Peristiwa Nasional

Tantangan Era 5.0 Menurut KH Said Aqiel Siradj

Rabu, 23 Juni 2021 - 13:46 | 27.78k
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqiel Siradj saat memberikan sambutan dalam acara haul emas 50 tahun KH Wahab Chasbullah secara virtual di Masjid Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. Selasa, (22/6/2021) malam. (Fot
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqiel Siradj saat memberikan sambutan dalam acara haul emas 50 tahun KH Wahab Chasbullah secara virtual di Masjid Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. Selasa, (22/6/2021) malam. (Fot
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), KH Said Aqiel Siradj mengatakan, masayarakat Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan di era 5.0.

Hal tersebut disampaikan KH Said Aqiel Siradj saat mengisi sambutan dalam rangkaian haul emas 50 tahun KH Abdul Wahab Chasbullah di Masjid Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang secara virtual. Selasa, (22/6/2021) malam.

Advertisement

KH Said Aqiel Siradj menjelaskan, di era 5.0 merupakan peradaban digital menjadi keniscayaan gaya hidup berubah dan ketergantungan terhadap teknologi memaksa kita harus berbenah diri.

"Harus kreatif, harus cerdas, harus tanggap dengan segala perubahan. Mari kita kejar, kita masih ketinggalan jauh dalam hal ini," katanya.

 Karakter dan Moral Bangsa

Kiai Said mengatakan, karakter, kepribadian, jati diri dan kedaulatan bangsa  akan menghadapi ancaman dan tantangan baru. Disaat negara-negara menjadi borderless tanpa batas dan keterbukaan komunikasi dan informasi menjadi komunitas global.

"Kita ini nanti akan menjadi manusia global. Sehingga narasi radikalisme, liberalisme, dan lainnya mampu masuk secara intensif kedalam setiap pribadi melalui berbagai platform," ungkapnya.

Karena kita hidup di era globalisasi sangat mudah kita dipengaruhi paham radikalisme dan sejenisnya dengan kecanggihan teknologi yang sangat luar biasa tanpa harus keluar rumah dengan membuka internet.

"Apapun bisa dicari di dalam internet, manusia akan di cetak disitu, kepribadian, karakter dan jati diri akan hilang sebagai warga Ahlussunah wal jamaah atau warga bangsa Indonesia jika tidak berhati-hati dalam menggunakannya," jelasnya.

Perang Peradaban

Kiai Said mengatakan, saat ini masyarakat juga menghadapi lima perang besar yang harus dimenangkan. Bukan perang fisik tapi perang ini dapat merebut, dapat menguasai merubah cara berfikir masyarakat sehingga suatu bangsa akan tertunduk dan tergantung pada bangsa lain yaitu perang pengaruh atau perang peradaban.

Perang ini lebih bahaya dari pada perang fisik. Dan ini sudah terbukti di timur tengah, sedang tercabik-cabik eksistensinya, kepribadiannya, karena tidak mampu menghadapi perang peradaban, perang budaya, sehingga faktor suku, faktor budaya, faktor agama yang menjadikan perang saudara.

"Di timur tengah sudah terjadi perang saudara, sudah 40 tahun sesama Islam, sesama arab. Alhamdulillah, Indonesia tidak seperti itu," bebernya.

Adapun 5 perang tersebut antara lain perang kebudayaan, perang digital, perang biologi, perang vaksin, perang makanan air dan energi.

1. Perang kebudayaan

Perang yang menyerang menyerang kebiasaan dan kebudayaan yang tidak baik. Seperti contoh kita setiap hari di masuki konten film, musik, game. Ini meyerangnya mulai pada anak-anak kecil yang merusak kebudayaan anak.

2. Perang Digital

Semua negara memproduksi platform digital umtuk menciptakan ketergantungan, memotret perilaku dan algoritma bangsa lain agar selalu dalam kendali.

"Jadi negara besar ini bagaimana menguasai negara kecil segalanya. Termasuk data base, jangan dikira ini masalah kecil. Data base kita juga sudah bocor," tegasnya.

Ketika data sudah dimiliki oleh negara lain maka negara lain akan mudah mengendalikan negara kita. Sehingga negara kita akan ketergantungan dengan negara lain.

3. Perang biologi

Dimana pengusa industri kesehatan menjadi panglima yang bisa menguasai sebuah kebijakan suatu negara.

4. Perang Vaksin

Dengan adanya pandemi Covid-19 akan ada perang baru yaitu perang vaksin. Dimana negara yang berhasil memproduksi vaksin akan menjadi pemenang dan negara yang tidak mampu memproduksi atau yang bisa mengimpor saja itu akan menjadi negara yang kalah.

"Apalagi sekarang covid-19 sudah banyak varian baru tentu akan membutuhkan vaksin yang lebih bagus lagi. Ini akan menjadi perang vaksin antara Amerika, Jerman dan China. Kita ini hanya penonton saja. Yang jelas kita akan didekte oleh negara penghasil vaksin," ungkapnya.

5. Perang makanan, air dan energi

Siapa negara yang mempuyai sumber makanan, air dan energi akan mampu menjadi penguasa global.

Itulah gambaran tantangan globalisasi era 5.0 yang dipaparkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siradj. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES