Jadi Target Pembunuhan, PM Israel Benjamin Netanyahu Disarankan Selalu Pindah Tempat
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mulai dikejar-kejar pembunuhan, dan pejabat keamanannya merekomendasikan agar ia menghindari menetap di satu tempat dengan alasan keamanan.
Channel 12 menjelaskan, bahwa Benjamin Netanyahu mulai mengadakan pertemuan di ruang berbenteng di Kantor Perdana Menteri sejak upaya pembunuhan terhadapnya pada bulan Oktober lalu.
Advertisement
Saat itu, Benjamin Netanyahu menuduh orang-orang yang dia gambarkan sebagai "tangan Iran" mencoba membunuh dia dan istrinya, beberapa jam setelah serangan yang menargetkan rumah pribadinya di kota Kaisarea di Israel utara. Beruntung dia dan keluarganya tidak ada di sana waktu itu.
Sebuah laporan pada hari Minggu menyebutkan, Benjamin Netanyahu sebagian besar bekerja dari ruang kerja yang diperkuat di lantai dasar Kantor Perdana Menteri, bukan dari kantornya yang biasa di lantai yang lebih tinggi, sesuai instruksi pejabat keamanannya, kata sebuah laporan pada hari Minggu.
Menurut berita Channel 12, Netanyahu telah memberi tahu rekan-rekannya bahwa ia diperintahkan untuk menggunakan ruang bawah tanah yang lebih terlindungi dan menghindari berada di "tempat permanen" yang diketahui.
Ini karena kekhawatiran yang terus berlanjut tentang pesawat nirawak dan serangan lainnya, setelah pesawat nirawak Hizbullah menyerang rumahnya di Caesarea bulan lalu.
Drone peledak, yang diluncurkan dari Lebanon pada 19 Oktober oleh Hizbullah, juga meledak di rumah Netanyahu saat ia tidak ada, dan menghancurkan, meskipun tidak menembus jendela kamar tidur, dan menyebabkan kerusakan kecil.
Laporan hari Minggu, seperti dilansir The Times of Israel mencatat, bahwa protokol keamanan baru menjelaskan mengapa rapat kabinet akhir-akhir ini diadakan di lokasi yang berubah-ubah, dan mengapa pula pernikahan putra Netanyahu, Avner ditunda ke tanggal berikutnya, dan bukan dalam waktu dekat.
Laporan itu muncul beberapa jam sebelum pengacara Netanyahu mengajukan permintaan penunda kesaksian perdana menteri bulan depan di Pengadilan Distrik Yerusalem, tempat ia diadili atas tiga kasus korupsi, sehingga ia tidak akan berada di tempat yang sama beberapa kali dalam seminggu.
Juga telah dilaporkan, bahwa pengadilan tersebut tidak memiliki ruang aman atau tempat perlindungan bom.
Netanyahu sedianya dijadwalkan untuk memberikan kesaksian pada tanggal 2 Desember mendatang saat dimulainya pembelaan tim hukumnya setelah penuntutan dihentikan awal tahun ini.
Kesaksian ini diperkirakan akan berlangsung beberapa jam sehari dan memakan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan. Tim hukum perdana menteri, seperti dilaporkan Channel 12, meminta pada hari Minggu malam agar kesaksian ditunda selama dua setengah bulan.
Pada bulan Juli tahun ini, tim hukum Netanyahu meminta pengadilan untuk menunda kesaksiannya dari November 2023 hingga Maret 2025 karena ia masih mengelola perang. Namun pengadilan menolak permintaan tersebut dan menetapkan tanggalnya pada Desember.
Benjamin Netanyahu telah didakwa atas penipuan dan pelanggaran kepercayaan dalam dua kasus dan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam kasus ketiga.
Ia didakwa hampir lima tahun lalu, pada Januari 2020, dan persidangan dimulai pada Mei tahun itu. Ia membantah semua tuduhan terhadapnya. Bulan lalu, rumah pribadinya juga diserang, ditengah serangan Israel yang sedang berlangsung terhadap Hizbullah.
Hizbullah telah menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon hampir setiap hari sejak 8 Oktober 2023.
Pada Desember 2023 lalu, Pengadilan Distrik Yerusalem melanjutkan persidangan Benjamin Netanyahu atas tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.
Baru-baru ini, Kantor Perdana Menteri menghadapi 4 kasus serius, salah satunya terkait upaya perubahan dokumen mengenai peringatan dini sebelum 7 Oktober tahun lalu.
Kasus yang paling serius adalah kasus pembocoran dokumen rahasia, yang mengakibatkan lima orang ditangkap, termasuk seorang penasihat di kantornya dan seorang perwira senior.
Kasus tersebut terkait dengan pencurian informasi dari tentara dan membocorkannya ke pihak media asing dengan tujuan mempengaruhi opini publik mengenai kesepakatan pertukaran tahanan.
Isu kedua berkaitan dengan upaya untuk mengubah protokol seputar perang di Gaza, untuk mempengaruhi penyelidikan resmi atas kegagalan yang terjadi pada tanggal 7 Oktober.
Kasus ketiga menyangkut upaya para pejabat di kantor Netanyahu yang memeras seorang perwira senior dengan video memalukan yang mereka peroleh, dengan imbalan informasi rahasia tambahan.
Kasus keempat berkaitan dengan rekaman video mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant yang mendokumentasikan pencegahannya oleh para penjaga memasuki kantor Benjamin Netanyahu beberapa hari setelah pecahnya perang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |