Peristiwa Nasional

Sapardi Djoko Damono Wafat, Sastrawan Muda: Kami Adalah Cucu-Cucu Intelektualnya

Minggu, 19 Juli 2020 - 14:16 | 89.37k
Sastrawan Sapardi Djoko Damono Wafat. (FOTO: Megapolitan Kompas)
Sastrawan Sapardi Djoko Damono Wafat. (FOTO: Megapolitan Kompas)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Meninggalnya sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono menjadi kesedihan bersama. Tak terkecuali bagi para sastrawan muda Indonesia. Pasalnya, mereka menilai almarhum Sapardi idola dan teladan bagi mereka untuk terus berkarya.

"Tentu kami sangat kehilangan, beliau adalah teladan bagi kami penyair muda, khususnya dalam Romantisme Puisi. Indonesia kehilangan penyair dan sastrawan besar," kata salah satu sastrawan muda Jakarta, Edi Sugianto kepada TIMES Indonesia, Minggu (19/7/2020).

Advertisement

Menurut penulis buku Tuhan dalam Rintik Hujan itu, bagi para sastrawan muda Indonesia, mereka adalah cucu-cucu intelektual Sapardi. Yang mana masa hidupnya, nilai-nilai yang telah dibangun oleh Sapardi telah menyumbangkan banyak kekayaan di dunia kesustraan.

"Puisi untuk Eyang Sapardi. Sunyi adalah keramaian dan kebahagiaan batin bersama Tuhan. Yang fana adalah liku-liku. Jalan sunyi kekal abadi. Kami cucu-cucu intelektualnya berdoa dan bermohon semoga eyang (Sapardi Djoko Damono) bahagia di alam sana," ujarnya.

Seperti yang diketahui, sastrawan Sapardi Djoko Damono menghembuskan napas terakhirnya di usia 80 tahun pada pukul 09.17 Wib, Minggu (19/7/2020) pagi tadi.

Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Ia seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. SDD dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja aktif menulis puisi, tetapi juga cerita pendek. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES