Peristiwa Internasional

Menlu RI: Jangan Tunggu 100 Ribu Orang Terbunuh, Akui Negara Palestina Sekarang

Jumat, 27 September 2024 - 22:55 | 34.10k
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kiri depan) duduk bersebelahan dengan Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa (kanan depan) dalam Pertemuan Tingkat Menteri tentang situasi di Gaza dan penerapan Solusi Dua Negara pada Sidang ke-79 Majelis Umu
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kiri depan) duduk bersebelahan dengan Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa (kanan depan) dalam Pertemuan Tingkat Menteri tentang situasi di Gaza dan penerapan Solusi Dua Negara pada Sidang ke-79 Majelis Umu

TIMESINDONESIA, JAKARTAMenteri Luar Negeri RI Retno Marsudi meminta negara-negara di dunia segera memberikan pengakuan terhadap Negara Palestina sebagai langkah penting menuju Solusi Dua Negara.

Permintaan itu disampaikan Retno dalam Pertemuan Tingkat Menteri tentang Situasi di Gaza dan Penerapan Solusi Dua Negara pada Sidang ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Kamis (26/9).

Advertisement

“Pengakuan terhadap Negara Palestina sangatlah penting. Mengapa? Karena hal ini memberikan harapan kepada Bangsa Palestina. … Dan yang terpenting, inilah satu-satunya cara untuk memberikan tekanan politik kepada Israel untuk menghentikan kekejamannya,” katanya.

Namun, menurut Retno, beberapa negara yang dia ajak justru menyatakan baru akan mengakui Palestina pada saat yang tepat.

“Kapan saat yang tepat itu? Bagi saya, waktu yang tepat adalah saat ini juga. Waktu yang tepat adalah sekarang. Kita tidak usah menunggu sampai semua orang Palestina mengungsi dan seratus ribu orang terbunuh untuk menyebut bahwa inilah saat yang tepat itu,” kata Menlu menegaskan.

Pada lain sesi, di hadapan Pertemuan Tingkat Menteri untuk Mendukung Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Indonesia menegaskan kembali dukungan penuh bagi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina tersebut.

“Sulit dibayangkan bagaimana situasi kemanusiaan (di Palestina) saat ini, jika tidak ada UNRWA di lapangan," ujar Menlu.

Dua hal utama untuk mendukung UNRWA, menurut Retno, yakni dukungan politis dan dukungan pendanaan.

Dukungan politis diperlukan untuk menjamin UNRWA tidak terpengaruh tekanan politik, karena mengancam UNRWA sama saja mengancam kemanusiaan.

Sementara, untuk dukungan pendanaan, Indonesia telah memberikan contoh konkret dengan melipatgandakan kontribusi tahunan kepada UNRWA pada 2024 ini.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES