Peristiwa Internasional

95 Orang Kehilangan Nyawa dalam Demo Bangladesh, Begini Kronologinya

Senin, 05 Agustus 2024 - 06:47 | 24.61k
Para demonstran tampak bertebaran di salah satu lokasi kekacauan dengan latar toko kain di Daka yang terbakar. (FOTO: Abu Sufian Jewel/AFP/Getty Images)
Para demonstran tampak bertebaran di salah satu lokasi kekacauan dengan latar toko kain di Daka yang terbakar. (FOTO: Abu Sufian Jewel/AFP/Getty Images)

TIMESINDONESIA, BANGLADESH – Protes besar-besaran yang berlangsung di Bangladesh dalam beberapa minggu terakhir berakhir dengan tragis, dengan 95 warga tewas dalam bentrokan yang memuncak pada hari Minggu. Berikut adalah kronologi kejadian yang mengarah pada kematian puluhan orang dalam demonstrasi tersebut.

Dilansir dari The Guardian protes dimulai pada bulan Juli ketika sekelompok mahasiswa melancarkan demonstrasi menuntut diakhirinya sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah. Sistem kuota ini memberikan 30% dari pekerjaan pemerintah kepada veteran dan kerabat mereka yang berjuang dalam perang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971. Para mahasiswa menilai bahwa sistem ini tidak adil dan menghalangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan di pemerintahan.

Advertisement

Pada awalnya, protes berjalan damai, namun situasi semakin memanas setelah beberapa hari. Demonstrasi berubah menjadi kekerasan ketika aparat keamanan menindak para demonstran dengan menggunakan kekerasan, termasuk penggunaan peluru tajam, peluru karet, dan gas air mata.

Protes Meluas dan Meningkatnya Jumlah Korban

Seiring dengan bertambahnya intensitas kekerasan, protes meluas ke berbagai daerah di Bangladesh, termasuk Chattogram, Bogura, Magura, Rangpur, Kishoreganj, dan Sirajganj. Di daerah-daerah tersebut, demonstran yang didukung oleh partai oposisi utama, Bangladesh Nationalist Party (BNP), bentrok dengan polisi dan aktivis dari partai yang berkuasa, Awami League.

Di Dhaka, khususnya di lingkungan Uttara, bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan menjadi semakin intens. Ratusan orang memblokir jalan raya utama, menyerang rumah-rumah, dan merusak kantor-kantor milik pemerintah. Bom rakitan diledakkan, dan tembakan terdengar di berbagai sudut kota.

Merespons kekerasan yang semakin tidak terkendali, pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam di ibu kota Dhaka dan sejumlah daerah lainnya pada Minggu malam. Jam malam ini diberlakukan tanpa batas waktu yang jelas.

Pada saat yang sama, pemerintah mengumumkan libur nasional selama tiga hari, menutup pengadilan tanpa batas waktu, memutus layanan internet seluler, serta memblokir akses ke media sosial seperti Facebook dan aplikasi pesan seperti WhatsApp.

Puncak Kekerasan pada Hari Minggu

Pada hari Minggu, kekerasan mencapai puncaknya ketika bentrokan terjadi di lebih dari selusin distrik. Di Dhaka, video yang beredar menunjukkan demonstran merusak mobil tahanan di pengadilan metropolitan utama. Polisi merespons dengan menembaki kerumunan dengan berbagai jenis peluru dan gas air mata, yang menyebabkan kematian banyak warga.

Demonstran yang marah membalas dengan membakar kendaraan dan kantor partai yang berkuasa, sementara beberapa dari mereka terlihat membawa senjata tajam dan tongkat. Kekerasan ini menyebar ke berbagai daerah, menyebabkan banyak korban jiwa.

Dampak dan Tanggapan Pemerintah

Hingga saat ini, total korban tewas mencapai 95 orang, termasuk 14 petugas polisi. QPemerintah menganggap protes ini telah diambil alih oleh partai oposisi dan kelompok terlarang Jamaat-e-Islami, yang dianggap menghasut kerusuhan.

Perdana Menteri Sheikh Hasina menyatakan bahwa para demonstran yang terlibat dalam tindakan kekerasan dan sabotase bukan lagi mahasiswa, melainkan kriminal. Ia menegaskan bahwa pihak berwenang akan menindak tegas para pelaku dengan tangan besi.

Penangkapan Massal dan Penutupan Institusi Pendidikan

Seiring dengan meningkatnya tindakan represif dari pemerintah, lebih dari 11.000 orang telah ditangkap dalam beberapa minggu terakhir. Selain itu, semua sekolah dan universitas di seluruh negeri ditutup untuk waktu yang tidak ditentukan, dengan ancaman tambahan dari pemerintah berupa jam malam dengan perintah tembak di tempat.

Kematian 95 warga Bangladesh dalam protes ini menandai salah satu tragedi politik terbesar dalam sejarah negara tersebut. Situasi ini tidak hanya mencerminkan ketegangan politik yang memuncak, tetapi juga kekerasan yang merenggut nyawa banyak warga sipil.

Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mengendalikan situasi demo Bangladesh ini, tuntutan untuk pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina terus mengemuka, menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap pemerintahan masih jauh dari selesai. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khodijah Siti
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES