Keamanan Asia Timur Laut Terancam, Korea Utara Kirim 12 Ribu Pasukan ke Rusia
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keamanan Asia Timur Laut terancam, setelah badan mata-mata Korea Selatan mengetahui Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia. Disebutkan, kapal angkatan laut Rusia memindahkan 1.500 tentara Korea Utara ke Vladivostok.
"Korea Utara telah mengirimkan pasukan untuk mendukung perang Rusia melawan Ukraina, kata badan mata-mata Korea Selatan," katanya.
Advertisement
Badan Intelijen Nasional (NIS) kemudian mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan, Jumat (19/10/2024), bahwa kapal angkatan laut Rusia memindahkan 1.500 pasukan operasi khusus Korea Utara ke kota pelabuhan Rusia Vladivostok mulai 8 Oktober hingga 13 Oktober.
Perkembangan ini tentu saja bisa menarik negara ketiga ke dalam konflik dan semakin meningkatkan ketegangan antara Korea Utara dan pihak Barat.
Korea Selatan sendiri menghadapi dilema apakah harus mensuplai senjata mematikan ke Ukraina. Namun para ahlinya menyarankan, agar pemerintah Korea Selatan tetap untuk bertindak hati-hati.
Tetapi yang jelas. Korea Selatan melaporkan, bahwa tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia telah diberikan seragam militer Rusia, senjata, dan dokumen identitas palsu.
Saat ini mereka ditempatkan di pangkalan militer di Vladivostok dan lokasi lain seperti Ussuriysk, Khabarovsk, dan Blagoveshchensk, mereka diperkirakan akan dikerahkan ke zona tempur setelah pelatihan mereka itu selesai.
Badan mata-mata itu mengunggah di situs webnya foto satelit dan foto-foto lain yang menunjukkan apa yang disebutnya pergerakan kapal angkatan laut Rusia di dekat pelabuhan Korea Utara dan dugaan pertemuan massa Korea Utara di Ussuriysk dan Khabarovsk dalam seminggu terakhir.
Dalam konferensi pers hari Jumat, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte mengatakan dia belum mendapatkan konfirmasi tentang Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia itu.
Media Korea Selatan yang mengutip NIS juga melaporkan, bahwa Korea Utara telah memutuskan untuk mengirim total 12.000 tentara dalam empat brigade ke Rusia. NIS tidak segera mengonfirmasi laporan tersebut.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol hari Jumat langsung mengadakan pertemuan keamanan darurat terkait hal tersebut. Ia mengakui, bahwa hubungan erat antara militer Rusia dengan Korea Utara telah melampaui sekadar transfer perlengkapan militer saja.
"Situasi saat ini, dimana pemulihan hubungan antara Rusia dan Korea Utara telah menghasilkan pengiriman peralatan militer dan pengerahan pasukan, menimbulkan ancaman keamanan serius tidak hanya bagi negara kami tetapi juga bagi masyarakat internasional," kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
Media Ukraina sendiri telah melaporkan, bahwa enam tentara Korea Utara tewas dalam serangan rudal Ukraina di wilayah yang diduduki Rusia dekat Donetsk pada tanggal 3 Oktober lalu.
Namun Rusia membantah menggunakan pasukan Korea Utara dalam perang, dan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menggambarkan klaim tersebut sebagai "berita palsu lainnya dalam konferensi pers minggu lalu.
Pada hari Kamis, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan, pemerintahnya memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa 10.000 tentara Korea Utara sedang dipersiapkan untuk bergabung dengan pasukan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Ia memperingatkan bahwa keterlibatan negara ketiga bisa meningkatkan konflik menjadi perang dunia.
Lembaga pemikir Institut Studi Perang yang berpusat di Amerika Serikat juga mengatakan bahwa beberapa ribu tentara Korea Utara telah tiba di Rusia dan sedang dipersiapkan untuk penempatan mereka di Ukraina.
Korea Utara dan Rusia telah menjadi sekutu sejak berdirinya Korea Utara setelah Perang Dunia II dan semakin dekat sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Korea Selatan, yang didukung oleh AS mengklaim bahwa Pyongyang telah menjadi pemasok utama senjata yang digunakan di Ukraina bagi Rusia. Tetapi Kedua negara membantah tuduhan tersebut.
Selama pertemuan di Pyongyang pada bulan Juni, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani pakta yang menetapkan bantuan militer timbal balik jika salah satu negara diserang, dalam apa yang dianggap sebagai kesepakatan pertahanan terbesar kedua negara sejak berakhirnya Perang Dingin.
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat dalam beberapa bulan terakhi selain soal uji coba senjata di Korea Utara, latihan militer skala besar di Korea Selatan, kini ditambah lagi dengan pengiriman 12.000 pasukan Korea Utara ke Rusia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |