Peristiwa Internasional

Pemimpin Israel Pecah, Warga Palestina Mendemo Hamas

Kamis, 27 Maret 2025 - 08:12 | 61.41k
Seorang pemuda Palestina membawa spanduk bertuliskan dalam bahasa Arab,
Seorang pemuda Palestina membawa spanduk bertuliskan dalam bahasa Arab, "Hamas tidak mewakili kami" (FOTO : Arab News/AFP)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perpecahan diantara para pemimpin Israel semakin dalam, sementara Hamas didemo warga Palestina di Gaza.

Pemimpin oposisi Israel , Yair Lapid menuding pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu  sebagai kriminal dan ia menyerukan pembangkangan.

Advertisement

Yair Lapid mengkritik pemerintahan Benjamin Netanyahu dengan mengatakan, pemerintah yang tidak mematuhi putusan pengadilan adalah pemerintahan kriminal sehingga tidak perlu dipatuhi.

Yair Lapid mengatakan,  pemerintah Israel harus sadar dan Netanyahu harus menyatakan komitmennya terhadap putusan pengadilan.

Kemarin, pemimpin Biru dan Putih, Benny Gantz  dan mantan Kepala Staf, Gadi Eisenkot memperingatkan  bahwa Israel "dalam bahaya" karena perpecahan internal.

Sementara mantan Perdana Menteri, Ehud Olmert menegaskan  bahwa Israel lebih dekat dengan perang saudara.

Hal itu terjadi dengan latar belakang meningkatnya krisis politik yang disebabkan ngototnya Benjamin Netanyahu memecat kepala Shin Bet,  Ronen Bar.

Kamp Negara atau Aliansi Persatuan Nasional adalah aliansi politik Israel yang terdiri dari Gantz, partai Ketahanan Israel, dan mantan Kepala Staf IDF Gadi Eisenkot.

Perpecahan di Israel itu semakin dalam menyusul keputusan Netanyahu untuk memberhentikan Bar dan yang embekuan putusan oleh Mahkamah Agung, serta mosi tidak percaya pemerintah secara bulat terhadap Jaksa Agung Gali Baharav-Miara, dan diikuti kemarahan publik.

Namun ketika di Knesset, Benjamin Netanyahu menyatakan, demokrasi tidak dalam bahaya, tetapi yang terancam adalah aturan birokrat.

Netanyahu sekali lagi juga menuding balik dengan menyatakan 'negara dalam negara' saat oposisi mencemooh 

Hamas Diprotes 

Untuk kali pertama Hamas diprotes ribuan warga Palestina dalam sebuah demonstrasi publik yang jarang terjadi di Gaza.

Dilansir Arab News, para pengunjuk rasa itu juga menuntut diakhirinya pertempuran mematikan selama 17 bulan dimana Israel telah membuat kehidupan mereka di Gaza tak tertahankan.

Seruan publik terhadap Hamas, yang masih menguasai wilayah tersebut setelah berbulan-bulan berperang dengan Israel itu jarang terjadi.

Ribuan warga Palestina berbaris diantara puing-puing kota yang hancur parah di Gaza utara pada hari Rabu, dan meneriakkan yel-yel menentang Hamas.

Protes, yang sebagian besar berpusat di utara Gaza itu tampaknya ditujukan secara umum terhadap perang.

Namun seruan publik terhadap Hamas, yang telah lama menekan perbedaan pendapat dan masih memerintah wilayah tersebut jarang terjadi.

Di kota Beit Lahiya, tempat protes serupa terjadi pada hari Selasa, sekitar 3.000 orang berdemonstrasi, dengan banyak yang meneriakkan "rakyat menginginkan jatuhnya Hamas."

Di lingkungan Shijaiyah yang terkena dampak keras di Kota Gaza, puluhan pria meneriakkan "Keluar, keluar! Hamas keluar!"

"Anak-anak kami telah terbunuh. Rumah-rumah kami telah hancur," kata Abed Radwan, yang mengatakan bahwa ia bergabung dalam protes di Beit Lahiya yang “menentang perang, menentang Hamas, dan faksi-faksi (politik Palestina), juga menentang Israel dan menentang kebungkaman dunia.

Ammar Hassan, yang ikut serta dalam protes pada hari Selasa mengatakan  bahwa protes itu dimulai sebagai protes antiperang dengan beberapa lusin orang tetapi membengkak menjadi lebih dari 2.000 orang, dengan orang-orang meneriakkan yel-yel menentang Hamas.

"Itu satu-satunya pihak yang bisa kami pengaruhi," katanya melalui telepon. "Protes tidak akan menghentikan pendudukan (Israel), tetapi bisa memengaruhi Hamas".

Hamas telah menindak keras setiap protes-protes sebelumnya.

Namun kali ini tidak terlihat adanya intervensi langsung. Hamas tidak terlalu menonjolkan diri sejak Israel melanjutkan perang terhadapnya.

Pejabat senior Hamas Bassem Naim, dalam sebuah posting di Facebook, menulis bahwa orang-orang berhak untuk melakukan protes, dan ia minta seharusnya fokus demonstrasi mereka harus pada "agresor kriminal" Israel.

"Kami ingin menghentikan pembunuhan," katanya.

Para tetua keluarga dari Beit Lahiya menyatakan dukungan mereka terhadap protes terhadap serangan Israel yang baru dan blokade yang diperketat terhadap semua pasokan ke Gaza.

Pernyataan mereka mengatakan bahwa masyarakat sepenuhnya mendukung perlawanan bersenjata terhadap Israel.

"Protes itu bukan tentang politik. Itu tentang kehidupan orang-orang,” tambah Mohammed Abu Saker, ayah tiga anak dari kota terdekat Beit Hanoun yang bergabung dalam demonstrasi hari Selasa.

"Kami ingin menghentikan pembunuhan dan pemindahan, berapa pun harganya. Kami tidak bisa menghentikan Israel untuk membunuh kami, tetapi kami bisa menekan Hamas untuk memberikan konsesi," tambahnya.

Menurut para saksi, protes serupa juga terjadi di daerah Jabaliya yang hancur parah pada hari Selasa.

Seorang pengunjuk rasa di Jabaliya, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, mengatakan mereka bergabung dalam demonstrasi karena “semua orang mengecewakan kami.”

Mereka mengatakan mereka meneriakkan yel-yel menentang Israel, Hamas, Otoritas Palestina yang didukung Barat, dan mediator Arab. 

Mereka mengatakan, tidak ada pasukan keamanan Hamas di protes tersebut, tetapi sempat terjadi perkelahian antara pendukung dan penentang kelompok tersebut.

Kemudian, mereka mengatakan mereka menyesal berpartisipasi karena liputan media Israel, yang menekankan penentangan terhadap Hamas.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menggunakan "aji mumpung", dan ikut mendesak warga Palestina itu untuk bergabung dalam protes tersebut.

"Anda juga harus menuntut pengusiran Hamas dari Gaza dan pembebasan segera semua sandera Israel. Itulah satu-satunya cara untuk menghentikan perang," katanya.

Seorang warga Palestina berusia 19 tahun, yang juga berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, mengatakan ia berencana untuk bergabung dalam demonstrasi pada hari Rabu. 

Sementara terjadi perpecahan diantara para pemimpin Israel yang semakin dalam, warga Palestina di Gaza juga berunjukrasa menentang Hamas dan menentang perang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES