Peristiwa Internasional

Vladimir Putin Tegaskan Penolakan Senjata Nuklir Iran dan Serukan Netralitas Ukraina

Sabtu, 21 Juni 2025 - 21:44 | 17.11k
Presiden Rusia Vladimir Putin (FOTO: Sergei Bobylev/RIA Novosti via AP Photo)
Presiden Rusia Vladimir Putin (FOTO: Sergei Bobylev/RIA Novosti via AP Photo)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTAPresiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan penolakan Moskow terhadap proliferasi senjata pemusnah massal, termasuk kemungkinan kepemilikan senjata tersebut oleh Iran, dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Sabtu (21/6/2025).

Dalam percakapan dengan Sky News Arabia, Putin menyatakan dukungan Rusia atas hak Iran untuk memanfaatkan energi nuklir demi kepentingan damai. Ia menegaskan bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak menemukan indikasi upaya Teheran mengembangkan senjata nuklir.

Advertisement

Putin juga mengapresiasi fatwa Iran yang melarang penggunaan senjata nuklir, menyebutnya sebagai langkah krusial yang perlu diperhatikan. "Kami percaya Iran memiliki hak untuk menggunakan energi nuklir secara damai, dan kami siap membantu," ujarnya.

Ketegangan memuncak sejak Jumat (13/6/2025) setelah Israel melakukan serangan udara terhadap sejumlah target di Iran, termasuk instalasi militer dan nuklir, yang kemudian dibalas dengan serangan balasan oleh Teheran.

Pemerintah Rusia telah berulang kali menyampaikan kepada pemimpin Israel bahwa Iran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir dan mendorong dialog untuk meredakan ketegangan di kawasan serta memperkuat keamanan kolektif.

Di sisi lain, Putin juga menekankan pentingnya menetapkan Ukraina sebagai negara netral yang tidak bergabung dengan aliansi militer mana pun dan bebas dari senjata nuklir. Menurutnya, jaminan semacam itu vital untuk menjaga stabilitas regional yang berkelanjutan.

Putin menegaskan bahwa Rusia mendesak Kiev untuk mengakui hasil referendum di empat wilayah Ukraina dan memperingatkan bahwa penolakan terhadap hal ini dapat memicu konflik bersenjata baru.

Ia mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina hampir mencapai kesepakatan dalam perundingan di Istanbul pada 2022, dan berharap pemerintah Ukraina saat ini lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada agenda pihak luar.

Putin juga menuduh ada aktor eksternal memanfaatkan Ukraina untuk kepentingan geopolitik mereka. "Ukraina pantas mendapat masa depan yang lebih baik, bukan sekadar menjadi alat bagi pihak-pihak yang ingin melemahkan Rusia," tegasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES