Nyanyian Cinta Orang-orang Pulang, Sajak untuk Martir Corona dari Putu Arcana
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Virus Corona atau Covid-19 telah membuat banyak duka. Tak terhitung berapa banyak kesedihan dan kematian yang disebabkan virus ini. Namun virus ini juga memunculkan semangat dan keyakinan bahwa manusia kekuatan untuk melewatinya.
Inilah yang disuarakan oleh Putu Fajar Arcana, seorang jurnalis dan sastrawan asal Bali melalui sajak berjudul "Nyanyian Cinta Orang-orang Pulang".
Advertisement
Can, sapaan akrap pria kelahiran 1965 ini mengatakan, sajak ini tercipta dari keprihatinan akibat pandemi Covid-19 sekaligus didedikasikan buat mereka yang jadi “martir” untuk menyelamatkan umat manusia dari serangan virus Covid-19
"Banyak keluarga, saudara, tetangga, dan orang-orang yang kita cintai harus pergi menjadi "martir" dari keganasan virus korona. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk melewati masa-masa tersulit dalam kehidupan manusia Bumi," tulis Can dalam pengantar sajak di akun youtube miliknya. Berikut sajak yang ditulisnya:
Nyanyian Cinta Orang-orang Pulang
Can,
begitu kau memanggilku dari kedalaman bumi
Sudah pasti ruang ini terlalu sempit untuk serombongan pengelana yang kesepian
Apalagi hampir seluruh celah jendela tertutup oleh lembar-lembar plastik yang membebat tubuhmu.
Apabila nanti senja tiba mohon pamitkan aku kepada matahari
Setelah berhari-hari berjuang melawan waktu digulung rasa sakit yang membekap tenggorokan
Bukankah kau dengar napasku yang berat
Sebelum pada akhirnya tubuhku yang bergetar menyerah dalam demam berkepanjangan
Can,
kalau saja kita sempat bertemu
Mungkin akan kuceritakan saat-saat akhirku
Ruang isolasi itu tak cukup buat menampung
kerinduanku yang dalam kepada anak-anak,
kepada segala mimpi kita tentang kemerdekaan
burung-burung di pohon-pohon tua rumah kita.
Meski kini aku terkubur di kedalaman tanpa nama
Aku berharap kau menanam sebatang kamboja
Semoga ia tumbuh menjadi pohon kenangan dengan bunga-bunga kesayangan
Biarkan aku bermain seharian di bawahnya
mengumpulkan sisa kesetiaan yang barangkali terserak
saat angin memukul petang hari
Can,
Masih kusimpan segala yang berharga
Saat-saat kita berkendara menuju kota yang jauh
Kau selalu berhasil melintasi jalan-jalan buntu
pikiran-pikiran tak terkendali
dan ciuman liar di bawah guguran daun-daun
Tak ada yang bisa kusangkal,
kecuali kenyataan yang kini berubah jadi beku
Aku dan kau terpisah jauh oleh jarak dan waktu
Kau pernah bertanya, Can
Mungkinkah cinta tetap mekar dalam perbedaan yang gagal kita samakan
Jarak dan waktu
kini menjelma jadi maya dan kita tak berdaya menghindar dari takdir
Kutukan yang memisahkan kau dan aku
Kekasihku yang jauh,
Pada ujung pengembaraan ini
akhirnya kita akan pulang bersama
meniti celah sempit yang berliku
menuju tangga langit
Cuma waktu yang jadi tapal batas
dan kita selalu tak tahu, harus berhenti atau terus mengelana
Sebagai pertapa tua yang kehilangan keberanian
Jakarta, 2020.
Putu Arcana. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |