Peristiwa Internasional

Ditilap Donald Trump, Eropa Tersinggung Soal Negosiasi Damai Perang Ukraina

Jumat, 14 Februari 2025 - 13:17 | 56.77k
Zelenskyy mengaku tidak senang setelah mengetahui Donald Trump berbicara dengan Vladimir Putin, orang yang diburu karena kejahatan perang di Ukraina sebelum berbicara dengannya.(FOTO: Screenshot NBC News)
Zelenskyy mengaku tidak senang setelah mengetahui Donald Trump berbicara dengan Vladimir Putin, orang yang diburu karena kejahatan perang di Ukraina sebelum berbicara dengannya.(FOTO: Screenshot NBC News)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para pemimpin Uni Eropa tersinggung dan marah kepada Donald Trump yang telah menyepakati negosiasi damai dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin  untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Para pemimpin Eropa  mengeraskan nada bicara mereka pada Kamis (13/2/2025), dengan mengingatkan kepada presiden Amerika bahwa setiap penyelesaian damai akan membutuhkan keterlibatan Eropa agar dapat berfungsi dalam praktik.

Advertisement

Warga di Kiyv bereaksi dengan campuran kemarahan dan kekecewaan terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin perihal potensi perundingan perdamaian, tanpa berkomitmen terhadap keterlibatan Ukraina dalam perundingan tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga mengatakan ia tidak akan menerima perundingan apa pun mengenai Ukraina yang tidak melibatkan negaranya.

Pembicaraan pertelepon antara Donald Trump dan Vladimir Putin telah memicu ketakutan bahwa Eropa akan sepenuhnya disingkirkan dari proses perdamaian.

Tetapi kesepakatan itu telah mendapat tanggapan buruk di seluruh benua Eropa dan meningkatkan kekhawatiran bahwa Eropa akan sepenuhnya disingkirkan dari proses perdamaian yang baru lahir.

"Jika ada kesepakatan yang dibuat di belakang kita, itu tidak akan berhasil. Karena, untuk semua jenis kesepakatan,  anda memerlukan orang Eropa untuk melaksanakan kesepakatan ini. Anda memerlukan orang Ukraina untuk melaksanakan kesepakatan ini," kata Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Kaja Kallas saat menghadiri pertemuan tingkat menteri di NATO, seperti dilansir Euronews.

"Anda butuh kami di meja perundingan agar kesepakatan damai bisa berhasil," tegasnya.

Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa juga mengeluarkan peringatan serupa kepada Gedung Putih, dengan menyatakan perdamaian di Ukraina dan keamanan di Eropa tidak bisa dipisahkan.

"Perdamaian tidak bisa hanya sekadar gencatan senjata. Rusia tidak boleh lagi menjadi ancaman bagi Ukraina, Eropa, dan keamanan internasional," tegas  Costa.

"Tidak akan ada negosiasi yang kredibel dan berhasil, tidak akan ada perdamaian abadi, tanpa Ukraina dan tanpa Uni Eropa," tambahnya.

Kaja Kallas dan Antonio Costa menegaskan UE berhak mendapat tempat di perundingan.

Juru bicara utama Komisi Eropa mengatakan, tidak akan ada diskusi tentang keamanan Eropa dan Ukraina tanpa Eropa.

Ia menggambarkan pembicaraan telepon antara Trump-Putin itu sebagai awal dari sebuah proses, dengan lebih banyak langkah yang akan menyusul.

Juru bicara tersebut mengatakan, Washington tidak menghubungi Brussels sebelum menelpon Putin pada hari Rabu.

"Tidak ada koordinasi terkait panggilan telepon ini secara khusus," kata juru bicara tersebut.

Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda menyatakan: "Penyerang tetaplah penyerang, dan korbannya, negara yang diserang harus didukung. Gencatan senjata bukanlah perdamaian yang berkelanjutan. Kita harus menghentikan penyerang sekarang dan selamanya," kata dia.

Sementara itu, di Warsawa, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bahkan tidak berbasa-basi.

Dengan  menggunakan huruf besar, ia melampiaskan kekesalannya terhadap diplomasi yang dilakukan Donald Trump.

"Yang kita butuhkan hanyalah perdamaian. Perdamaian yang adil. Ukraina, Eropa, dan Amerika Serikat harus bekerja sama untuk mewujudkannya. Bersama-sama!," tulis Tusk.

Kemudian Tusk menelpon Zelenskyy, Costa, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson.

Pertukaran pendapat itu juga melibatkan Friedrich Merz, pemimpin CDU Jerman yang difavoritkan untuk menjadi Kanselir berikutnya .

"Pesannya jelas: Ukraina, Eropa, dan AS harus bersatu sepenuhnya dan terlibat dalam perundingan damai," kata Tusk.

Zelenskyy, yang melakukan panggilan telepon terpisah dengan Trump juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menerima perjanjian apa pun tanpanya, dan meminta Eropa untuk menjadi bagian dari negosiasi.

"Orang Eropa juga harus ikut serta sebagai bagian dari benua kita, dan kita tidak diragukan lagi akan menjadi anggota Uni Eropa. Eropa telah membantu kita secara signifikan," kata Zelenskyy.

"Semua orang memahami kemungkinan formatnya: AS, Ukraina, dan Rusia. Namun, di mana Eropa? Saya juga sangat tertarik untuk menyertakan Eropa," kata dia 

Zelenskyy mengaku "tidak menyenangkan" setelah mengetahui Donald Trump berbicara dengan Vladimir Putin, orang yang diburu karena kejahatan perang di Ukraina sebelum berbicara dengannya.

Tetapi Zelenskyy tidak menafsirkan panggilan telepon antara kedua pemimpin itu sebagai prioritas pembicaraan dengan Rusia.

Ketakutan Eropa bertambah parah karena pilihan kata-kata Trump yang menyanjung.

Postingannya di media sosial setelah panggilan telepon itu, Donald Trump memuji Vladimir Putin dan Rusia, dengan kalimat-kalimat "sejarah hebat" dan "kekuatan" kedua negara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES