Peristiwa Nasional

Ahok, dari Kasus Penistaan Agama hingga 'Presiden Medsos'

Senin, 26 Desember 2016 - 16:11 | 112.61k
ILUSTRASI: Kalaidoskop Ahok 2016. (Grafis: TIMES Indonesia)
ILUSTRASI: Kalaidoskop Ahok 2016. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menjadi perbicangan rakyat Indonesia bahkan rakyat dunia setelah menjabat Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo (Jokowi), yang terpilih menjadi Presiden RI. Diterpa kasus penistaan Agama, Ahok menjadi 'Presiden media sosial'. Ahok tak hanya jadi perbicangan rakyat Indonesia tapi rakyat dunia. Terutama di Media sosial. 

Sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, Ahok banyak melakukan terobosan yang banyak kalangan menilai adalah terobosan tegas, adil, unik, dan berani untuk DKI Jakarta.

Advertisement

Namun, akibat terobosan yang dilakukannya, juga tak sedikit menuai pro-kontra. Terutama warga DKI Jakarta.

Ditengah menerapkan terobosan atau program yang dijalankan itu, terus berkembang aneka wacana pro dan kontra atas kebijakan Ahok. Mulai dari demo yang mendukung hingga menolak kebijakan tersebut.

Kondisi demikian, terus berjalan sesuai dengan dinamika demokrasi yang dianut Indonesia. Begitu juga sikap Ahok menjalani sikap pro-kontra atas kebijakan yang diterapkannya, disikapi dengan tenang.\

"Saya gak khawatir. Saya bersyukur punya keluarga yang sangat dukung. Anak-anak saya semua betul-betul gembira riang karena kami sedang kerja mewujudkan keadilan sosial," kata Ahok di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, 5 November 2016.

Bahkan kata Ahok, pihak keluarga sudah siap menghadapi kondisi terburuk apapun yang akan menimpa Ahok. Misalnya, jika nantinya Ahok akan dipenjara.

"Seluruh keluarga saya sudah siap kalau demi negara ini saya dipenjara, ditangkap pun seluruh keluarga sudah siap. Jadi saya bersyukur punya dukungan seperti itu," aku Ahok.

Pihak keluarga Ahok sudah memahami betul sifat Ahok. Sehingga mereka siap menghadapi kondisi apa pun yang dialami Ahok nantinya.

Akhir tahun 2016, Ahok kembali diterpa kasus besar, yakni kasus penistaan Agama yang menimpanya. Penistaan agama itu setelah Ahok diketahui menyitir Surat Al-Maidah ayat 51 saat menyampaikan sosialisasi di Kepulauan Seribu.

Pernyataan Ahok itu dianggap penodaan terhadap Agama Islam (Al Quran). Hal itu saat Ahok melakukan kunjungan kerja semasa masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta di Kepulauan Seribu pada 27 September lalu.

Saat itu, di depan warga, Ahok meminta warga untuk tidak memilihnya kembali, apabila ada sosok pemimpin yang lebih baik darinya.

Selanjutnya, Ahok memberikan pernyataan yang dinilai menyinggung umat muslim. Rekaman video pernyataan Ahok itu kemudian diunggah oleh Buni Yani ke Youtube pada 6 Oktober 2016.

Setelah ramai di media sosial dan banyak media soal menyitir Surat Al-Maidah ayat 51itu, Ahok tetap meenyakini bahwa dirinya tidak melakukan penistaan agama. Ahok mengaku tidak memiliki sentimen terhadap agama apapun, termasuk Islam dan Ahok meminta maaf kepada umat Islam.

Namun, gelombang protes sudah tak bisa dibentung dari umat Islam. Akhirnya, digelar aksi Bela Islam I. Karena permintaan maaf Ahok dinilai tidak cukup.

Pada 14 Oktober 2016, sejumlah organisasi kemasyarakatan keagamaan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Badan Reserse Kriminal Polri di kawasan Gambir, dan Gedung Balai Kota DKI Jakarta.

Tak cukup aksi itu, berlanjut ke aksi Belas Islam II, yakni 4 November 2016. Aksi yang awalnya di Istana Negara bergerak ke Gedung DPR/MPR. Saat itu menghasilkan keputusan Presiden meminta aparat penegak hukum memproses kasus hukum Ahok.

Dalam pertemuan tersebut juga telah disampaikan bahwa proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan secara tegas, cepat, dan transparan. 

"Oleh sebab itu, saya minta para pengunjuk rasa untuk kembali pulang ke rumah masing-masing, ke daerah masing-masing dengan tertib," tegas Presiden Jokowi.

Menghindari dari perpecahan antar umat beragama, digelar Aksi Nusantara Bersatu yang dimotori Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Aksi itu digelar 30 November di seluruh wilayah Indonesia. Tujuannya untuk menjaga keutuhan NKRI.

Protes kepada Ahok tak selesai sampai disitu. kembali muncul Aksi Bela Islam III. Aksi itu adalah Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Aksi digelar di Lapangan Silang Monas, Jakarta.

Kali ini, jumlah peserta aksi jauh lebih besar dari dua aksi sebelumnya. dalam aksi itu ditemui langsung oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta petinggi negara lainnya termasuk beberapa menteri.

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mendatangi Lapangan Silang Monas untuk bertemu massa dan melaksanakan ibadah shalat Jumat bersama.

"Terima kasih atas doa dan dzikir yang dipanjatkan bagi negara kita.  Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar," kata Jokowi .

"Saya ingin memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya karena seluruh jemaah hadir tertib dalam ketertiban sehingga acaranya bisa berjalan baik," kata Jokowi.

Dalam aksi yang berlangsung damai itu, tak hanya diikuti umat Islam di Jakarta. Tapi hampir terwakili dari banyak daerah di Indonesia.

Bali, yang dikenal mayoritas masyarakat beragama Hindu dan umat Islam minoritas, juga ratusan umat Islam berbondong-bondong ikut aksi Bela Islam III ke Jakarta.

TIMES Indonesia yang terus update pemberitaan seputar Ahok dan Aksi Bela Islam itu telah memberi warna tersendiri bagi pembaca, di tahun 2016, dengan tetap menyajikan berita yang berlandaskan trilogi jurnalisme positif, yakni Building, Inspiring dan positive thinking. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES