Serangan Israel Hantam Gereja Katolik di Gaza, Paus Serukan Gencatan Senjata

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah serangan artileri Israel menghantam kompleks satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza, Kamis (17/7/2025), menewaskan tiga orang dan melukai sepuluh lainnya, termasuk pastor paroki yang selama ini dikenal dekat dengan Paus Fransiskus.
Serangan ini terjadi di tengah perang Israel dan Hamas yang telah berlangsung selama 21 bulan.
Advertisement
Gereja Katolik Keluarga Kudus di Gaza, yang menjadi tempat berlindung bagi ratusan warga Palestina dari berbagai latar belakang, mengalami kerusakan cukup parah. Militer Israel menyampaikan penyesalan dan menyebut insiden tersebut sebagai kecelakaan yang sedang diselidiki lebih lanjut.
Paus Leo XIV segera merespons serangan ini dengan kembali menyerukan gencatan senjata segera.
Dalam telegram belasungkawa, Paus menyampaikan harapan mendalamnya agar tercipta dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan tersebut.
Ia juga menyatakan kesedihan mendalam atas korban jiwa dan luka-luka, serta menyampaikan dukungan moral kepada Pastor Gabriel Romanelli dan seluruh umat paroki.
Menurut organisasi kemanusiaan Katolik Caritas Jerusalem, dua korban jiwa dalam serangan itu adalah petugas kebersihan gereja berusia 60 tahun dan seorang perempuan lanjut usia berusia 84 tahun yang sedang menjalani pendampingan psikososial di dalam tenda Caritas. Sementara Pastor Romanelli mengalami luka ringan.
“Kami diserang saat sedang berlindung di gereja bersama para lansia, anak-anak, dan orang-orang tidak bersalah,” kata Shady Abu Dawood, salah satu saksi mata yang ibunya terluka akibat serpihan peluru. “Kami cinta damai dan mendambakannya, tapi serangan ini benar-benar kejam dan tak beralasan.”
Pihak militer Israel mengatakan, penilaian awal menunjukkan bahwa serpihan peluru yang ditembakkan dalam operasi militer di sekitar lokasi secara tidak sengaja menghantam gereja.
“Kami hanya menargetkan kelompok militan dan selalu berupaya meminimalkan dampak terhadap warga sipil dan tempat-tempat ibadah,” demikian pernyataan resmi militer Israel.
Meski begitu, serangan terhadap fasilitas sipil seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat pengungsian sudah berulang kali terjadi selama konflik.
Israel menyebut Hamas menggunakan bangunan sipil sebagai tempat berlindung, sementara warga Palestina mengatakan tidak ada satu tempat pun yang aman sejak Israel melancarkan serangan balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, secara terang-terangan mengecam serangan tersebut. “Serangan terhadap warga sipil yang terus dilakukan Israel selama berbulan-bulan tidak dapat diterima,” ujarnya.
Menurut Fadel Naem, direktur sementara RS Al-Ahli, kompleks gereja yang terletak dekat rumah sakit itu selama ini juga menjadi tempat perlindungan warga Muslim dan Kristen, termasuk anak-anak penyandang disabilitas.
Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem juga mengutuk serangan ini. Mereka menyatakan bahwa Gereja Keluarga Kudus menampung 600 pengungsi, termasuk 54 penyandang disabilitas, dan mengalami kerusakan parah.
“Menyerang tempat suci adalah pelanggaran berat terhadap martabat kemanusiaan dan penghinaan terhadap nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dalam masa perang,” tulis mereka dalam pernyataan resmi.
Sementara itu, serangan lain pada hari yang sama menghantam dua sekolah di Kamp Pengungsi Al-Bureij, Gaza tengah, yang juga digunakan sebagai tempat berlindung. Satu orang tewas dan 17 lainnya terluka, menurut laporan RS Al-Awda. Militer Israel belum memberikan tanggapan atas serangan tersebut.
Dalam 24 jam terakhir, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 94 korban jiwa akibat serangan udara Israel, serta 367 orang lainnya mengalami luka-luka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |