Sejarah Hari Ini: 2 Agustus, Hitler Jadi Fuhrer hingga Irak Invasi Kuwait

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejarah hari ini mencatat banyak peristiwa bersejarah. Dari Eropa, pada 2 Agustus 1934, Adolf Hitler dinobatkan menjadi fuhrer dan menjadi pemimpin tertiggi Jerman. Kekuasaan yang tak terbatas membuat Hitler berambisi menguasai Eropa yang akhirnya memicu perang dunia kedua. 2 Agustus juga mencatat peristiwa perang di wilayah Arab. Saat itu, Irak yang dipimpin Saddam Hussein menginvasi tetangganya Kuwait dan menyatakan Kuwait sebagai bagian dari Irak. Dari dalam negeri, 2 Agustus 2019 tercatat peristiwa gempa bumi dengan kekuatan 6,9 M di Banten.
1934: Hitler Menyandang Gelar Fuhrer
Advertisement
Adolf Hitler. (foto: finansialku)
Sejarah mencatat, pada 2 Agustus 1934 Adolf Hitler memegang posisi puncak pemerintahan Jerman. Peristiwa ini didahului oleh peristiwa meninggalnya Presiden Jerman, Paul von Hindenburg.
Kabinet Jerman kemudian mengesahkan undang-undang baru mengenai wewenang dan jabatan tertinggi negara. Kemunculan UU ini menyatukan jabatan kanselir dengan presiden di bawah gelar baru, yakni Führer und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir). Adolf Hitler yang kala itu masih memegang jabatan sebagai Kanselir otomatis, menjadi pemimpin tertinggi.
Di bawah kepemimpinannya, Hitler bersama Nazi berambisi menguasai Eropa. Perang berkobar di Eropa dan memicu perang dunia kedua. Namun, kepemimpinan Nazi runtuh 11 tahun berikutnya menyusul kekalahan Jerman dalam perang.
1990: Irak Invasi Kuwait
Sebuah tank dengan latar kebakaran di jalur pipa minyak saat perang Irak-Kuwait pada 1990. (foto: kuna photo)
2 Agustus 1990, dunia dibuat terkejut saat Presiden Irak Saddam Hussein menggerakkan 100.000 pasukan militer dan 10.000 tank untuk mencaplok negara tetangganya yang kaya minyak, Kuwait.
Usai menduduki Kota Kuwait dan memaksa Kepala Negara Kuwait Sheikh Jaber al-Ahmad Al-Sabah mengungsi ke Arab Saudi, Saddam Hussein menyatakan bahwa Kuwait sepenuhnya dalam kendali Irak.
“Kuwait adalah bagian dari Irak," kata Saddam Husein waktu itu.
Keputusan Saddam Hussein menginvasi Kuwait dipicu masalah minyak bumi. Irak menuduh Kuwait mencuri minyak dari ladang minyak di Rumaila dan melanggar batas wilayahnya. Sementara Kuwait mengatakan sebaliknya, bahwa Irak telah berusaha mengebor sumur minyak di wilayahnya.
Selain itu, Saddam Hussein juga menuding Kuwait sengaja membanjiri pasar dengan minyam mentah sehingga harga minyak dunia jatuh.
Aksi Irak mendapat kecaman banyak negara. Pada 6 Agustus, Dewan Keamanan PBB menuntut agar semua pasukan Irak di Kuwait segera ditarik, tanpa syarat.
Pada 29 November, Dewan Keamanan PBB akhirnya mengizinkan penggunaan "semua sarana yang diperlukan" untuk memaksa Irak keluar dari Kuwait jika belum menarik mundur pasukannya secara sukarela pada 15 Januari 1991.
Irak yang menolak menarik diri dari Kuwait akhirnya mendapat serangan militer dari pasukan Internasional pimpinan Amerika Serikat.
Pada 17 Januari, Operasi Badai Gurun yang dipimpin oleh AS dimulai. Pasukan internasional melakukan pengeboman intensif di Irak dan Kuwait. Pada 24 Februari 1991, Presiden George Bush mengumumkan dilangsungkannya serangan darat. Bush kemudian mengumumkan pembebasan Kuwait pada 27 Februari.
Meski sudah besar, Kuwait bisa dikatakan hancur total, bahkan tercatat 750 sumur minyak di Kuwait hancur dan rusak karena sengaja dibakar atau diledakkan oleh pasukan Irak. Sementara Irak yang kalah telak harus menerima semua resolusi PBB.
2019: Gempa Banten
Sejumlah bangunan dan kendaraan terlihat rusak akibat dihantam gelombang tsunami yang melanda kawasan Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, dan Tanggamus. pada 23 Desember 2018, di Banten, Indonesia. (Eko Siswono Toyudho - Anadolu Agency)
Wilayah Banten bergoyang keras akibat gempa bumi yang terjadi pada 2 Agustus 2019. BMKG mencatat gempa berkekuatan 6,9 M. BMKG menyebutkan, gempa bumi disebabkan dari deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia.
Pemprov Banten mencatat lima orang meninggal dan ratusan orang terluka dalam peristiwa ini. Jumlah bangunan yang rusak juga mencapai ratusan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |