Peristiwa Nasional NKRI Lawan Corona

Suwardi Center Dorong Kelompok Binaannya Produksi APD

Jumat, 17 April 2020 - 21:56 | 27.68k
Proses pembuatan baju hazmat oleh kelompok Berkarya (Foto: Totok Hidayat/TIMES indonesia)
Proses pembuatan baju hazmat oleh kelompok Berkarya (Foto: Totok Hidayat/TIMES indonesia)
FOKUS

NKRI Lawan Corona

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Banyak cara yang dilakukan warga masyarakat untuk berperan dalam pemberantasan Covid-19. Salah satunya dengan membuat Alat Pelindung Diri (APD). Seperti yang dilakukan kelompok Berkarya di dusun Seyegan Srihardono Pundong Bantul. 

Sejak munculnya wabah Covid-19, kelompok ibu-ibu yang bergerak dalam bidang usaha konveksi ini memproduksi masker kain dan baju hazmat. Selain memproduksi masker kain dan baju hazmat yang sudah jadi. Kelompok binaan Suwardi Center ini juga menerima pesanan dengan sistim bayar ongkos jahit saja.

Advertisement

Ditemui di tempat usahanya Kamis (17/4/2020) Purwanti selaku Ketua kelompok Berkarya mengaku sejak APD sulit diperoleh sudah menyelesaikan pesanan 1.000 masker kain dan 200 baju hazmat. Dengan sistim bayar ongkos jahit sedangan bahan baku dari pemesan. Biaya jahit yang ditetapkan sangat murah Rp 800-1.000 untuk masker kain dan Rp 7.500-8.000 untuk baju hazmat. 

"Sengaja tidak mematok ongkos jahit mahal, karena ingin membantu pemerintah menangani Covid 19," jelas Purwanti.

Saat ini kelompok yang beranggotakan 20 orang ini tengah mengerjakan pesanan 500 baju hazmat. Pesanan dari Jakarta ini harus selesai dalam tiga hari. Selain memproduksi APD berdasarkan pesanan, kelompok juga menjual masker kain dengan harga Rp 2.500-6.000.

Wakil Ketua Komisi A DPRD DIY Suwardi selaku pembina Suwardi Center mengaku bangga dengan langkah kelompok binaannya ini. Pada kesempatan melalukan kunjungan Suwardi meminta agar semua pekerjaan diniatkan sebagai ibadah. 

Politisi senior Partai Golkar Bantul ini mengaku membentuk kelompok Berkarya setahun lalu. Berawal dari terdapatnya potensi ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang usai melakukan pekerjaan rumah.

Setelah memberikan pelatihan menjahit dirinya juga memberikan bantuan 20 mesin jahit dan mesin obras serta bantuan modal usaha. 

Awalnya kelompok ini memproduksi tas dan dompet. Namun setelah merebaknya Covid-19 Suwardi mendorong agar memproduksi APD. Setelah mendengar keluhan masyarakat tentang mahalnya harga masker dan kesulitan tenaga kesehatan dalam memperoleh APD. "Kalau dijual murah sudah untung, tidak perlu dijual mahal," jelas Suwardi.  (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES