Tipis Harapan Gencatan Senjata di Gaza Bisa Tercapai, AS di Pihak Israel
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para analis menyatakan tidak yakin bahwa perundingan gencatan senjata untuk Gaza tercapai, bahkan ini disebut sia-sia, dan Amerika Serikat disebut tetap melindungi PM Israel, Benjamin Netanyahu dengan alasan yang tidak diketahui.
"Kita berada dalam situasi yang tidak nyata di mana Hamas dan pejabat keamanan Israel mengatakan Netanyahu adalah pihak yang menghalangi usulan Joe Biden tentang gencatan senjata," kata direktur Studi Timur Dekat di Universitas New York, Mohamad Bazzi, seperti yang ia kemukakan dan dilansir Al Jazeera.
Advertisement
Menurut Bazzi, kita juga melihat bahwa Netanyahu secara terbuka menolak elemen-elemen kunci gencatan senjata sebagaimana Menlu AS, Antony Blinken gambarkan mengenai kesepakatan tersebut.
"Tetapi pada saat yang sama baik Presiden AS Joseph Biden maupun Blinken bersikeras bahwa Netanyahu mendukung kesepakatan saat ini dan menuduh Hamas adalah batu sandungannya," kata dia.
"Jadi pada akhirnya pemerintah AS menutupi Benjamin Netanyahu karena alasan yang tidak dapat dijelaskan," tegasnya
Juru bicara Presiden AS Joe Biden pun telah berkomunikasi dengan tim keamanan nasionalnya sepanjang malam dan telah mengarahkan pejabat senior AS untuk berkomunikasi terus-menerus dengan mitra mereka di Israel.
"Kami akan terus mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, dan kami akan terus berupaya untuk stabilitas regional," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Sean Savett dalam sebuah pernyataan singkat.
Sementara itu, delegasi Hamas yang dipimpin oleh pejabat senior, Khalil al-Hayya telah tiba di Kairo, Mesir, Sabtu (24/8/2024) malam untuk mendengarkan hasil negosiasi sejauh ini antara mediator Mesir- Qatar-Amerika Serikat serta Israel.
Namun para pengamat enggan menyebut ini sebagai tanda harapan, karena tumbuhnya keyakinan bahwa negosiasi gencatan senjata Gaza antara Hamas dan Israel berada di ambang kegagalan.
Akhir pekan ini tetap penuh kekerasan dan berdarah. Serangan-serangan Israel menyebabkan lebih banyak korban sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Bahkan tentara Israel juga tampaknya memperluas daftar sasarannya, termasuk terhadap karyawan World Central Kitchen, yang diserang oleh quadcopter di area pusat.
Tentara Israel telah ditarik sebagian dari bagian timur kota Deir el-Balah di Gaza tengah, dan menurut para saksi, mereka meninggalkan jejak kerusakan dan kehancuran, termasuk pada rumah, masjid, dan bangunan umum.
Negosiasi dalam berbagai bentuk telah berlangsung sejak 7 Oktober, hari ketika Israel melancarkan perang di Gaza yang sampai kini telah menewaskan lebih dari 40.334 orang serta menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
Serangan ini konon merupakan balasan atas serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Kesepakatan terlihat hampir tercapai pada bulan Mei ketika AS mengatakan telah memiliki rancangan proposal yang disetujui oleh semua pihak dan didukung oleh Dewan Keamanan PBB pada tanggal 10 Juni.
Hamas menyetujui usulan tersebut, dengan menekankan bahwa mereka menginginkan tentara Israel keluar dari Gaza, kembalinya warga ke rumah mereka di Gaza utara yang telah mereka tinggalkan, keterlibatan internasional untuk membangun kembali Gaza, dan pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Namun para pejabat Israel terus membuat pernyataan yang menunjukkan bahwa perang di Gaza harus dilanjutkan, dan tentara Israel kemudian menginvasi Rafah.
Namun anehnya AS bersikeras bahwa Israel telah menerima usulan tersebut dan hambatan kemajuannya ditimpakan kepada Hamas.
Padahal Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempertahankan retorikanya untuk terus berjuang hingga “Hamas benar-benar dikalahkan di Gaza”, sebuah tujuan yang telah lama dianggap tidak realistis oleh kedua belah pihak.
Bahkan belakangan ia juga mengajukan tuntutan baru yakni Israel meminta tetap berada di Koridor Philadelphia yang berbatasan dengan Sinai Mesir.
Di sana pos-pos pemeriksaan didirikan untuk "memeriksa" orang-orang yang mencoba kembali ke rumah mereka di Gaza utara, dan agar daftar lengkap semua tawanan hidup yang ingin dibebaskan Hamas diberikan.
Pejabat senior Israel mengatakan tuntutan Benjamin Netanyahu itu menyabotase perundingan, dan para mediator menolak meneruskannya kepada Hamas.
Mesir sendiri juga telah menolak tuntutan Israel agar diizinkan tetap berada di Koridor Philadelpi, yang akan melanggar Perjanjian Camp David antara keduanya.
"Kami memiliki proposal yang (Presiden AS Biden) disampaikan pada akhir Mei, yang cukup rinci dan disahkan di Dewan Keamanan PBB sebagai resolusi dengan dukungan global," kata Wakil presiden eksekutif di Center for International Policy di Washington, DC. Matt Duss.
“Namun, kita telah melihat berbagai putaran persyaratan baru yang ditambahkan oleh Benjamin Netanyahu, meskipun Joe Biden selalu mengatakan Israel mendukungnya, menjelaskan dengan sangat jelas bahwa dia tidak mendukungnya," tegas Matt Duss.
Sementara itu dukungan pemerintahan Joe Biden terhadap Israel dan Benjamin Netanyahu terus berlanjut, meskipun ia dilaporkan bersikap keras kepala, dan ini telah membuat banyak analis bingung, terutama untuk menuju gencatan senjata di Gaza. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |