Peristiwa Internasional

Korban Meninggal Pesawat Jeju Air Berjumlah 179 Orang, Menjadi Kecelakaan Udara Paling mematikan Sejak 1997

Senin, 30 Desember 2024 - 09:45 | 18.03k
Pelampung di dalam pesawat tersangkut di pagar bandara Muan setelah pesawat itu hancur berkeping-keping. (FOTO: Daily Mail)
Pelampung di dalam pesawat tersangkut di pagar bandara Muan setelah pesawat itu hancur berkeping-keping. (FOTO: Daily Mail)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kecelakaan tragis menimpa pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, pada Minggu pagi. Sebanyak 179 orang dari total 181 penumpang dipastikan tewas, menjadikannya salah satu kecelakaan udara paling mematikan di negara tersebut sejak 1997.

Pesawat komersial ini membawa 173 penumpang Korea Selatan, dua wisatawan asal Thailand, dan enam awak kabin. Hanya dua orang yang berhasil diselamatkan, yakni seorang pria dan seorang wanita dari awak pesawat. Keduanya ditemukan hidup di reruntuhan bagian ekor yang terbakar dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Advertisement

Penyebab Diduga Tabrakan dengan Burung

Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengungkapkan bahwa pesawat tersebut dilaporkan menabrak seekor burung sebelum mendarat. Rekaman video yang belum terverifikasi menunjukkan semburan api keluar dari salah satu mesin sebelah kanan, diduga akibat tabrakan tersebut. Hal ini kemungkinan besar membuat roda pendaratan tidak berfungsi, sehingga pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat tanpa roda.

Namun, beberapa pakar meragukan tabrakan burung sebagai penyebab utama. "Tabrakan burung jarang menyebabkan roda pendaratan gagal berfungsi," kata Geoffrey Dell, pakar keselamatan penerbangan asal Australia.

Pesawat itu mendarat tanpa roda di landasan sepanjang 2.800 meter, lalu tergelincir keluar dan menghantam dinding beton sebelum meledak menjadi bola api. Para saksi mata melaporkan adanya percikan api dan ledakan keras sesaat sebelum kecelakaan.

Penghormatan dan Masa Berkabung Nasional

Penjabat Presiden Korea Selatan menetapkan masa berkabung nasional hingga Sabtu mendatang. Dukungan dan penghormatan juga datang dari berbagai pihak, termasuk Raja Charles dan Ratu Camilla dari Inggris, yang menyampaikan belasungkawa atas tragedi ini.

Kecelakaan ini menjadi yang terburuk bagi Korea Selatan sejak tragedi Korean Air di Guam pada 1997, yang menewaskan lebih dari 200 orang. Para penyelidik kini tengah mengumpulkan bukti untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan dan mencegah tragedi serupa di masa mendatang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES