantam Roket, 12 Anak di Dataran Tinggi Golan Tewas

Senin, 29 Juli 2024 - 09:13 | 23.68k
Upacara pemakaman telah dilakukan untuk para korban serangan roket di di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.(FOTO: BBC)
Upacara pemakaman telah dilakukan untuk para korban serangan roket di di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.(FOTO: BBC)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah roket menghantam lapangan sepak bola di Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan, 12 anak-anak tewas. AS dan Israel langsung menuduh Hizbullah sebagai pelakunya. Namun, kelompok militan Lebanon itu membantah keras keterlibatannya.

AS, Sabtu (27/7/2024) menyalahkan Hizbullah atas serangan mengerikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang menyebabkan 12 anak-anak tewas.

Advertisement

Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan "mengerikan" itu berasal dari roket Hizbullah, yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai kelompok tersebut.

Israel, seperti dilansir BBC,  juga menuduh Hizbullah, namun kelompok militan Lebanon itu membantah keras keterlibatannya.

Pasukan keamanan Israel, IDF mengatakan, Minggu pagi pihaknya telah melakukan serangan udara terhadap tujuh target Hezbollah "jauh di dalam wilayah Lebanon"

Sementara itu usai mengadakan pertemuan, kabinet Israel memutuskan memberi wewenang kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant diberi wewenang untuk menentukan tindakan Israel  dalam menyikapi serangan mematikan di Dataran Tinggi Golan yang didudukinya itu.

Israel dan Hizbullah telah saling serang secara rutin sejak Oktober, ketika perang Israel-Gaza dimulai.

Benjamin Netanyahu telah menyatakan Hizbullah akan "membayar harga yang mahal", tetapi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia tidak menginginkan konflik Israel-Hizbullah meningkat.

Dilansir Reuters, Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah menghubungi Benjamin Netanyahu dan menyampaikan komitmen penuhnya untuk melakukan segala hal untuk menghindari eskalasi baru di kawasan tersebut dengan menyampaikan pesan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik.

Menteri luar negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib  mengatakan, dunia tidak boleh memberi Israel "izin untuk membunuh" setelah serangan mematikan di Dataran Tinggi Golan itu.

Kepada Sky News, Abdallah Bou Habib mengatakan, bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Suriah yang diduduki oleh Israel dan penduduknya adalah warga Suriah, jadi pembalasan "bukanlah pembelaan diri".

Ia menegaskan tidak tahu siapa yang melakukan serangan roket hari Sabtu dan meminta PBB untuk melakukan penyelidikan.

"Perasaan saya adalah mengapa Hizbullah melakukannya untuk membunuh orang Arab? Untuk membunuh orang Suriah? Dan Hizbullah selalu menargetkan posisi militer Israel, bukan warga sipil," kata menteri luar negeri.

"Tidak ada logika di situ. Saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak melakukannya atau mereka melakukannya. Yang saya katakan adalah bahwa tidak ada logika bahwa Hizbullah melakukannya," tegasnya.

Serangan itu menghantam desa Majdal Shams, bagian dari komunitas Druze, agama yang mencakup lebih dari separuh populasi Dataran Tinggi Golan yang berjumlah 40.000 jiwa. 

Wilayah itu direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah tahun 1967 dan dianeksasi dalam tindakan yang tidak diakui oleh sebagian besar negara di dunia.

"Jadi bukan berarti kita memberi mereka izin untuk membunuh dan menghancurkan seperti yang mereka lakukan di Gaza," kata Habib.

"Dunia seharusnya tidak memberi mereka izin untuk membunuh. Orang-orang yang terbunuh bukanlah orang Israel mereka adalah orang Suriah," katanya lagi.

Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu, tetapi kelompok itu membantahnya.

Abdallah Bou Habib juga telah menyampaikan kepada AS untuk mendesak Israel agar menahan diri.

Bou Habib mengatakan, AS sendiri juga telah meminta pemerintah Lebanon untuk menyampaikan pesan kepada Hizbullah agar menunjukkan sikap menahan diri juga.

Tapi ada kemungkinan akan adanya tanggapan yang keras menyusul pertemuan kabinet keamanan yang diadakan oleh Netanyahu di Tel Aviv.

Sementara itu dalam perangnya di Gaza, 24 jam  terakhir, 66 warga sipil Palestina di Gaza meninggal dunia dan 241 lainnya terluka akibat serangan Israel.

Tank-tank telah maju lebih jauh ke dalam dua kota utama di selatan Gaza saat pertempuran antara tentara Israel dan pejuang Palestina meningkat dengan perintah evakuasi baru dikeluarkan untuk wilayah tengah yang penuh sesak.


Turki Akan "Memasuki" Israel

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, bahwa Turki kemungkinan akan memasuki Israel untuk membantu Palestina sebagaimana yang telah dilakukan di masa lalu di Libya dan Nagorno-Karabakh, meskipun ia tidak menjelaskan intervensi macam apa yang ia lakukan.

Erdogan, yang selama ini dikenal sebagai pengkritik keras perang Israel di Gaza, menyampaikan pernyataannya dalam pidatonya yang memuji industri pertahanan negaranya.

"Kita harus sangat kuat agar Israel tidak bisa melakukan hal-hal konyol ini terhadap Palestina. Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal serupa kepada mereka," kata Erdogan dalam pertemuan Partai AK yang berkuasa di kampung halamannya di Rize.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukan ini. Kita harus kuat agar bisa mengambil langkah-langkah ini," ujar Erdogan dalam pertemuan yang disiarkan televisi tersebut.

Pada tahun 2020, Turki mengirim personel militer ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perdana Menteri Libya, Abdul Hamid Dbeibah, yang mengepalai Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli, didukung oleh Turki.

Turki membantah keterlibatan langsung apa pun dalam operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Namun tahun lalu, Turki mengatakan, bahwa pihaknya menggunakan "segala cara", termasuk pelatihan militer dan modernisasi, untuk mendukung sekutu dekatnya tersebut.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Israel, Katz telah menanggapi pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tentang kemungkinan memasuki Israel untuk membela Palestina.

"Erdogan mengikuti jejak Saddam Hussein dan mengancam akan menyerang Israel," kata Katz di X.

"Biarkan dia mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir," katanya.

Hussein dihukum gantung pada tahun 2006 setelah dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Irak karena dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dari AS, Wakil Presiden Kamala Harris memberi dukungan terhadap keamanan Israel menyusul serangan roket di sebuah lapangan sepak bola di Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan, yang menewaskan 12 anak-anak itu.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES