Peristiwa Nasional

Berniat Hilangkan Maksiat, Optimal Jalani Umrah

Sabtu, 30 Maret 2019 - 10:17 | 95.59k
FOTO: Istimewa
FOTO: Istimewa
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sungguh, belum pernah terlintas dalam pikiran, bahwa suatu saat saya akan beribadah umrah. Saya merasa masih jauh dari "level kealiman'' untuk menjalankan ibadah tersebut. Masih harus banyak belajar agama. Karena itu, tiap Ahad malam setelah Isyak saya sempatkan hadir rutin di Majelis Rasulullah di Masjid Sabilillah, Blimbing, Malang.

Di majelis itu, akhir tahun lalu, ketika sedang mendengarkan tausiyah dari Habib Muhammad Anies bin Syahab, datang kabar mengejutkan dari Khoirul Anwar, CEO TIMES Indonesia (TI). Pucuk pimpinan di tempat saya bekerja sebagai manajer publisher itu, mengatakan bahwa saya mendapat rezeki umrah gratis dari motivator kondang, Dr Aqua Dwipayana.

Advertisement

Alhamdulillah yaa Allah. Alhamdulillah. Hanya itulah ucapan saya setelah menerima kabar tersebut. Antara gembira dan bingung. 

Gembira karena impian untuk ke Baitullah itu merupakan impian semua orang Islam. Bingung karena, sudah pantaskah saya?

Setelah merenung sejenak, di tengah pengajian itu juga saya putuskan untuk menerima undangan Allah itu. Walaupun, terbesit sedikit  keraguan dalam hati. Sudah pantaskah saya pergi umroh? 

"Sebenarnya saya belum siap Pak. Saya masih sering berbuat maksiat,’’ kata saya pada Pak Anwar. Namun, dorongan dan motivasi dari Pak Anwar juga dari Pimred TI, Pak Yatimul Ainun, membuat saya lebih mantap. 

"Gak ada ketentuan mau ke Makkah  harus tidak berbuat maksiad. Kesanalah (umrah) biar makin oyi (baik) hehehe," kata Pak Ainun.

Bu Naning, direktur TI, juga ikut memotivasi. "Madep, manteb,  Mas Birin. Allah menetapkan waktunya mengundang njenengan," katanya. Madep, manteb arti gampangnya fokus. Mantapkan hati. Slogan itu juga merupakan visi-misi Kabupaten Malang periode 2016—2021. Madep, manteb, manetep. Bu Naning tampaknya sengaja menyindir saya yang belum manteb. Hehehe.

Pak Anwar menambahkan bahwa saya harus berangkat. ’’Allah mengundang awakmu (kamu) saat Majelis Rasulullah. Itu sudah tepat. Alhamdulillah,’’ katanya.

Motivasi para atasan itu mampu menebalkan niat saya beribadah umrah. Bismillah. Semoga saya bisa menjalankan umrah secara optimal. Insya Allah setelah umrah perbuatan maksiat saya berkurang. Bahkan –kalau bisa—tidak maksiat sama sekali. Aamiin.

Beberapa hari kemudian Ustad Nurcholis MA Basyari, ketua kelompok POS, mengundang saya masuk grup whatsapp (GWA) Jamaah Umroh POS III. "Assalamualaikum wrwb. Bapak/Ibu jamaah Umroh The Power of Silaturahim (POS) III Yth, perkenalkan saya Nurcholis MA Basyari, yang diberi amanah Mas Aqua Dwipayana untuk kembali memimpin jamaah umroh The Power of Silaturahim."  Begitu perkenalan Ustad Nurcholis di GWA.

Tak terbayangkan bahwa saya akan  melaksanakan umrah. Tapi, saya percaya janji Allah. Saya yakin bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu. Tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil. 

Para ustad sering mengatakan, termasuk di kajian yang rutin saya hadiri untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan kuat” serta berdoa setiap waktu. Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah. 

Itu salah satu cara Allah memanggil hamba-hambaNya yang dikehendaki untuk menjadi tamuNya. Kepada Allah kita bersyukur, kepada hamba-hamba yang digerakkan Allah hatinya, kita semua berterima kasih. 

Semoga Allah membalas semua kebaikan itu di dunia dan akhirat. "Katakanlah, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 126). (*)

*)Penulis: Rochmat Shobirin, anggota Jamaah Umroh POS III dari Malang, Jawa Timur.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : CoWasJP.com

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES