Biaya Perang Israel Sudah Setara Rp2 Triliun per Hari

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Biaya perang Israel saat ini meningkat menjadi $131 juta atau setara dengan Rp 2 triliun per hari karena memperluas operasi militernya terutama di front Utara dengan Lebanon.
Media berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth mengungkapkan dari sumber resmi, bahwa biaya perluasan operasi militer Israel di front utara itu, selain serangan darat yang sedang berlangsung di Gaza, mencapai sekitar $6 miliar selama 50 hari terakhir sejak awal perang September lalu.
Advertisement
Besarnya angka itu sebagian dikarenakan penggunaan amunisi yang mahal secara ekstensif, yang mengharuskan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan anggaran pertahanan.
Dilansir Al Jazeera, seorang pejabat senior di tentara Israel mengatakan, bahwa amunisi yang digunakan dalam operasi untuk membunih Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah saat pemboman tempat persembunyian di daerah Dahiya di Beirut waktu itu tetap menelan biaya $6 juta.
Kemudian disusul dengan pembunuhan penggantinya, Hashem Safi al- Din, dalam pemboman serupa menelan biaya $5 juta lagi.
Menurut pejabat itu, biaya perang Israel semakin meningkat setelah Benjamin Netanyahu mobilisasi puluhan ribu tentara cadangan dalam beberapa pekan terakhir dan pengerahan beberapa tim di Lebanon untuk pertama kalinya sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu.
Pengeluaran yang besar ini diperparah oleh penggunaan amunisi yang mahal secara ekstensif dan kebutuhan untuk meluncurkan ratusan rudal pencegat yang mahal, sebagai respons terhadap peningkatan signifikan serangan rudal dan pesawat tak berawak terutama dari Lebanon, Iran, Irak dan Yaman.
Menurut pejabat Israel, hingga kini, biaya tempur harian tentara Israel diperkirakan rata-rata sekitar $105 juta perhari. Tetapi sejak perluasan operasi di Lebanon, biaya tempur itu telah meningkat hingga lebih dari $131 juta per hari, dengan kemungkinan bertambah dalam waktu dekat.
Biaya tempur di Gaza juga meningkat karena adanya pemanggilan unit cadangan tambahan dan perluasan wilayah pertempuran selama dua minggu terakhir.
Seorang pejabat senior di Kementerian Keuangan memperkirakan pemerintah akan melanggar anggaran tahun 2024 untuk ketiga kalinya segera setelah liburan, dan hal ini terjadi mengingat keterlambatan Washington dalam mentransfer bantuan Amerika senilai $18 miliar ke tahun fiskal berikutnya.
Sebaliknya, seorang pakar ekonomi memperingatkan bahwa perekonomian Israel mungkin akan mengalami kesulitan bila memperpanjang perangnya baik di front utara maupun selatan.
Dia menambahkan bahwa perluasan operasi yang signifikan di Lebanon, mobilisasi pasukan cadangan dalam skala besar, dan intensifikasi pertempuran baru-baru ini di wilayah selatan akan memerlukan langkah-langkah anggaran yang tidak diperkirakan sebelumnya dalam beberapa bulan terakhir.
Komite Nagel, yang bertugas meninjau anggaran pertahanan untuk tahun-tahun mendatang, baru-baru ini menerbitkan laporan awal, namun laporan tersebut tidak membahas besarnya peningkatan anggaran yang diperlukan dari tahun 2025 hingga setidaknya tahun 2030.
Badan keamanan Israel sempat meminta tambahan sekitar 58 miliar dolar untuk tahun-tahun mendatang, namun Kementerian Keuangan dengan tegas menolak permintaan tersebut.
Penolakan itu karena mereka percaya bahwa tentara Israel harus meningkatkan efisiensi sekaligus meningkatkan jumlah anggaran, termasuk meningkatkan jumlah pasukan pasukan cadangan, memperluas layanan wajib.
Menurut laporan, kesenjangan antara lembaga keamanan dan Kementerian Keuangan tidak kurang dari $5 miliar per tahun untuk tahun-tahun mendatang. Untuk saat ini saja, biaya perang Israel di Gaza maupun Lebanon telah membengkak menjadi Rp 2 triliun per hari karena perluasan operasi di du front itu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |