Peristiwa Internasional

AS dan Inggris Larang Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh Dalam Menghadapi Rusia

Minggu, 22 September 2024 - 03:31 | 102.03k
Volodymyr Zelensky saat berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Komisi Eropa di Kyiv, pada tanggal 20 September 2024, di tengah invasi Rusia di Ukraina. (FOTO: Arab News/AFP)
Volodymyr Zelensky saat berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Komisi Eropa di Kyiv, pada tanggal 20 September 2024, di tengah invasi Rusia di Ukraina. (FOTO: Arab News/AFP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Amerika Serikat dan Inggris tidak memperbolehkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh dalam perangnya menghadapi Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan hal itu karena kedua negara sekutunya itu khawatir akan terjadi "eskalasi".

Advertisement

Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memperingatkan bila Ukraina gunakan rudal jarak jauh ke Rusia akan menandakan bahwa negara-negara NATO sedang berperang dengan Moskow.

"Baik Amerika maupun Inggris tidak memberi kami izin untuk menggunakan senjata ini di wilayah Rusia, pada target mana pun, pada jarak berapa pun," kata Zelensky kepada wartawan,Jumat malam, seperti dilansir Arab News.

"Saya pikir mereka khawatir tentang eskalasi (permusuhan)," katanya lagi.

Padahal senjata-senjata tersebut telah dipasok oleh sekutu Barat Ukraina itu. Meski demikian Zelensky juga mengatakan, sekutu Ukraina telah meningkatkan dukungan militer mereka kepada tentara Ukraina, yang tengah berjuang untuk menghentikan kemajuan pasukan Rusia di wilayah timur negara mereka.

"(Bantuan) dipercepat pada bulan September. Kami senang. Kami bisa merasakan perbedaannya," katanya.

Keterlambatan pasokan senjata karena perpecahan politik antara sekutu membuat pasukan Ukraina kekurangan pasokan awal tahun ini.

Ukraina sangat bergantung pada dukungan militer ini. Tentaranya memiliki lebih sedikit pasukan dan senjata daripada pasukan Rusia yang telah dilawannya sejak Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina sejak Februari 2022 itu.

Upaya untuk mengakhiri perang juga belum terbukti berhasil.

Volodymyr Zelensky menolak rencana perdamaian yang diajukan pada musim semi oleh Tiongkok dan Brasil karena terlalu samar. "Saya tidak menganggapnya sebagai rencana konkret. Saya tidak melihat tindakan atau tahapan khusus di dalamnya, hanya prosedur umum," katanya malam itu.

"Generalisasi selalu menyembunyikan sesuatu," tambahnya.

Tiongkok dan Brasil telah mempromosikan gagasan konferensi perdamaian internasional yang bisa diterima oleh Rusia dan Ukraina, dimana kedua belah pihak akan berpartisipasi secara setara dan semua opsi akan dipertimbangkan.

China dan Rusia memiliki hubungan dekat yang telah menguat sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Amerika Serikat menuduh bahwa meskipun Tiongkok tidak memasok senjata langsung ke Rusia, Tiongkok membantu Moskow meningkatkan produksi rudal, pesawat nirawak militer, dan tank dalam negeri.

Zelensky akan menyampaikan apa yang disebutnya "rencana kemenangan" untuk mengakhiri perang saat  bertemu dengan Presiden Joe Biden di Amerika Serikat, minggu depan.

"Rencana tersebut dirancang untuk keputusan yang harus diambil dari Oktober hingga Desember. Kami sangat menginginkannya. Kami yakin rencana tersebut akan berhasil,” katanya sebelum ini.

Pemimpin Ukraina itu juga mengatakan bahwa ia akan bertemu Donald Trump kemungkinan antara tanggal 26 atau 27 September.

Trump, mantan presiden AS antara tahun 2017 dan 2021, sangat kritis terhadap miliaran dolar yang diberikan Washington kepada Kyiv sebagai bantuan dan mengklaim bahwa ia bisa membantu mengakhiri perang dalam waktu 24 jam tanpa pernah menjelaskan caranya.

Sementara itu, Iran pada hari Sabtu meluncurkan rudal balistik baru dan pesawat nirawak serang satu arah yang telah ditingkatkan, di tengah meningkatnya ketegangan regional dan tuduhan mempersenjatai Rusia.

Iran dituduh oleh pemerintah Barat memasok pesawat nirawak dan rudal ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya dengan Ukraina, tuduhan yang telah berulang kali dibantahnya.

Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran awal bulan ini, dengan tuduhan bahwa Iran telah menyediakan rudal balistik untuk upaya perang Rusia di Ukraina. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES