Soal Penanganan Covid-19, Begini Kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman

TIMESINDONESIA, SLEMAN – Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan STP MT mengatakan, berbagai langkah dilakukan Pemkab Sleman dalam memutus mata rantai penyebaran dan penanganan Covid-19. Seperti, melibatkan seluruh komponen secara terpadu dan terstruktur dalam gugus tugas Covid-19
“Selama tiga bulan ini, berbagai elemen bergerak sesuai tupoksinya mencegah penyebaran Covid-19,” kata Makwan, Jumat (12/6/2020).
Advertisement
Sebagai abdi negara, Makwan mengaku sudah bertekad menghibahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menjalankan tugasnya. Termasuk, dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19. Sehingga, dirinya terbiasa dengan pekerjaan yang dilakoni berikut tanggung jawabnya.
“Karena itu sinkronisasi pekerjaan dengan keluarga harus erat. Mengingat kerja menyangkut kedaruratan tidak bisa tunda. Masa darurat saat ini, ya harus di atasi saat ini juga. Itulah pekerjaan di BPBD. Jadi harus mencintai dan menikmati pekerjaan ini. Pastinya dalam situasi kedaruratan harus ada yang hadir. Sehingga masyarakat tahu keberadaan pemerintah dalam situasi darurat seperti ini,” terang Makwan.
Saat pandemi ini, ritme kerjanya juga situsasional saja. Sehingga, di lapangan tidak harus berhari-hari karena bisa berbagi waktu dengan personel lainnya. Demikian pula masyarakat juga sudah punya komitmen yang sama. Mereka sudah bisa menempatkan dirinya masing-masing termasuk keberadaan mereka yang harus diisolasi.
Semula para personel BPBD harus siap 24 jam menangani pengambilan jenazah di Rumah Sakit hingga proses pemakaman selesai. Termasuk melakukan penyemprotan disinfektan di garda terdepan.
“Mengingat pada awalnya semua masih proses belajar. Masyarakat juga pada takut, pikiran mereka masih dicekoki oleh informasi yang beredar di medsos,” terangnya.
Kini, kesadaran masyarakat sudah sangat baik. Hal ini ditandai dengan dibukanya portal jalan kampung, tanda lockdown ala mereka secara pelan-pelan dilonggarkan. Ini indikasi warga mulai mengerti dan berani. Termasuk saat ada warga meninggal dan non Covid-19. Mereka sudah berani lagi untuk memakamkan sendiri.
Setelah memastikan surat keterangan kematiannya terlebih dahulu. Di mana untuk penyakit menular tidak boleh dibuka petinya. “Namun, kalau positif Covid-19, BPBD tetap komitmen dan harus siap karena menyangkut safety,” papar Makwan.
Untuk meyakinkan dan membangkitkan keberanian masyarakat juga pakai metode tersendiri. Mengawali model pemakaman, dengan mengurug tanah sepertiga. Selanjutnya warga yang melakukan. "Untuk Covid-19 ini, kita semua memang sama-sama belajar menghadapinya," tutur Makwan.
Untuk menjamin keselamatan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Telah dilakukan rapid test bagi para personel BPBD Sleman. Ada dua orang reaktif, namun hasil swab semuanya negatif. Hal ini menadakan protokol yang dipakai betul-betul safety.
Selama pandemi ini BPBD Sleman telah membantu pelaksanaan proses pemakaman 50 warga, dimana 4 orang dinyatakan positif Covid-19. Maupun kegiatan lainnya untuk memerangi Covid-19. Dengan melibatkan seluruh personel BPBD Sleman sesuai perannya masing-masing.
Bapak dua orang anak ini berharap masyarakat tetap pada alur. "Sakmadyo tetapi jangan menyepelekan." Sakmadyo berarti secukupnya atau sepantasnya. Namun mereka tetap harus pikir resiko. Mengingatpotensi Covid-19 masih ada, dan suatu ketika akan muncul lagi.
Misalnya, kedatangan mahasiswa lama atau baru dari zona merah yang akan datang ke Kabupaten Sleman terutama yang melalui darat, baik sepeda motor atau atau mobil pribadi.
“Karena aturan naik pesawat atau angkutan umum sangat ketat. Karena itu, warga masyarakat yang punya kost harus ikuti edaran Bupati Sleman. Jangan sampai Covid-19 muncul kembali,” ingatnya.
Menurutnya, para mahasisawa harus bekali surat kesehatan, RDT terus lanjut RDT kedua. Kebiasaan para mahasiswa nongkrong dan ngopi rame-rame pun harus dibatasi. Sebab, potensi kontak erat atau reflek kangen sekian lama tidak ketemu.
“Sehingga terwujud konsep saya melindungi diri sendiri begitu juga kamu melindungi dirimu. Karena bagaimanapun kehadiran mahasiswa bisa menggiatkan ekonomi,” terangnya.
Selain itu, lanjut Makwan, para pelaku wisata harus betul-betul ikuti protokol. Pekan ini sudah dimulai masa ujicoba menuju new normal seperti obyek wisata out door.
Berdasar pengalamannya, warga yang terpapar terjadi setelah kontak erat dengan penderita Covid-19. Ini terlihat dari kasus Indo Grosir dimana dari 1500 orang yang dilakukan RDT. Hasilnya, yang kena merupakan karyawan Indo Grosir. Sedangkan untuk para pengunjung belum ditemukan yang positif.
Itu karena sifat berkunjung hanya sebentar lalu pergi. Sedangkan karyawan kemungkinan telah ngobrol dengan yang terpapar. Atau bisa juga mereka tidak pakai masker saat ketemu.
“Tidak kontak erat itu yang penting,” ujar Makwan.
Selain itu, warga perlu rasa peduli terhadap asas kepatuhan sesuai Perda Nomor 7 tahun 2013 tentang Penanggulangan Bencana. Asas kepatuhan tidak bisa orang perorang sehingga harus jadi asas bersama. Satu tidak memiliki komitmen jadi risiko bersama yang diterima.
“Jadi pembiasaan atau tidak itu kuncinya. Untuk menjadikan style di era New normal. Tolok ukurnya harus memiliki budaya malu jika tidak bermasker. Begitupula malu untuk berkerumun. Ini tidak perlu diwajibkan tetapi harus di jadikan budaya dalam fase New Normal nantinya,” terang Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |