Peristiwa Nasional

Perusahaan Tas Pilih Produksi Baju Hazmat, Beberapa Dibagikan ke Tenaga Medis

Jumat, 10 April 2020 - 17:42 | 54.67k
Pengusaha tas Andy Hwantono menunjukkan proses produksi baju hazmat di tempatnya, Jumat (10/4/2020). (Foto:  Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pengusaha tas Andy Hwantono menunjukkan proses produksi baju hazmat di tempatnya, Jumat (10/4/2020). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Banyak perusahaan dan UMKM terpaksa memutuskan hubungan kerja (PHK) maupun merumahkan pegawainya karena tidak bisa beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Namun tidak demikian dengan usaha pembuatan tas milik Andy Hwantono. 

Perusahaan tersebut beralih fungsi membuat baju hazmat atau Alat Perlindungan Diri (APD) bahkan menyumbangkan puluhan APD ke tenaga medis puskemas yang berada di wilayah Kecamatan Tambaksari Surabaya.

Advertisement

Perusahaan-Tas-Pilih-Produksi-Baju-Hazmat.jpg

Andy, pengusaha UMKM  kelahiran Surabaya tahun 1982, menyumbangkan puluhan baju hazmat buatannya yang berbahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram ke puskemas di sekitar tempat usahanya. 

Sumbangan ini merupakan bentuk pertisipasi tempat usahanya dalam penanganan Covid-19, mengingat hingga kini masih banyak tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam memerangi virus asal Wuhan China tersebut, kekurangan APD.

"Karena kami lihat di Surabaya aja ya, kota besar ini itu masih banyak kekurangan APD apalagi yang di daerah-daerah. Karena suplai distribusinya ini APD sampai sekarang mungkin belum merata," kata Andy saat diwawancarai di tempat usahanya di Dukuh Setro 7A nomer 21 Surabaya.

Andy mengatakan, pada awal Covid-19 menjangkiti Jawa Timur,  dirinya sempat berpikir untuk merumahkan puluhan pegawainya karena tidak ada orderan sama sekali. Namun ketika rekanannya dari instansi pemerintahan maupun swasta yang biasa pesan tas ransel ke tempatnya melihat baju hazmat yang dijual dengan harga tinggi di pasaran, maka Andy diminta memproduksi baju hazmat berstandar medis yang harganya terjangkau.

Adanya permintaan ini, Andy memutuskan memulai membuat baju hazmat yang dijual Rp 75 ribu, disamping memproduksi face shield dan masker kain untuk pesanan donasi ataupun dipakai sendiri oleh masyarakat.

"Kami berusaha untuk membantu sebisa kami, apa yang bisa kami berikan," tambahnya.

Saat proses produksi baju hazmat di tempatnya, seluruh pegawai diarahkan menerapkan physical distancing dan memakai masker. Mereka terlihat sibuk memotong kain Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram untuk dijahit menjadi baju hazmat. 

Dalam sehari, Andy mampu membuat 500-700 baju hazmat pesanan dalam dan luar kota. Tapi dia merasa kesulitan mendapatkan bahan yang diperlukan, sehingga berharap pemerintah dapat mengimpor bahan Non-Woven Polypropylene Spunbond 75 gram, supaya dirinya tetap bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan APD dengan harga terjangkau.

"Untuk saat ini sebenarnya kami terkendala bahan baku, bahan baku yang sekarang harganya sudah naik tinggi sekali tapi di satu sisi juga langka. Jadi ketersediaan bahan baku ini yang sangat butuhkan untuk pembuatan baju hazmat saat ini," ucapnya. Andy berharap semua pihak bisa bergotong royong dalam penanganan Covid-19, dan mendoakan agar pandemi virus ini bisa segera terselesaikan dan dapat beraktivitas seperti sediakala. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Haris Supriyanto
Publisher : Adhitya Hendra
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES