Peristiwa Internasional

Milisi Irak Jadi Musuh Israel Berikutnya

Jumat, 01 November 2024 - 09:11 | 27.81k
Rudal Iran di langit Israel saat diluncurkan oleh Iran awal Oktober lalu. (FOTO: Al Jazeera/Reuters)
Rudal Iran di langit Israel saat diluncurkan oleh Iran awal Oktober lalu. (FOTO: Al Jazeera/Reuters)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Israel semakin perbanyak musuhnya setelah Irak kesulitan untuk menghindar dari keterlibatannya dalam konflik di Timur Tengah karena tidak berhasil menghalangi milisi yang didukung Iran di sana, Kataib Hezbollah untuk menyerang Israel.

Bahkan Axios, seperti dilansir Al Jazeera yang mengutip dua sumber Israel mengatakan, Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang.

Advertisement

Informasi intelijen Israel menyebutkan bahwa Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, mungkin sebelum pemilihan presiden AS yang dijadwalkan pada 5 November mendatang.

Laporan Axios itu mengindikasikan bahwa serangan tersebut diperkirakan akan dilakukan dari Irak dengan menggunakan sejumlah besar drone dan rudal balistik.

Laporan tersebut mengatakan bahwa serangan melalui kelompok bersenjata pro-Iran di Irak mungkin merupakan upaya Iran untuk menghindari serangan Israel lagi terhadap sasaran strategis di Iran.

Irak sendiri berusaha menghindari keterlibatannya dalam pertempuran regional, saat kelompok bersenjata yang didukung Iran itu meningkatkan serangannya terhadap Israel dari wilayah Irak.

Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, Kataib Hezbollah, faksi bersenjata paling kuat di Irak mengatakan, Israel dan AS harus membayar harga atas serangannya terhadap Iran minggu lalu.

Irak kebingungan saat  menyaksikan serangan destruktif Israel di Gaza dan Lebanon, sehingga berupaya menghindari terseret ke dalam konflik regional yang berkembang.

Pada saat yang sama, kelompok bersenjatanya yang didukung Iran melancarkan serangan terhadap Israel dari tanah Irak.

Dua dekade setelah invasi pimpinan AS yang menggulingkan Saddam Hussein, Irak mengalami stabilitas relatif dengan pendapatan tinggi dari penjualan minyak yang mendanai agenda berbasis layanan yang telah mengubah sebagian besar negara itu menjadi lokasi konstruksi.

Irak juga tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Pemerintahan Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia Al-Sudani mewaspadai konflik regional yang bisa mempengaruhi tindakan penyeimbangan yang rumit antara AS dan Iran dimana keduanya bersekutu dengannya.

Konflik regional itu kemudian merembet dengan serangan balasan selama berbulan-bulan antara kelompok bersenjata Irak yang didukung Iran dengan pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan wilayah yang hanya mereda setelah Iran campur tangan pada bulan Februari.

Pemerintah Sudan juga tidak berhasil meyakinkan erlawanan Islam di Irak, sebuah koalisi kelompok bersenjata yang didukung Iran untuk berhenti menembakkan roket dan pesawat nirawak ke Israel, menurut empat sumber di kelompok bersenjata yang didukung Iran dan dua penasihat pemerintah.

Menurut sumber tersebut, para pejabat keamanan tinggi Irak yang berkunjung ke Iran dalam dua bulan terakhir untuk minta bantuan Iran agar mengendalikan faksi-faksi Irak yang bersekutu dengannya itu, juga gagal.

Delegasi Irak diterima dengan sambutan dingin di Iran.

Delegasi Irak memperoleh jawaban, bahwa kelompok-kelompok itu memiliki keputusan mereka sendiri dan itu adalah panggilan mereka untuk memutuskan bagaimana mendukung saudara-saudara mereka di Lebanon dan di Gaza.

Irak kemudian beralih minta bantuan ke AS agar ikut campur tangan dengan Israel untuk mencegah pembalasan atas serangan tersebut, termasuk satu serangan yang menewaskan dua tentara Israel dan melukai lebih dari 20 orang pada 4 Oktober lalu.

"AS memahami dampak dari kemungkinan serangan Israel di Irak dan berjanji untuk membantu,” kata seorang pejabat kementerian luar negeri Irak.

Seorang juru bicara kedutaan besar AS di Baghdad tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Empat sumber milisi mengatakan, kelompok Kataib Hezbollah dan Nujaba, yang memimpin serangan terhadap Israel, telah memperingatkan perdana menteri Irak untuk tidak menekan mereka menghentikan tindakan mereka. 

Kelompok Kataib Hezbollah dan Nujaba bersumpah untuk melanjutkan serangan mereka selama Israel melanjutkan operasi di Lebanon dan melakukan genosida di Gaza.

Masalah ini telah memecah belah partai-partai dalam koalisi yang berkuasa di Irak, yang semuanya bersimpati terhadap perjuangan Palestina dan mereka memandang Israel sebagai musuh, meskipun beberapa berbeda pendapat tentang seberapa besar keterlibatan Irak dalam konfrontasi regional tersebut.

"Para pemimpin Syiah membahas risiko akibat dari serangan terhadap Israel dan kemungkinan pembalasan Israel selama dua pertemuan pada bulan Oktober," kata anggota parlemen Syiah dari aliansi yang berkuasa, Ahmed Kenani.

Pemain kunci dalam koalisi Syiah Irak memandang konfrontasi langsung dengan Israel sebagai kontraproduktif dan berpotensi merusak Irak, menurut empat anggota parlemen Syiah.

"Kelompok-kelompok yang memiliki roket dan pesawat tak berawak harus pergi ke Gaza dan Lebanon untuk memerangi Israel daripada mendorong Irak menuju kehancuran," kata penasihat PM Irak, Abul Ameer Thuaiban.

Kataib Hezbollah, faksi bersenjata yang paling kuat mengatakan, Israel dan AS harus membayar harga atas serangan Israel terhadap Iran minggu lalu.

Sumber keamanan senior Irak mengatakan kepada Reuters menjelang serangan itu, bahwa setiap serangan oleh Israel terhadap Iran di luar apa yang disebut sumber sebagai aturan keterlibatan yang ditetapkan, bisa mendorong kelompok bersenjata pro-Iran untuk secara signifikan memperluas serangan mereka terhadap Israel dan aset AS di wilayah tersebut.

Kini, Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat itu harus menghadapi kenyataan bahwa musuhnya di dunia semakin banyak, dan faksi-faksi di Irak adalah musuh berikutnya yang akan menyerang sewaktu-waktu karena perilaku Israel yang terus menerus melakukan genosida di Gaza dan menyerang Lebanon. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES