Peristiwa Nasional

Dua Keraton Lakukan Ritual Grebeg Besar

Sabtu, 02 September 2017 - 20:01 | 62.21k
ILUSTRASI:Gelar Ritual Tahunan Grebeg Besar (Foto: Situs Resmi Pemerintah Kota Surakarta)
ILUSTRASI:Gelar Ritual Tahunan Grebeg Besar (Foto: Situs Resmi Pemerintah Kota Surakarta)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menggelar upacara adat "Grebek Besar" untuk merayakan momentum hari raya Idul Adha 1438 Hijriah, Sabtu (02/9).

Di Yogyakarta, prosesi ritual Grebeg Besar ini diawali dengan keluarnya iring-iringan pasukan prajurit Keraton Ngayogyakarta yang terdiri atas prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro yang dikomandani oleh adik Sultan HB X, GBPH Yudhaningrat yang sekaligus berperan sebagai Manggala Yuda atau panglima prajurit dalam acara itu.

Advertisement

Tujuh gunungan hasil bumi yang terdiri atas gunungan kakung, puteri, gepak, darat, pawuhan, dan dua gunungan jaler diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Lima di antaranya diarak menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sedangkan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan dan Puro Pakualaman.

Saat tiba di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, lima gunungan berisi hasil bumi langsung dikeroyok ratusan warga yang terdiri atas wisatawan maupun warga dari berbagai daerah.

"Berebut isi gunungan dari Keraton selalu saya lakukan sejak dahulu setiap tahun," kata Sri Widayati (67) yang berhasil mendapatkan isi gunungan berupa lima tusuk kue tradisional dari ketan.

Menurut warga Madukismo, Bantul itu, hasil bumi isi gunungan Grebeg Maulud itu amat penting karena dianggap memiliki manfaat menghindarkan keluarganya dari berbagai musibah. "Saya yakin dapat berkah dan mudah-mudahab terhindar dari marabahaya," kata dia.

Berbeda dengan, Subarjo (57). Warga Kota Gede Yogyakarta itu akan memanfaatkan isi gunungan sebagai pakan ayam miliknya. "Biar ayam ternak saya tidak penyakitan," kata dia.

Menurut Yudhaningrat, acara adat yang digelar setiap tahun itu juga bertujuan sebagai simbolisasi kemakmuran Daerah Istimewa Yogyakarta. "Karena semua gunungan yang diarak berasal dari hasil bumi Yogyakarta," katanya.

Grebeg Besar ini merupakan wujud sedekah dari Sultan HB X sekaligus sebagai simbol Manunggaling Kawula Gusti (hubungan Tuhan dengan manusia) dan hubungan Raja Keraton Yogyakarta dengan rakyatnya.

Sementara di Surakarta, warga tampak memadati acara grebeg besar yang dilaksanakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Berdasarkan pantauan, terlihat ratusan orang bukan hanya domestik tetapi juga terlihat sejumlah wisatawan mancanegara yang berkumpul di depan Kori Kamandungan Keraton Solo untuk menyambut keluarnya dua gunungan yang semuanya berisi hasil bumi. Dua gunungan adalah gunungan jaler dan gunungan estri.

Untuk gunungan jaler, berisi beberapa makanan kecil, di antaranya rengginang, onde-onde ceplis, dan nasi beserta lauk-pauk. Sedangkan untuk gunungan estri terdiri dari berbagai macam sayuran, di antaranya wortel, kacang panjang, dan cabai.

Dua gunungan tersebut memiliki arti keseimbangan hidup. Gunungan jaler merupakan simbol bahwa suami harus mencari makanan untuk keluarga. Sedangkan gunungan estri merupakan simbol bahwa seorang istri harus bisa mengolah apapun hasil kerja suaminya.

"Jadi itu perlambang keseharian manusia, suami dan istri yang harus selalu bekerja sama dengan maksimal," kata Pengulu Tafsir Anom Keraton Solo Muhammad Muchtarom.

Selanjutnya, dua gunungan tersebut diarak oleh ratusan abdi dalem dari Kori Kamendungan melalui Sitinggil ke Masjid Agung Solo.

Sampai di halaman Masjid Agung Solo, dua gunungan tersebut diserahkan kepada ulama keraton untuk didoakan. Terlihat di lapangan, sebelum doa selesai dilakukan sejumlah warga sudah berebut berbagai macam makanan maupun sayuran di salah satu gunungan tersebut, yaitu gunungan jaler.

Sedangkan untuk gunungan estri diamankan oleh para abdi dalem untuk selanjutnya dibawa kembali ke Kori Kamendungan.

Menurut Muchtarom, acara tersebut adalah simbol wujud syukur Keraton Solo. "Grebeg ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu, karena ini memang sebagai ungkapan rasa syukur dari kami kepada Allah," katanya.

Salah satu penonton, Endarwati, mengatakan sangat senang dengan acara tersebut. Ia mengatakan setiap tahun selalu mengikuti acara tersebut. "Tadi saya juga ikut rebutan, dapat kacang panjang dan telor asin," katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : Antara News

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES