Trump Ancam Serang Iran Lagi, Tegaskan Tidak Akan Cabut Sanksi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan kritik tajam kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Ia menyatakan membatalkan rencana pencabutan sanksi terhadap Iran dan menyatakan tidak menutup kemungkinan melakukan serangan militer lagi jika Iran terus memperkaya uranium di tingkat yang dianggap mengkhawatirkan.
Advertisement
Pernyataan keras Trump ini muncul sebagai respons atas pidato Khamenei yang pertama kalinya disampaikan setelah konflik berdarah selama 12 hari antara Iran dan Israel, yang berakhir dengan serangan udara Amerika terhadap sejumlah situs nuklir Iran akhir pekan lalu.
Dalam pidatonya, Khamenei menyebut bahwa Iran telah “menampar Amerika” dengan meluncurkan serangan ke pangkalan militer AS di Qatar setelah pemboman itu. Ia juga menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah menyerah pada tekanan asing.
Trump membalas dengan nada tajam. Dalam unggahan di media sosialnya, Sabtu (28/6/2205). Ia menyatakan bahwa dirinya telah menyelamatkan nyawa Khamenei, dengan mengklaim bahwa ia telah menolak rencana Israel untuk membunuh pemimpin tertinggi Iran tersebut.
“Negaranya porak-poranda, tiga situs nuklir jahatnya dihancurkan total, saya tahu persis di mana dia bersembunyi, dan saya tidak membiarkan Israel atau militer Amerika—yang terkuat di dunia—menghabisinya,” tulis Trump. “Saya menyelamatkannya dari kematian yang mengerikan dan memalukan,” tambahnya.
Iran: Hormati Khamenei Jika Ingin Kesepakatan
Di sisi lain, Iran menyatakan bahwa kelanjutan negosiasi nuklir hanya akan terjadi jika AS mengubah cara berkomunikasinya. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dalam pernyataan di platform X (dulu Twitter), menyebut bahwa Trump harus menghentikan nada yang dianggap menghina terhadap Khamenei jika ingin membuka kembali peluang kesepakatan.
“Jika Presiden Trump benar-benar ingin mencapai kesepakatan, ia harus meninggalkan nada yang tidak sopan terhadap Pemimpin Tertinggi kami, Grand Ayatollah Khamenei, dan berhenti melukai jutaan pengikutnya yang setia,” tulis Araqchi.
Trump juga mengungkap bahwa sebelumnya ia tengah mempertimbangkan pencabutan sebagian sanksi terhadap Iran guna membantu pemulihan ekonomi negara itu. Namun, setelah mendengar pernyataan Iran yang bernada konfrontatif, ia menyatakan meninggalkan rencana itu sepenuhnya.
“Saya mendapat balasan berupa kemarahan, kebencian, dan hinaan. Maka saya langsung menghentikan semua upaya pencabutan sanksi,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Ketika ditanya kemungkinan serangan lanjutan terhadap fasilitas nuklir Iran, Trump menjawab tegas: “Tentu saja, tanpa ragu sedikit pun.”
Ia juga menyerukan agar inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atau lembaga terpercaya lainnya dapat segera masuk dan memeriksa kerusakan situs nuklir Iran pasca serangan. Namun, Iran justru menangguhkan izin inspeksi pada hari Rabu, setelah parlemen menyetujui kebijakan baru untuk membatasi akses IAEA.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, mengatakan bahwa mengaktifkan kembali inspeksi adalah prioritas utama sejak serangan udara dimulai oleh Israel pada 13 Juni. Namun pada Jumat, Iran mengisyaratkan tidak akan mengizinkan permintaan inspeksi tambahan dari lembaga tersebut.
Meski tensi memanas, Trump menyebut bahwa Iran masih menginginkan pertemuan untuk mencari jalan keluar. Namun, Gedung Putih menyatakan hingga saat ini belum ada pertemuan resmi yang dijadwalkan antara delegasi AS dan Iran. (*/reuters)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |